Konsep Jojobo TINJAUAN PUSTAKA

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Jojobo

Jojobo berasal dari bahasa Ternate berarti “usaha yang dilakukan secara bersama untuk kepentingan bersama dalam suatu komunitas untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang memiliki nilai-nilai solidaritas seperti baku tolong, atau baku bantu baik secara ekonomi maupun sosial”. Jojobo juga mengandung pemaknaan filosofis sebagai pegangan dan nilai-nilai sosial yang menerangkan tentang pola kehidupan dan hubungan antar manusia dengan sesamanya maupun dengan alam semesta. Dalam hubungannya manusia dengan sesamanya, mengisyaratkan manusia sebagai hamba Tuhan Allah, yang harus saling mencintai dan saling mengasihi, sebagaimana Allah mencintai hambah-Nya. Dalam praktek kehidupan sosial kemasyarakatan pada komunitas masyarakat di Maluku Utara umumnya, dan masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan pada khususnya memiliki nilai-nilai filosofis yang disebut “dorabololo” yang dimasukan dalam semangat jojobo seperti halnya “Modet Makatono” atau “Mo Te Futuwae” , yang mempunyai arti “mari kita saling membantu, atau menyatukan hati” seperti biji pala dan fulinya. Ilustrasi dari “dolabolo” tersebut dapat memberikan gambaran bahwa jojobo merupakan sebuah nilai-nilai kesepakatan yang menyatukan setiap komunitas yang ada pada masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan untuk saling menolong atau membantu dalam bingkai saling mengasihi dan mencintai. Dengan demikian jojobo dapat dikatakan merupakan konsep nilai atau perilaku yang berpola dalam masyarakat Safar, 2008. Jojobo dalam konteks kelembagaan, merupakan nilai-nilai sosial yang mengatur pola dan semangat hidup yang didasarkan pada kepercayaan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai, dan saling menolong diantara anggota komunitas masyarakat di Kecamatan Jailolo Selatan Halmahera Barat pada khususnya dan Maluku Utara pada umumnya. Jojobo juga merupakan warisan leluhur masyarakat di Maluku Utara yang dilembagakan sehingga telah menjadi sebuah kebiasaan dalam kerangka hidup saling tolong menolong, dan di sisi lain sebagai disementasi sosial atau perekat sosial untuk mencairkan serta 8 merajut segala bentuk pertentangan dalam komunitas masyarakat agar tercipta selalu rasa solidaritas. Pemaknaan kata jojobo berbeda dengan kelembagaan sosial lainnya, karena dalam pemaknaan dan prakteknya jojobo memiliki 2 dua perekat nilai yaitu, nilai ekonomi dan nilai sosial. Jojobo menunjukan pada aktivitas atau implementasi dari nilai-nila sosial dalam hal ekonomis yang kegunaannya untuk mengatur kebutuhan hidup dalam suatu komunitas, seperti dalam komunitas keluarga yang memiliki hubungan darah dan kekerabatan serta dapat berkembang jauh lebih besar pada komunitas yang memiliki kesamaan budaya atau cultur. Kegiatan jojobo dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam anggota komunitas untuk mengatasi kesulitan ekonomi secara bersama. Jojobo sebagai sebuah nilai-nilai sosial, merupakan suatu ide yang telah turun-temurun dianggap efektif dan penting oleh anggota komunitas masyarakat di Maluku Utara. Misalnya nilai harmonisasi, tolong menolong, kerjasama dan lainnya merupakan contoh nilai kekerabatan yang sangat umum dikenal dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian jojobo adalah salah satu dari nilai sosial yang diyakini dan masih dilestarikan masyarakat Jailolo Selatan hingga kini. Beragam perspektif sosiologis batasan pengertian nilai sosial dapat diuraikan sebagai berikut: pandangan C. Kluckhon, menjelaskan nilai sosial adalah ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi tertentu. Menurut Woods, nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Bagi A.W.Green, nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap obyek. Sedangkan, menurut menurut Kimball Young , nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting. Dan masih banyak pengertian lain terkait dengan nilai sosial, misalnya Alvin L. Bertrand yang memandang bahwa Nilai adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan, atau orang. Dan Robin Williams, nilai sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang. Sedangkan 9 menurut Koentjaraningrat 1968 suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia Alfin, 2011.

2.2 Konsep Kelembagaan