25 kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Sebaliknya yang terjadi adalah
penolakan apabila perubahan-perubahan bertentangan dengan pola budaya yang sudah ada atau dianggap akan mengakibatkan perubahan yang mendasar, baik
yang berkenaan dengan pandangan hidup atau nilai-nilai budaya atau struktur sosial yang ada. Dengan demikian, perubahan itu tidak akan berfungsi sebagai
faktor dinamis, melainkan sebagai faktor yang mendorong terjadinya perusakan atau peruntuhan diri. Perusakan-diri antara lain ditandai oleh terjadinya kerancuan
dan kekacauan sosial yang pada akhirnya dapat membawa masyarakat itu kehilangan etos dan identitas diri Pelly, 1991.
2.6 Kerangka Pemikiran
Pendekatan modernization Theory merupakan kebijakan pemerintah sebagai upaya mengeluarkan masyarakat pedesaan dari keterbelakangan sosial ekonomi di
perkenalkan sebagai nilai-nilai modern seperti halnya teknologi keahlian dan modal. Industrialisasi, ekspansi modal yang merupakan bagian dari modernisasi
adalah merupakan salah satu faktor pendorong yang akan mentransformasikan secara cepat tertinggal, atau ketertinggalan tradisi dalam suatu komunitas
pedesaan. Nilai-nilai modernisasi yang didukung oleh program kebijakan pemerintah membawa perubahan terhadap memudarnya kelembagaan lokal di
pedesaan sebagai nilai sosial masyarakatnya. Kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia umumnya memiliki
kelembagaan-kelembagaan lokal yang dibutuhkan dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial ekonomi dan upaya untuk mengatasi beratnya suatu pekerjaan.
Kehidupan masyarakat pedesaan sebelum modernisasi tampak dari menguatnya kelembagaan-kelembagaan lokal yang mempunyai peran strategis sebagai norma-
norma yang mengatur tentang pola dan semangat hidup yang berlandaskan gotong royong atau kerja sama, kebersamaan dalam usaha pemenuhan dan menyelesaikan
masalah-masalah sosial ekonomi yang dihadapinya. Kelembagaan merupakan tatanan norma-norma dan tingkah laku yang
berlaku untuk mencapai tujuan kolektif yang dijadikan nilai bersama. Aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi
antar anggota untuk membantunya dengan harapan di mana setiap orang dapat
26 bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan
bersama yang di inginkan Ruttan dan Hayami, 1984. Kelembagaan lokal ini memperlihatkan bahwa adanya distribusi dalam bentuk kerjasama dalam suatu
kelompok masyarakat. Polanyi membagi kegiatan distribusi dalam 3 tiga bentuk, yaitu: 1 resiprositas, 2 redistribusi, dan 3 pertukaran pasar.
1. Resiprositas dalam arti harfiah adalah timbal balik, dalam antropologi
ekonomi kegiatan resiprositas berarti pertukaran barang dan jasa yang kira- kira sama nilainya antara dua pihak. Resiprositas dibagi menjadi 3 tiga
bentuk, yaitu: a. Resiprositas umum: kegiatan tukar menukar barang dan jasa, dimana pemberi maupun penerima tidak menentukan secara spesifik
nilai barang atau waktu penyerahannya: contoh kegiatan ekonomi yang bersifat altruis dimana hanya berorientasi pada kesejahteraan orang banyak.
Seperti yang terjadi di kalangan suku-suku pribumi Australia, saat mendapatkan hewan buruan, daging hewan tersebut dibagi-bagikan kepada
keluarga terdekat, namun bagian yang tidak enak seperti limpa atau darah ditahan untuk pemburu. b. Resiprositas berimbang kegiatan tukar menukar
barang dan jasa dimana pemberi maupun penerima menentukan dengan pasti nilai barang yang terlibat dan waktu penyerahannya. c. Resiprositas
negatif: Kegiatan tukar menukar barang dan jasa dimana salah satu pihak ingin mengambil keuntungan dari pihak lain dengan cara apapun. Contoh:
dalam budaya Indian Navajo menipu pada waktu barter dengan orang asing secara moral dapat diterima.
2. Redistribusi: bentuk kegiatan ekonomi dimana barang-barang masuk dalam
satu tempat pusat kemudian didistribusikan lagi. Contoh: pajak di Indonesia dan beberapa negara lain. Masyarakat diwajibkan membayar pajak pada
pemerintah, setelah uang hasil pajak terkumpul maka pemerintah akan membagikan lagi ke rakyat dalam bentuk pembangunan fasilitas-fasilitas
umum yang lebih memadai, atau contoh di Amerika Serikat dimana pajak yang terkumpul dipakai untuk mendanai perusahaan international asal
Amerika yang hampir bangkrut. Ketiga, Barter: adalah kegiatan tukar- menukar barang yang digolongkan dalam salah satu bentuk resiprositas
negatif, karena di dalamnya tidak ada bentuk resiprositas umum atau
27 berimbang murni. Dalam barter terdapat penilaian relatif pada suatu barang
yang akan dipertukarkan, dimana barang langka yang dihasilkan oleh suatu kelompok dipertukarkan dengan barang yang dihasilkan oleh kelompok lain.
Ketidakpastian dan kerentanan merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap orang sepanjang hidupnya. Setiap orang dan kelompok masyarakat
memiliki persepsi dan cara sendiri tentang bagaimana ketidakpastian dan kerentanan hidup harus ditangani dan dipecahkan. Setiap orang atau masyarakat
senantiasa sedang menjalankan dan terus menerus mengembangkan mekanisme atau sistem-sistem sosial untuk mengatasi ketidakpastian dan kerentanan itu
melalui hubungan-hubungan yang dibangun, lembaga-lembaga, dan keyakinan- keyakinan budaya tertentu.
Semua hubungan, lembaga dan keyakinan yang sudah terbentuk secara sosial itu menjalankan fungsi tertentu sebagai jaminan dari segi sosial, ekonomis,
dan psikologis bagi seseorang. Itu berarti bahwa setiap orang dan masyarakat senantiasa memiliki suatu sistem jaminan sosial tertentu. Jika dilihat dengan cara
demikian, jaminan sosial tidak saja menjadi persoalan budaya, sosial, ekonomi, hukum, dan politik yang sangat penting, tetapi juga merupakan aspek yang tak
terpisahkan dari kompleksitas perubahan masyarakat yang dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakatnya Von Benda, 2000.
Penelitian berkaitan dengan jojobo sebagai suatu lembaga sosial ekonomi masyarakat petani perladangan di Maluku Utara, berdasarkan kerangka penelitian
dipergunakan konsep perbedayaan ekonomi melalui penguatan kelembagaan lokal, yaitu sebagai berikut :
1. Kelembagaan sosial berkaitan dengan nilai bersama yang mengatur
perilaku individu dalam suatu masyarakat atau kelompok. Kelembagaan lokal memiliki norma informal bersifat instan yang mengembangkan
kerjasama dua orang atau lebih. Norma merupakan modal sosial yang dapat disusun dari norma resiprositas antar manusia. Norma sosial ini
menentukan perilaku bersama dalam suatu kelompok individu sebagai prinsip keadilan yang mengarahkan perilaku tidak mementingkan diri
sendiri. Polanyi, 1957.
28 2.
Pemenuhan kebutuhan dalam komunitas merupakan sistem dari saluran komunikasi system of communication channel untuk melindungi dan
mengembangkan hubungan interpersonal. Redistribusi ini merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke arah pusat kemudian dari pusat
didistribusikan kembali ke bawah Polanyi, 1957, dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan komunitas diarahkan pada keberadaan kelembagaan
lokal yang mampu meredistrubsi kemampuan yang dimiliki komunitas masyarakat yang kemudian didistribusikan kembali kepada para anggota
komunitas masyarakat. 3.
Solidaritas sosial merupakan penyediaan arahan bagi terbentuknya kerjasama dan koordinasi sosial dari semua aktivitas sehingga setiap
individu dapat hidup bersama dan berinteraksi dengan lainnya. Kelembagaan sosial yang bersifat lokal dan tradisional memuat berbagai
model mekanisme yang mewajibkan individu, kelompok dan komunitas memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Di dalamnya
terdapat mekanisme pengembangan model-model saling membantu demi kesejahteraan bersama sebagai kelompok sosial Von Benda, 2000.
Pemberdayaan masyarakat menyangkut kelompok masyarakat sebagai pemberdayaan kelembagaan jojobo bertumpu pada nilai-nilai jojobo dengan
berbasis nilai akan dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi. Jojobo sebagai kelembagaan merupakan wadah dalam kelompok masyarakat yang memfasilitasi
koordinasi kerjasama dalam mencapai kesejahteraan bersama. Jojobo sebagai kelembagaan sosial ekonomi berkaitan dengan kebersamaan yang ditampilkan
dalam bentuk perilaku dalam menetapkan suatu keputusan berdasarkan kesepakatan bersama. Jojobo sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam
kelembagaan sosial merupakan alat komunikasi dalam mempertahankan dan mengembangkan kekuatan komunitas dalam mencapai tujuan bersama yaitu
pemenuhan kebutuhan para anggotanya. Kelembagaan jojobo dapat
menjadi alat untuk mengukur solidaritas sosial
dan juga dapat menjadi instrumen interaksi antar komunitas dalam bekerjasama untuk memperoleh keuntungan bersama. Dengan kata lain, jojobo juga merupakan
disementasi sosial yang dapat merekatkan kepentingan sosial bersama antar
29 individu dan kelompok-kelompok yang terdapat di dalam masyarakat di
kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat. Artinya, tinggi rendahnya solidaritas sosial, resiprositas sosial dan ikatan-ikatan sosial lainnya dalam masyarakat dapat
dilihat dalam tebal-tipisnya semanagat jojobo dijalankan oleh masyarakat.
2.7 Hipotesis Pengarah