II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Quality Of Work Life
Menurut Davis dan Newstroom 1994 QWL mengacu pada keadaan menyenangkan atau tidaknya lingkungan kerja. Tujuan pokoknya adalah
mengembangkan lingkungan kerja yang sangat baik bagi orang-orang dan juga bagi produksi. QWL menghasilkan lingkungan kerja yang lebih
manusiawi, dan berupaya untuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi karyawan. Gagasannya adalah bahwa karyawan merupakan SDM yang perlu
dikembangkan, bukan hanya digunakan. Mondy dan Noe 2005 menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja
adalah suatu tingkat dimana anggota dari suatu organisasi mampu memuaskan kebutuhan pribadinya yang penting melalui pengalamannya
dalam melakukan pekerjaan pada organisasi tersebut. Sedangkan Kossen 1993 berpendapat, bahwa QWL mengacu kepada bagaimana efektifnya
lingkungan pekerjaan memenuhi keperluan-keperluan pribadi dan nilai-nilai para karyawan.
Menurut Mangkuprawira 2009, kualitas kehidupan kerja merupakan tingkat kepuasan, motivasi, keterlibatan
dan pengalaman komitmen perseorangan mengenai kehidupan mereka dalam bekerja. QWL juga berarti
derajat dimana individu sanggup memuaskan kebutuhan individunya. Flipo 2005 mengacu pada staff dari American Center menjelaskan bahwa QWL
adalah setiap kegiatan yang terjadi pada setiap tingkat organisasi untuk mencari efektifitas organisasi yang lebih besar melalui peningkatan martabat
dan pertumbuhan manusia. Suatu proses dimana para penanggung risiko dalam organisasi, manajemen, serikat buruh, dan para karyawan mempelajari
cara kerja bersama yang lebih baik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang bersifat simultan.
Cascio 2003 menyatakan terdapat dua pandangan atas QWL. Pertama, QWL adalah sekumpulan keadaan dan praktik dari tujuan organisasi seperti
promosi, kebijakan, supervisi yang demokratis, partisipasi karyawan,
lingkungan kerja yang aman. Kedua, QWL mengindikasikan keadaan dimana karyawan merasa aman dalam bekerja memiliki kepuasan, serta dapat
tumbuh dan berkembang. Hal ini berhubungan dengan seberapa besar tingkat kebutuhan manusia dapat terpenuhi.
Menurut Ellitan mengacu pada Nadler dan Lawler III 1998, QWL dapat didefinisikan sebagai suatu cara pikir tentang orang, pekerjaan dan
organisasi dengan elemen-elemen antara lain: 1. Adanya perhatian tentang dampak pekerjaan pada orang-orangpekerja dan
aktivitas organisasi. 2. Adanya gagasan partisipasi dalam pemecahan masalah organisasional dan
pembuatan keputusan. Menurut Siagian 2004, QWL ialah suatu proses dimana organisasi
bersikap tanggap
terhadap kebutuhan
para karyawannya
melalui pengembangan mekanisme tertentu yang memungkinkan mereka terlibat
penuh dalam mengambil keputusan tentang hidupnya di tempat pekerjaan. Bagi karyawan pada umumnya, bekerja merupakan bagian dari seluruh
usahanya untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memuaskan berbagai kebutuhan dan kepentingannya. Oleh karena itu sebagai imbalan berkarya,
para karyawan tidak lagi hanya mendambakan imbalan yang bersifat kebendaan, tetapi juga menyangkut pemuasan kepentingan keamanan, sosial
atau afiliasi, pemilikan kekuasaan simbol-simbol status, dan kesempatan untuk mengembangkan potensi.
Menurut Siagian 2004, konsep QWL terdiri dari delapan 8 faktor penting yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan mutu
hidup kekaryaan yaitu:
a. Imbalan yang adil dan memadai