dan sudah berkurangnya bahan untuk membuat warna alami ini. Menurut Bapak Katura, seorang sejarah dan budayawan batik, pewarnaan alami memiliki
beberapa kekurangan, seperti kualitas pewarnaan kurang dan sulit dalam menghasilkan warna yang sesuai dengan permintaan pasar. Oleh karena itu,
pewarnaan pada Batik Trusmi sudah menggunakan pewarna sintetis yang disinyalir dapat mengatasi kekurangan pewarna alami, seperti tahan luntur dan
warna yang dihasilkan dapat diproduksi kembali serta sesuai dengan permintaan pasar.
4.1.4 Situs Sejarah Kawasan
Pada kawasan ini, terdapat situs yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Situs ini dinamakan Situs Keramat Ki Buyut Trusmi karena di
dalamnya terdapat makam Ki Buyut Trusmi, tokoh yang memiliki andil yang besar di kawasan ini. Selain itu, masyarakat menganggap tempat ini memiliki nilai
sakral. Situs ini hingga mendatangkan pengunjung dari berbagai daerah. Makam Buyut Trusmi adalah salah satu makam tokoh penyebar agama Islam yang
dibangun pada abad 15. Berdasarkan sejarah Cirebon, desa pada era Kasultanan Cirebon tersebut merupakan sebuah Kadipaten atau kesatuan pemerintahan
setingkat di bawah Kerajaan. Desa Trusmi memiliki kekayaan budaya berupa tradisi - tradisi ritual seperti penggantian atap welit dan atap sirap yang dilakukan
tiap tahunnya dan berbagai tradisi unik lainnya yang dilaksanakan di Makam Buyut Trusmi karena objek tersebut dianggap memiliki nilai paling sakral dan
dianggap sebagai pusat desa oleh masyarakat Trusmi Adimuryanto, 2001. Dalam buku Batik Cirebon : Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif, dan
Makna Simboliknya , komplek situs keramat Ki Buyut Trusmi merupakan komplek
bangunan yang dibatasi oleh pagar tembok batu bata merah. Lokasi situs ini ± 75 m ke arah Utara dari balai Desa Trusmi Wetan. Memasuki areal situs ini baik dari
arah Barat maupun arah Timur terdapat sebuah Gerbang Candi Bentar pada
Gambar 7. Menurut Soekmono 1986 dalam Casta dan Taruna 2008, Gapura
Kori Agung pada Gambar 8 adalah gapura dalam khasanah kebudayaan Islam di Indonesia pada zaman madya dengan ciri-ciri fisik memiliki atap dan berdaun
pintu serta ukurannya kecil orang yang masuk ke dalamnya harus sambil
berjongkok sebagai simbol agar siapa pun yang masuk dengan cara berhormat yaitu menundukkan kepala. Di samping kanan dan kiri gapura terdapat padasan
sebagai simbol saat memasuki wilayah ini dengan keadaan suci lahir batin.
Gambar 7 Gerbang Candi Bentar
Gambar 8 Gapura Kori Agung
Melewati gapura kori agung ini terdapat tembok hijab yang berbentuk persegi dengan lengkungan di puncak dan di ujungnya terdapat hiasan memolo. Di
sebelah Utara hijab terdapat Paseban Gambar 9 dan Pakuncen Gambar 10. Hijab
Gambar 11 ini berfungsi sebagai pemisah alur masuk, yang ke kiri arah menuju Pakuncen dan alur yang ke kanan akan menuju tempat wudhu untuk
memasuki masjid. Komplek masjid Trusmi ini terbagi dua bagian besar yang dibatasi oleh tembok keliling dari susunan batu bata dengan ketinggian kurang
lebih 120 cm. Bagian Utara tembok pemisah itu pada dasarnya dibagi dua pula yakni pemakaman Angsana yang terletak di bagian Barat dan petilasan keramat
Buyut Trusmi yang juga dikelilingi oleh makam-makam terletak di bagian Timur. Dapur terletak di komplek Angsana. Terdapat pintu berbentuk kori agung di dekat
dapur yang menghubungkan dengan Pakuncen.
Gambar 9 Paseban
a Pakuncen tampak depan ; b Pakuncen bagian dalam
Gambar 10 Pakuncen
Gambar 11 Hijab
Pada bagian petilasan keramat Buyut Trusmi terdapat bangunan beratap limas cukup besar yang disambung dengan atap cungkup untuk menaungi
peziarah di depan bangunan petilasan tersebut. Bangunan petilasan keramat itu
selalu terkunci rapat sementara para peziarah duduk bersila di hadapan bangunan petilasan hingga tembok hijab di hadapan bangunan petilasan tersebut. Pintu
untuk memasuki halaman petilasan juga berbentuk gapura kori agung. Bagian Selatan komplek situs keramat Masjid Trusmi memiliki bangunan
dan artefak yang penting. Di sebelah Utara tembok hijab adalah deretan tiga buah bangunan cungkub dengan atap welit yang merupakan bangunan Paseban dan
Pakuncen . Di sebelah Timur bangunan ini merupakan lokasi kuburan yang
dibatasi tembok dengan pintu terbuka dengan sebutan Lawang Kepundung. Kepundung adalah nama sebuah tanaman. Pintu ini diberi nama Lawang
Kepundung Gambar 12 karena di dekatnya terdapat Pohon Kepundung. Di kiri
dan kanan Lawang Kepundung terdapat dua padasan.
Gambar 12 Lawang Kepundung dengan dua Padasan
Di sebelah Timur kuburan Kepundungan salah satu daerah yang juga berbatas tembok dengan daun pintu berbentuk kori agung adalah daerah yang
menghubungkan dengan petilasan keramat Buyut Trusmi. Di dalam daerah ini terdapat beberapa bangunan seperti : Bangsal Jinem Gambar 13, Watu
Padadaran pada Gambar 14, digunakan untuk menyimpan ajaran perintah
melaksanakan sholat lima waktu yang 17 raka’at, Pesalinan pada Gambar 15.
Gambar 13 Bangsal Jinem
Gambar 14 Watu Padadaran Gambar 15 Pesalinan
Ke arah Selatan dari alur kanan tembok hijab sebelah barat akan dijumpai bangunan atap joglo yang merupakan bangunan pendopo. Di sebelah pendopo
terdapat bangunan masjid keramat Trusmi. Masjid ini Gambar 16 memiliki tiga ruangserambi yang masing-masing beratap limas. Ruang inti masjid terletak pada
bagian Barat dengan atap berbentuk tumpang. Serambi tengah hanya memiliki satu atap limas, sedangkan serambi depan juga beratap tumpang dengan tiga
tingkatan tetapi lebih rendah dari pada atap tumpang pada bagian inti masjid tersebut Gambar 17. Bangunan masjid memiliki atap sirap. Bangunan yang
menyatu dengan masjid adalah sumur dan tempat untuk wudhu. Bangunan yang menyatu masjid tetapi dengan atap sendiri adalah Pewadonan. Di samping
bangunan tersebut terdapat sebuah ceruk yang merupakan tempat menyimpan katil.
Gambar 16 Masjid Trusmi tampak depan dan bagian dalam
Gambar 17 Masjid Trusmi tampak samping dan bagian dalam
Di sebelah Barat masjid terdapat bangunan beratap limas merupakan tempat menyepinya kaum perempuan dengan beratap welit. Di sebelah Barat
terdapat bangunan pertama yang dibuat di komplek keramat masjid Trusmi adalah Balong Pekuloan
Gambar 18. Di sebelah barat yang digunakan untuk tempat istirahat dan segala aktivitas dibangun Witana Gambar 19. Di sebelah Utara
masjid dibangun Pesekaranpesalinan. Pada area Pasarean keramat hanya bisa dimasuki oleh Juru Kunci. Syarat menjadi seorang Juru Kunci adalah seseorang
yang masih mempunyai keturunan dari Ki Buyut Trusmi dan sudah berumur 17 tahun, kecuali Kemit. Juru Kunci ini terdapat 17 orang laki-laki yaitu :1 pimpinan,
4 Kuncen Sepuh Kiyai, 4 Kuncen Muda, 4 Kaum, dan 4 Kemit. Pimpinan ini dipegang oleh Bapak H. Ahmad sendiri karena beliau merupakan keturunan ke -
11 dari Ki Buyut Trusmi Gambar 20.
Gambar 18 Pekuloan Gambar 19 Witana
Berikut adalah silsilah pimpinan Masjid Ki Buyut Trusmi : Ki Buyut Trusmi
Ki Sucia
Ki Ratnawi
Sasmita Kusuma
Rapudin
Saidin
Tolapudin
Kitolaha
Malawi
Mahmud
Hj. Ahmad Abdurrohim Mahmud
Gambar 20 Silsilah pimpinan Situs Ki Buyut Trusmi
Seorang Kuncen Sepuh bertugas untuk menerima tamu, Kuncen Muda bertugas untuk membersihkan di lingkungan keramat, Kaum bertugas untuk
mengurus masjid, dan Kemit bertugas untuk membantu semua pekerjaan Pimpinan, Kuncen Sepuh, Kuncen Muda, dan Kaum. Pemilihan Kuncen atau
Kiyai dilakukan seperti pemilihan kuwu di desa apabila ada Kuncen atau Kiyai yang meninggal dunia. Sementara posisi Pimpinan dipilih oleh para Kuncen atau
Kiyai atas dasar siapa yang paling tinggi keilmuannya dan akhlak yang bagus. Saat ini jabatan Pimpinan tidak dipilih lagi, harus dari keturunan yaitu keturunan
tertua. Apabila keturunan tertua tidak sanggup menjadi Pimpinan, maka akan diserahkan kepada keturunan berikutnya.
Selama bertugas, Kuncen Sepuh, Kuncen Muda, Kaum, dan Kemit memakai pakaian yang khas. Setiap Kemit Gambar 21 c dan d menggunakan
iket ikat kepala yang terbuat dari batik Trusmi Cirebon, mengenakan sarung dengan dada terbuka. Sementara kain berbentuk bujur sangkar dilipat menjadi dua
lalu diselempangkan di dada. Dalam bertugas seorang Kemit tidak menggunakan sandal dan
menggunakan kain dengan 4 warna berbeda yaitu kuning, hijau, merah, dan putih. Pergantian kain tersebut dilakukan pada hari Jum’at setiap minggunya. Berbeda
dengan Kemit, seorang Kuncen atau Kiyai Gambar 21 b dan Kaum Gambar 21 a memakai ikat kepala, sarung batik dengan motif Mega Mendung, berjas
pantalon, dan mengenakan sandal trumpa.
a Pakaian Kaum ; b Pakaian Kuncen ; c dan d Pakaian Kemit
Gambar 21 Pakaian adat
Pembangunan masjid pada waktu itu dibangun oleh Malawi atau Buyut dari Bapak H. Ahmad, sedangkan kolam dan serambi dibangun oleh Mahmud
atau Kakek dari Bapak H.Ahmad. Dalam pesantren ini terdapat Paseban, Bale Malang tempat untuk para Kuncen Sepuh, dan Bale Pakuncen untuk para Kuncen
Muda. Secara keseluruhan tata ruang Situs Keramat Ki Buyut Trusmi dapat dilihat pada Gambar 22.
37
4.2 Aspek Biofisik 4.2.1 Aksesibilitas dan Jalur Sirkulasi