Batik Trusmi Perencanaan Lanskap Wisata Kawasan Budaya Batik Trusmi Cirebon

kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Dengan kata lain proses persiapan merupakan perumusan tujuan program dan informasi lain tentang keinginan pemakai atau pemilik. Ada beberapa metode atau pendekatan yang dapat dilakukan untuk membuat perencanaan kawasan wisata, yaitu : pendekatan sumberdaya, pendekatan aktivitas, pendekatan ekonomi, dan pendekatan tingkah laku Gold, 1980. Pendekatan sumberdaya adalah pendekatan yang mempertimbangkan kondisi dan situasi sumberdaya sebagai dasar penentuan bentuk dan aktivitas wisata. Pendekatan aktivitas adalah pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasiwisata berdasarkan aktivitas penggunaan. Pendekatan ekonomi digunakan untuk jumlah, tipe, dan lokasi dari kawasan wisata dilihat dari sumberdaya ekonomi masyarakat, sedangkan pendekatan tingkah laku dilihat dari kebiasan dan tingkah laku manusia dan menggunakan waktu senggangnya pendekatan tingkah laku lebih mengutamakan alasan seseorang berekreasi serta manfaat yang dinginkan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan. Menurut Gunn 1994 perencanaan wisata yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan antara komunitas dengan dampak lingkungan yang minimal. Hal ini dapat tercapai dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata. Dalam mengembangkan kawasan wisata terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Atraksi wisata merupakan andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata. Wisata harus direncanakan untuk memastikan bahwa wisatawan dapat dengan bebas memperkaya diri dengan mendapatkan sesuatu yang baru, petualangan dan penghargaan terhadap diri sendiri dengan mencapai obyek yang diinginkan.

2.5 Batik Trusmi

Batik merupakan warisan leluhur yang tak terpisahkan dari budaya bangsa Indonesia. Dengan keindahan berbagai corak, mutu warna alami serta motif yang menarik membuat kain tradisional batik sangat populer dan diterima banyak masyarakat lokal dan juga masyarakat internasional. Batik memberi makna yang sarat akan seni dan representasi budaya dari masing-masing daerah tanah air. Tiap daerah memiliki ciri motif maupun cara pembuatan batik yang berbeda-beda. Banyak hal yang bisa digali dari sehelai kain batik, tidak hanya digunakan untuk pakaian saja tetapi perkembangan saat ini sudah ke arah household dan interior, tidak heran apabila dikatakan bahwa batik adalah sebuah karya cipta peninggalan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia Casta dan Taruna, 2008. Batik sangat identik dengan suatu teknik proses dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap. Secara garis besar proses pembuatan batik, bahan-bahan yang digunakan, peralatan produksi dan produser pembuatannya sebagai berikut : 1. Bahan baku utama dan bahan penolong : - bahan baku : kain mori dari bahan katun maupun sutra dan bahan dasar lainnya - bahan penolong : lilin batikmalam, pewarna alami maupun sintetik, gondorukem, minyak kacang, soda abu, soda api, minyak tanah, dan tepung kanji. 2. Peralatan : - Kenceng, yaitu wadah berbentuk tempayan terbuat dari bahan tembaga - Kayukemplongan dan pemukulnya - Papan landasan pengemplongan - Gawangan, terbuat dari tembaga dan kayu - Bak, terbuat dari batu dan semen - Bak dari kayu - Plorodan, terbuat dari logam - Gawang jemuran, terbuat dari bambu - Solder, terbuat dari besi dan kayu - Wajan, terbuat dari besi cor dan tembaga - Kompor - Dingklikbangku kayu - Kelender dan alat pres 3. Prosedur Pembuatan Batik Secara garis besar proses pembuatan batik terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pembuatan pola, dan penyelesaian. ƒ Persiapan - Kain mori dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian bagian ujungnya dijahit agar serat kain tidak lepas - Merendam kain mori dan mencucinya untuk menghilangkan tepung kanji kemudian dijemur sampai kering - Mengetel kain mori yang telah dicuci dan dikeringkan, direndam dalam bahan pemolong, diremas-remas berulang- ulang agar kanji yan gmasih ada hilang sempurna - Kain dicuci dengan larutan soda abu untuk menghilangkan bahan penolong dalam proses ketelan - Kain dilapisi kanji secara tipis dan merata - Mengeplong, yaitu memukul-mukul kain yang telah dikanji tersebut berkali-kali agar bahan menjadi lebih halus permukaannya. ƒ Pembuatan pola - Merengreng, yaitu membuat motif di atas kain dengan menggunakan canting bermata sedang - Isen-isen, mengisi bagian tengah dari motif dengan canting bermata kecil - Menembok, yaitu menutup bagian yang dikosongkan dengan lilin menggunakan canting bermata besar - Kain diangin-anginkan kemudian direndam dalam air. ƒ Penyelesaian - Kain yang telah direndam air ditiriskan, kemudian dimasukkan ke dalam pewarna naphtol warna dasar kemudian diangkat dan ditiriskan. - Setelah tiris, masukkan ke dalam pewarna positif - Kain dicuci dengan air sampai bersih dan kemudian ditiriskan - Dilarot, dengan cara direndam dan diremas-remas dalam air mendidih menggunakan kayu, kemudian dicuci dan terakhir jemur sampai kering. Perbatikan Trusmi pada mulanya merupakan awal dari orang pertama yang tinggal di daerah tersebut. Orang pertama yang tinggal adalah Ki Buyut Trusmi yang mempunyai hubungan dengan Sunan Gunung Jati. Ki Buyut Trusmi inilah yang membawa batik ke Desa Trusmi ini. Sehingga desa ini terkenal dengan desa batik di wilayah Cirebon. BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian