dinamis. Budaya dan pariwisata dapat beriringan dengan adanya pelestarian. Pelestarian yang memiliki arti nilai-nilai tradisional yang masih harus dilestarikan
dengan aktivitas yang dinamis yaitu pariwisata yang dapat berkembang sangat cepat penuh kreasi dan inovasi Adnyana, 1999.
Daya tarik budaya adalah pengalaman dengan pendukungnya yaitu manusia dan wilayah. Wisatawan dengan minat budaya, memilih untuk tinggal
lebih lama dengan maksud untuk dapat menikmati budaya yang berbeda. Berbeda sekali dengan mereka yang hanya ingin menikmati budaya sebagai tontonan yang
menarik semata. Maka pelestarian budaya memberi pencerahan bagi wisatawan yang ingin belajar lebih banyak lagi tentang budaya. Dalam Bab Sosial dan
Budaya, mengenai Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata dinyatakan bahwa menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai wahana bagi
pengembangan pariwisata nasional dan mempromosikannya keluar negeri secara konsisten sehingga dapat menjadi wahana persahabatan bangsa.
Kegiatan pelestarian merupakan usaha manusia untuk memproteksi atau melindungi peninggalan atau sisa-sisa budaya dan sejarah terdahulu yang bernilai
dari berbagai perubahan yang negatif atau yang merusak keberadaannya atau nilai yang dimilikinya. Pelestarian tersebut tidak hanya memberi manfaat pada obyek
yang dilestarikan, namun juga memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasarkan kekuatan aset-aset budaya lama dan melakukan
pencangkokan program-program yang menarik, kreatif, berkelanjutan serta merencanakan program partisipatif dengan memperhitungkan estimasi ekonomi.
Nurisjah dan Pramukanto, 2001.
2.3 Wisata Budaya
Wisata menurut Pendit 2002 adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Menurut World Tourism Organization WTO tahun 1991, wisata adalah aktivitas seseorang melakukan
perjalanan meninggalkankeluar dari lingkungan yang biasa selama periode tertentu dengan tujuan perjalanannya bukan untuk melakukan kegiatan yang
mendapatkan imbalan. Wisata merupakan kumpulan aktivitas, layanan, industri
yang menyediakan pengalaman dalam perjalanantravel yaitu transportasi, akomodasi, makanan-minuman, toko-toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan
ramah lain yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya Sani, 2008.
Menurut Gunn 1994, wisata adalah pergerakan sementara manusia untuk tujuan keluar dari tempat kerja dan tempat tinggal mereka, dimana mereka
melakukan kegiatan-kegiatan selama mereka tinggal di tempat tujuan tersebut dan fasilitas-fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhaan mereka. Kegiatan wisata itu
merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yang harus dianalisis dan direncanakan dengan baik, antara lain sumber daya alami,
sumber daya budaya, pengusaha, keuangan, tenaga kerja, persaingan, masyarakat, kebijaksanaan pemerintah dan organisasi atau kepemimpinan. Menurut Yoeti
2001 wisata budaya adalah jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya suatu tempat
atau daerah.
2.4 Perencanaan Lanskap Wisata Kawasan Budaya
Menurut Knudson 1980 perencanaan adalah kegiatan mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan,
mengidentifikasi masalah, dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan merupakan suatu alat yang
sistematis dan dapat digunakan untuk awal suatu keadaan dan merupakan cara terbaik untuk mencapai suatu keadaan tersebut Gold, 1980.
Perencanaan lanskap wisata disusun berdasarkan komponen-komponen yang mencakup rencana ruang wisata, rencana sirkulasi, rencana interpretasi,
rencana fasilitas dan rencana tata hijau. Perencanaan lanskap bertujuan untuk menciptakan lanskap budaya yang dapat mendukung interpretasi dan memberikan
kenyamanan wisata secara optimal Sani, 2008. Proses perencanaan dibagi menjadi enam tahap yaitu : persiapan,
inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan dimana pada tahapan ini
perencana harus dapat memperhatikan, menafsirkan, dan menjawab berbagai
kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Dengan kata lain proses persiapan merupakan perumusan tujuan program dan informasi lain tentang
keinginan pemakai atau pemilik. Ada beberapa metode atau pendekatan yang dapat dilakukan untuk
membuat perencanaan kawasan wisata, yaitu : pendekatan sumberdaya, pendekatan aktivitas, pendekatan ekonomi, dan pendekatan tingkah laku Gold,
1980. Pendekatan sumberdaya adalah pendekatan yang mempertimbangkan kondisi dan situasi sumberdaya sebagai dasar penentuan bentuk dan aktivitas
wisata. Pendekatan aktivitas adalah pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasiwisata berdasarkan aktivitas penggunaan. Pendekatan
ekonomi digunakan untuk jumlah, tipe, dan lokasi dari kawasan wisata dilihat dari sumberdaya ekonomi masyarakat, sedangkan pendekatan tingkah laku dilihat dari
kebiasan dan tingkah laku manusia dan menggunakan waktu senggangnya pendekatan tingkah laku lebih mengutamakan alasan seseorang berekreasi serta
manfaat yang dinginkan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan. Menurut Gunn 1994 perencanaan wisata yang baik dapat membuat
kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan antara komunitas dengan dampak
lingkungan yang minimal. Hal ini dapat tercapai dengan perencanaan yang baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata. Dalam mengembangkan
kawasan wisata terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Atraksi wisata merupakan
andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata. Wisata harus direncanakan untuk memastikan bahwa wisatawan dapat dengan bebas
memperkaya diri dengan mendapatkan sesuatu yang baru, petualangan dan
penghargaan terhadap diri sendiri dengan mencapai obyek yang diinginkan.
2.5 Batik Trusmi