Perkembangan Industri Minuman Ringan

6. Pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah fermentasi dan sodium benzoate. 7. Proses pembuatan Proses produksi dimulai dengan pembuatan sirup, yaitu mencampur gula dengan air dingin, kemudian dijernihkan dengan penambahan karbon aktif dan bahan penyaring yang dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan alat berupa plat atau frame filter. Larutan sirup kemudian dapat disterilisasi dengan penyinaran ultra violet. Sirup, bahan tambahan, air, dan karbondioksida diaduk dengan temperatur dan tekanan diatur pada kondisi tertentu, kemudian produk akhir berupa minuman ringan dikemas dalam kemasan tertentu. 8. Pengemasan, minuman berkarbonat umumnya dikemas dalam botol gelas atau plastik atau kaleng, sedangkan minuman tanpa karbonat dapat juga dikemas dalam kotak kardus dengan persyaratan umum sebagai berikut: a. Mempunyai kekuatan mekanis sehingga dapat menjaga mutu, penampilan dan kandungan produk. b. Mempunyai penampilan yang menarik. c. Steril pada setiap pemakaian. d. Mudah dalam pengisian maupun penyegelan

4.2. Perkembangan Industri Minuman Ringan

Industri minuman merupakan salah satu segmen industri pangan yang cepat melakukan inovasi dan perubahan dibandingkan segmen industri lainnya. Industri minuman yang awalnya menghasilkan produk minuman penghilang rasa haus kemudian berkembang dan muncul dengan berbagai inovasi dan konsep baru tentang minuman. Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai penghilang rasa haus namun juga menawarkan fitur fungsi lainnya seperti penambahan rasa dan warna, penambahan kandungan minuman seperti vitamin, mineral dan sejenisnya, minuman yang mengandung karbon, minuman sari buah, dan lain-lain. Perkembangan konsep tersebut berdampak pada berkembangnya minuman ringan yang memadukan fungsi dasar minuman sebagai penghilang rasa haus dengan penambahan fungsi-fungsi lain seperti yang dijelaskan pada paragraph sebelumnya. Industri minuman ringan juga menambahkan fungsi kepraktisan dalam berkonsumsi dengan cara mengemas berbagai produk minuman tersebut kedalam kemasan-kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Euromonitor melaporkan bahwa dari 2003 sampai 2008, penjualan global industri minuman ringan meningkat mencapai 37 persen. Pada tahun 2006 penjualan minuman fungsional di AS mencapai angka US21,3 miliar dan di pasar Eropa mencapai US8 miliar. Sementara di Indonesia, The Nielsen Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan minuman ringan di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 33,8 persen. Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen LPEM Universitas Indonesia dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa :  Pada tahun 1999, 85 persen dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta per bulan, 46 persen diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 500.000  72 persen konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta perbulan lebih dari 40 persen diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu dan para pensiunan.  Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama seringnya dengan minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi dibandingkan dengan es krim. Survei tersebut menunjukkan bahwa konsumen utama dari minuman ringan adalah golongan pendapatan rendah yang merupakan golongan mayoritas yang ada pada penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta jiwa. Dapat disimpulkan pula bahwa pangsa pasar industri minuman tergolong besar sehingga output dari industri tersebut termasuk tinggi. Perkembangan industri minuman ringan di Indonesia juga dapat dianalisis dengan pertumbuhan jumlah outputnya. Output industri minuman ringan dari tahun 1980 sampai 2005 cenderung mengalami peningkatan dari 23.799.584 ribu rupiah pada tahun 1980 menjadi 5.810.032.207 ribu rupiah pada tahun 2005 Lampiran 1. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa permintaan pasar akan minuman ringan terus meningkat setiap tahunnya. Tingginya nilai permintaan berujung pada bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi minuman ringan. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan juga cenderung mengalami peningkatan dari sebanyak 77 perusahaan pada tahun 1980 menjadi 263 perusahaan pada tahun 2005. Industri minuman ringan juga termasuk salah satu industri yang tidak terlalu terganggu oleh krisis multisektor yang terjadi pada tahun 19971998. Hal ini terbukti dengan tetap meningkatnya jumlah output serta jumlah perusahaan yang bergerak di indusri minuman ringan pada tahun 1999. Kondisi setelahnya juga tampak tidak terlalu terpengaruh mengingat nilai penurunan dan peningkatannya termasuk dalam batas normal. Beberapa tahun belakangan industri minuman ringan sedang mengalami pertumbuhan cukup signifikan yang ditandai dengan merebaknya berbagai jenis dan merek minuman ringan yang beredar di pasaran. Hal tersebut menjadi salah satu indikator bahwa konsumen menyukai produk-produk minuman ringan sehingga permintaannya meningkat dan merangsang munculnya pesaing-pesaing baru dengan strategi penjualan masing-masing.

4.3. Profil Beberapa Perusahaan dalam Industri Minuman Ringan