Analisis Kinerja Industri Minuman Ringan

ditempuh untuk mempromosikan produk kepada konsumen, misalnya dengan mensponsori acara bazar, konser musik, kegiatan amal, kegiatan olahraga, penyuluhan kesehatan, dan sebagainya.

5.3. Analisis Kinerja Industri Minuman Ringan

Penelitian ini menggunakan variabel Price Cost Margin PCM, pertumbuhan Growth, dan efisiensi internal X-eff untuk menganalisis kinerja industri. PCM menggambarkan proksi keuntungan yang diterima oleh suatu industri, growth menggambarkan pertumbuhan industri dari tahun ke tahun, sedangkan X-eff menunjukkan tingkat efisiensi suatu industri dalam meminimalisasi biaya produksinya. Berikut adalah grafik fluktuasi nilai PCM, Growth, dan X-eff Sumber: BPS, 1980-2005 diolah Gambar 5.2. Fluktuasi PCM, Growth, dan X-eff -40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 19 80 19 84 19 88 19 92 19 96 20 00 20 05 P e r s e n Tahun PCM Growth X-eff Fluktuasi nilai PCM dan X-eff memiliki tren yang cenderung meningkat. Fluktuasi PCM tergolong stabil dengan peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu tajam, peningkatan mulai terlihat dari tahun 1984 sampai tahun 2000 dan cederung stabil pada tahun berikutnya hingga tahun 2005. Nilai X-eff pada awal 80-an cenderung menurun dan mulai meningkat sekitar tahun 1988. Pada tahun 1999, nilai X-eff melonjak tajam hingga menyentuh angka 132,51 persen untuk kemudian menurun kembali di tahun-tahun berikutnya. Sementara itu, fluktuasi nilai Growth sangat tajam sehingga variabel Growth tidak memiliki tren tertentu. Peningkatan dan penurunan terjadi secara tajam dari tahun ke tahun. Nilai PCM tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 49,28 persen. Penyebab tingginya nilai PCM ini diduga karena meningkatnya jumlah perusahaan yang bermain di industri minuman ringan Lampiran 3. Peningkatan jumlah perusahaan selanjutnya berdampak pada peningkatan jumlah output yang kemudian turut meningkatkan nilai tambah atau keuntungan. Nilai PCM terendah terjadi pada tahun 1981 sebesar 8,93 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengeluaran untuk tenaga kerja meningkat sementara keuntungan cenderung tetap. Nilai PCM rata-rata dari tahun 1980 sampai 2005 adalah 25,6 persen. Efisiensi internal industri minuman ringan juga tergolong tinggi yakni memiliki nilai rata-rata 67,74 persen berarti menggambarkan bahwa industri minuman ringan memiliki kinerja yang baik. Nilai X-eff tertinggi sebesar 132,51 persen pada tahun 1999 diduga disebabkan oleh terjadinya krisis 19971998 yang menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan nilai efisiensinya jika tidak ingin terbuang dari industri. Nilai terendah sebesar 34,36 persen diperoleh pada tahun 1984. Fluktuasi nilai Growth cukup tajam dimana Growth terendah bernilai -13,16 persen dan nilai tertinggi sebesar 84,91 persen. Nilai pertumbuhan terendah pada tahun 1990 diduga karena diberlakukannya Undang-undang perindustrian tahun 1990 tentang pengesahan standar syarat mutu, cara uji bahan baku dan hasil industri, dan standar rekayasa serta penetapannya sebagai standar industri Indonesia. Pemberlakuan Undang-undang ini membuat perusahaan- perusahaan yang tidak memiliki atau memenuhi standar baku yang ditentukan keluar dari industri, dilihat pada Lampiran 3 yang menunjukkan penurunan jumlah perusahaan yang cukup besar dalam industri minuman ringan dari 142 perusahaan pada tahun 1989 menjadi 119 perusahaan pada tahun 1990. Penurunan jumlah perusahaan tentunya akan berpengaruh pada turut menurunnya jumlah output yang dihasilkan industri minuman hingga pertumbuhannya bernilai negatif. Sementara itu pada tahun 1985 output industri minuman mengalami pertumbuhan tertinggi senilai 84,91 persen yang diduga disebabkan oleh meningkatnya jumlah perusahaan dari 84 perusahaan pada tahun 1984 menjadi 109 perusahaan pada tahu 1985. Peningkatan jumlah perusahaan pada industri minuman merupakan cerminan tingginya permintaan konsumen akan produk minuman ringan yang menyebabkan masuknya perusahaan-perusahaan baru demi memenuhi tingginya permintaan konsumen. Nilai PCM, Growth, dan X-eff yang digambarkan di atas menunujukkan bahwa rata-rata nilai ketiga variabel tersebut cukup tinggi. Selain itu, tren fluktuasi nilai PCM dan X-eff cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari kedua faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja industri minuman ringan di Indonesia cukup baik.

5.4. Hasil Analisis Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja