63 “Menurut Maria S.W. Sumardjono, Penetapan ganti kerugian untuk bangunan
dan tanaman relatif lebih mudah dibandingkan dengan tanah, karena disamping nilai nyata tanah yang didasarkan pada NJOP tahun terakhir, terdapat berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi harga tanah. Faktor-faktor tersebut adalah lokasi, jenis hak atas tanah, status penguasaan atas tanah, peruntukan tanah, kesesuaian dengan rencana
tata ruang wilayah, prasarana, fasilitas dan unilitas, lingkungan, dan faktor-faktor lain. Sudah tentu pemegang hak harus sangat berhati-hati dalam menyampaikan
keinginan terhadap besarnya ganti kerugian terhadap tanahnya.”
68
Panitia Pengadaan Tanah dalam melaksanakan pembebasan tanah untuk kepentingan umum berupaya meminimalisasi persoalan dengan prinsip penghormatan
terhadap hak-hak atas tanah yang sah dan kepastian hukum berdasarkan pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005.
3. Proses Pelaksanaan Musyawarah dalam Penetapan Harga Ganti Rugi Tanah untuk Kepentingan umum.
Setelah melakukan penyuluhan Panitia Pengadaaan Tanah mengadakan musyawarah dengan masyarakat yang memiliki hak atas tanah dalam rangka
menetapkan bentuk dan nilai ganti rugi harga tanah. Di dalam musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan melalui perundingan antara pemegang hak atas tanah
dengan panitia pembebasan tanah, tentang kerelaan mereka untuk melepaskan haknya atas tanah tersebut dengan biaya ganti rugi yang diberikan selama 120 hari.
Persoalan yang dimusyawarahkan berupa besarnya ganti rugi dan menetapkan bentuk ganti rugi. Setelah Ketua Panitia Pengadaan tanah menganggap data-data dan
68
Maria S.W.Sumardjono, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi, Yogyakarta, Kompas, 2001, hal.85.
Universitas Sumatera Utara
64 keterangan-keterangan yang diperlukan sudah cukup jelas, maka memerintahkan
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Timur sebagai sekretaris pengadaan
tanah bekerjasama dengan Asisten Pemerintahan selaku wakil ketua pengadaan tanah membuat surat undangan guna melakukan sidang panitia.
Sampai pada hari yang ditetapkan semua anggota hadir, Ketua Panitia Pengadaan Tanah membuka sidang. Dalam Acara Sidang tersebut membicarakan
masalah penetapan besarnya ganti rugi yang akan dibayar kepada pemilik atau pemegang hak atas tanah. Dengan berpedoman kepada harga yang telah ditetapkan
Bupati Aceh Timur turut memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah, diantaranya nilai taksiran tanaman, bangunan dan benda-benda lain yang ada di
atasnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005.
Musyawarah dilakukan dengan pemegang hak atas tanah diawali dengan menandatangani daftar hadir, mendengar penjelasan, dan diminta persetujuan untuk
melepaskan hak atas tanahnya dengan harga ganti rugi yang telah ditetapkan. Tentunya untuk mencermati Pasal 5 Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2005 Panitia Pengadaan Tanah harus melibatkan seluruh pemegang hak atas tanah untuk mendapatkan kesepakatan bersama dalam ganti rugi hak atas
tanah. Semua pemegang hak atas tanah tidak ada yang boleh tertinggal diundang untuk mengikuti musyawarah dan tidak membedakan antara satu dengan yang
lainnya. Apabila ada pemegang hak atas tanah yang tidak ikut serta dalam proses musyawarah penentuan harga ganti rugi tersebut, maka panitia pengadaan tanah
Universitas Sumatera Utara
65 melakukan hal yang bertentangan dengan Pasal 5 peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005. Prinsip musyawarah sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 ayat 10
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, yaitu saling mendengar, saling memberi dan saling menerima pendapat serta keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.
69
Hal ini untuk mencapai suatu kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. Dengan
demikian musyawarah ini dilakukan secara bebas tanpa adanya suatu tekanan, dan kesepakatan harus adanya kerelaan dan kesesuaian kehendak dari masing-masing
pihak dengan kata lain melepaskan hak atas tanah dengan sukarela dengan mendapatkan ganti rugi yang layak.
Pelaksanaan musyawarah
dalam penetapan
harga ganti
rugi untuk
pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur tidak menghasilkan kesepakatan. Harga yang disepakati adalah di atas harga Pasar, karena Pemerintah
Daerah Aceh Timur tidak mau mengambil resiko terhadap dampak yang bakal terjadi apabila ganti rugi di bayar di bawah harga yang Pasar.
70
Perkembangan Harga Ganti Rugi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
69
Lihat Pasal 1 ayat 10 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, berkaitan dengan prinsip musyawarah yang harus dilakukan panitia pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
70
Marzuki Hamid, Ketua Tim Penilai Harga Tanah Kabupaten Aceh Timur, Wawancara, 2012.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 2 : Daftar Harga Tanah menurut NJOP, Harga Pasar, Harga Pemegang Hak Atas Tanah, dan Harga yang disepakati.
No Tahun
NJOP Harga
Pasar Harga
Pemegang HAT
Harga disepakati
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Rp. 50.000,-M² Rp. 50.000M
Rp. 50.000M Rp. 50.000M
Rp. 50.000M Rp. 50.000M
Rp. 50.000M Rp.50.000,-M²
Rp.75.000,-M Rp.75.000,-M
Rp.80.000,-M Rp.100.000,-M
Rp.150.000,-M Rp.175.000,-M
Rp. 80.000,-M Rp.100.000,-M²
Rp.125.000,-M² Rp.125.000,-M
Rp.150.000,-M Rp.175.000,-M
Rp.250.000,-M Rp.75.000,-M²
Rp.80.000,-M² Rp.100.000,-M
Rp.115.000,-M Rp.125.000,-M
Rp.150.000,-M Rp.200.000,-M
Sumber : Data Bagian Administrasi Pertanahan Setdakab Aceh Timur, 2012.
Hasil musyawarah
sebesar 50
nara sumber
menyatakan jalannya
musyawarah yang dilakukan panitia pengadaan tanah berjalan secara demokratis. Pemegang hak atas tanah diberi kesempatan untuk menentukan jenis hak atas tanah,
bentuk ganti rugi yang diinginkan, dan besarnya ganti rugi yang diinginkan. Sedangkan 50 lagi nara sumber menyatakan jalannya musyawarah tidak
dilaksanakan secara demokratis karena panitia memaksa untuk mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan panitia pengadaan tanah.
71
Adapun bentuk ganti rugi yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan pasal 13 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, yaitu uang, tanah pengganti, uang
dan tanah pengganti, dan pemukiman kembali serta bentuk lain yang disetujui oleh
71
Data Bagian Administrasi Pertanahan Setdakab Aceh Timur tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
67 pihak-pihak yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian disebutkan keseluruhan
pemegang hak atas tanah menerima bentuk ganti rugi berupa uang.
72
Setelah adanya kesepakatan, maka panitia pengadaan tanah menyampaikan laporan kepada instansi pemerintah untuk memberikan tanggapan terhadap keinginan
pemegang hak atas tanah sebagaimana dimaksud pasal 14 ayat 3 huruf j Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2007.
“Ganti rugi yang dilakukan menurut Telders yang dikutip oleh Prof. DR. A.P.Parlindungan,SH bahwa yang berhak untuk penggantian kerugian, baik
pemilik, penyewa maupun pachter. Dimana Schenk kembali memperjelas bahwa ganti rugi sepenuhnya meliputi ;
a. Setiap kerugian akibat langsung dari pencabutan hak harus diganti
sepenuhnya; b. Kerugian disebabkan karena sisa yang tidak dicabut haknya menjadi
berkurang nilainya; c. Kerugian karena tidak dapat mempergunakan benda tersebut ataupun karena
kehilangan penghasilannya; d. Kerugian karena harus mencari tempat usaha lain sebagai pengganti.
73
Menurut Pasal 8 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005, dijelaskan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan kepentingan umum
dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai kesepakatan mengenai : a. Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilokasi tersebut;
b. Bentuk dan besarnya ganti rugi; c. Musyawarah dilakukan ditempat yang ditentukan dalam surat undangan;
74
72
Marzaini, Kabag. Administrasi Pertanahan Setdakab Aceh Timur, Wawancara, tanggal 10 April 2012.
73
A.P. Parlindungan, Berakhirnya Hak-hak Atas Tanah Menurut Sistem UUPA, CV. Mandar Maju, Bandung, 1996, Hal 50.
74
Lihat Pasal 8 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005, tentang Pengadaan Tanah Bagi pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Universitas Sumatera Utara
68 Menurut Marzuki Hamid, kesesuaian ganti rugi hak atas tanah yang diberikan
berdasarkan nilai nyata. Tidak ada ganti kerugian yang dilakukan di bawah harga kepatutan dan sesuai dengan harga umum setempat, malah pemerintah memberikan
harga ganti rugi sesuai permintaan masyarakat pemegang hak atas tanah yaitu di atas harga pasar.
75
Panitia Pengadaan Tanah sudah melaksanakan apa yang tertuang di dalam Pasal 15 ayat 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah Bagi pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yaitu memberikan penjelasan kepada kedua belah pihak sebagai bahan
pertimbangan musyawarah untuk mufakat, terutama mengenai dasar perhitungan ganti rugi yaitu :
a. Nilai Jual Objek Pajak atau nilai nyatasebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Objek pajak tahun berjalan berdasarkan penetapan lembagaTim
Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh Panitia; b. Nilai jual bangunan yang ditaksir. Oleh perangkat daerah yang
bertanggung jawab dibidang bangunan. c. Nilai
jual tanaman
yang ditaksir
oleh perangkat
daerah yang
bertanggungjawab dibidang pertanian;
76
Mengingat pentingnya musyawarah dalam penentuan bentuk dan besarnya ganti rugi, maka dalam pasal 9 ayat 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2005 diatur bahwa musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah bersama dengan panitia pengadaan tanah dan instansi pemerintah atau
75
Marzuki Hamid, Ketua Tim Penilai Harga Tanah Kabupaten Aceh Timur Tahun Anggaran 2012, Wawancara, tanggal 20 Mei 2012.
76
Lihat Pasal 15 ayat 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005, tentang. Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan umum.
Universitas Sumatera Utara
69 pemerintah daerah yang memerlukan tanah. Oleh karenanya panitia yang ditunjuk
oleh Bupati
Aceh Timur
harus mengedepankan
prinsip musyawarah
agar terlaksananya pengadaan tanah untuk pembangunan demi kepentingan umum sesuai
yang di atur dalam pasal 31 sampai dengan pasal 38 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Musyawarah
Paragraf 6. Pasal 31 ayat 3 menyatakan : Musyawarah bentuk danatau besarnya ganti
rugi berpedoman pada : a. Kesepakatan para pihak;
b. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam pasal 30; dan c. Tenggang waktu penyelesaian proyek pembangunan.
77
Pada asasnya musyawarah dilaksanakan secara langsung seperti termuat di dalam pasal 32 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2007 yang menyatakan : 1 Musyawarah pada asasnya dilaksanakan secara langsung dan bersama-sama
antara instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik yang sudah terdaftar dalam Peta dan Daftar yang telah disahkan sebagaimana
dimaksud Pasal 24. 2 Musyawarah dipimpin oleh Ketua Panitia Pengadaan Tanah KabupatenKota.
3 Jika Ketua Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Kota sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berhalangan, maka musyawarah dipimpin oleh wakil Ketua.
77
Lihat pasal 31` ayat 3 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
70 4 Dalam hal tanah, danatau bangunan, danatau tanaman danatau benda-benda
lain yang berkaitan dengan tanah yang diperlukan bagi pembangunan : a. menjadi objek sengketa di pengadilan maka musyawarah dilakukan
dengan para pihak yang bersengketa; b. merupakan
hak bersama,
musyawarah dilakukan
dengan seluruh
pemegang hak; c. merupakan harta benda wakaf, musyawarah dilakukan dengan pihak
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang wakaf.
78
Apabila tidak dicapai kesepakatan besarnya ganti rugi maka panitia pengadaan tanah mengupayakan musyawarah kembali sampai tercapai kesepakatan
bentuk danatau besarnya ganti rugi seperti yang diatur dalam pasal 36 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007.
Musyawarah yang dilakukan meliputi nilai ganti rugi harga tanah atau bentuk ganti rugi tanah dan benda-benda lain yang ada di atasnya untuk mengkaji penetapan
uang ganti rugi dan dengan mempedomani harga patokan yang berlaku umum dan mempertimbangkan harga tanah yang wajar sepanjang menyangkut musyawarah.
Menurut Boedi Harsono pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan tersebut dilakukan dengan memperhatikan peran tanah dalam
kehidupan manusia dan prinsip kehormatan terhadap hak yang sah terhadap tanah tersebut diwujudkan dengan ketentuan, bahwa pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan melalui musyawarah.
79
Menurut Marzaini, untuk ganti rugi tanaman dalam pengadaan tanah untuk Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, tidak ikut serta dihitung
78
Lihat Pasal 32 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007..
79
Boedi Harsono,1995, Op.Cit. Hal 191
Universitas Sumatera Utara
71 ganti ruginya., semua tanaman yang ada di atas tanah yang diganti rugi sudah
dihitung bersamaan dengan harga tanah tersebut.
80
4. Proses Pelepasan Hak atas Tanah untuk kepentingan umum.