Penetapan Lokasi Kabupaten Aceh Timur

30 adalah Kecamatan Darul Falah Ulee Gajah dengan luas wilayah 42,40 KM² atau 0,70 dari luas wilayah Kabupaten Aceh Timur. 35

2. Penetapan Lokasi Kabupaten Aceh Timur

Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu Kabupaten yang mengalami pemekaran berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah, terletak di provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Timur mengalami pemekaran 3 tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Timur, Pemerintah Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 5 Tahun 2007 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Aceh Timur dari Wilayah Kota Langsa ke Wilayah Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Pusat Pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang sebelumnya berada di Kota Langsa pindah ke Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Sehingga relokasi pusat pemerintahan dan semua kegiatan pemerintahan pindah ke Kecamatan Idi Rayeuk. Dengan pertimbangan yang didasarkan pada letak kecamatan Idi Rayeuk merupakan letak yang strategis dan dapat terjangkau oleh semua kecamatan dalam kabupaten Aceh Timur dan Lokasi Pembangunan Pusat pemerintahan yang dekat dengan jalan Lintas Sumatera, sehingga nantinya dapat mendukung perekonomian dan pembangunan masyarakat Aceh Timur ke depan. 36 35 Ibid, Hal. 6 36 Ibid, Hal.8 Universitas Sumatera Utara 31 Mengingat pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur adalah untuk kepentingan umum 37 maka tanah-tanah yang berada di sekitar lokasi tanah yang dibebaskan yaitu terdiri dari 2 dua Desa Gampong yaitu Desa Titi Baro dan Desa Seunebok Teungoh Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur harus terlebih dahulu dilakukan pelepasan hak atau pembebasan hak atas tanah. 38 Pengadaan tanah untuk pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur merupakan program yang sudah harus diselesaikan. Sebagai dasar pembebasan tanah untuk kepentingan umum telah disusun dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Aceh Timur. 39 Adanya RTRW ini terpenuhilah persyaratan dalam pembebasan tanah untuk kepentingan umum. Untuk maksud pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006, dinyatakan : “Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat dilakukan apabila berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan lebih dahulu.” 40 Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah di Kabupaten Aceh Timur sampai saat ini masih berpedoman kepada Perencanaan Ruang Wilayah atau Kota yang telah ada, mengingat Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW masih dalam 37 Kepentingan Umum sesuai dalam pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 adalah Kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat. 38 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah LPPD Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011, Bagian Pertanahan setdakab Aceh Timur, Hal. 52 39 Lihat Pasal 4 ayat 1 Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. 40 Lihat Pasal 4 ayat 1 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan Umum. Universitas Sumatera Utara 32 proses penyelesaian. Hal ini tidak bertentangan dengan maksud pasal 4 ayat 2, dimana disebutkan : “Bagi Daerah yang belum menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah, Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan berdasarkan perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada”. 41 Selanjutnya mengacu pada Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk : 1. Mengetahui rencana tata ruang; 2. Berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; 3. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang. Menurut Husni Thamrin mengatakan bahwa RTRW Kabupaten Aceh Timur masih dalam proses, dan sampai saat ini belum selesai karena mengacu kepada RTRW Provinsi. Draft RTRW masih dalam tahap penyelesaian dan belum disahkan DPR Provinsi Aceh. 42 Pasal 5 Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 menyebutkan pada huruf m, Kantor Pemerintah, Pemerintah Daerah, Perwakilan Negara Asing, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan atau lembaga-lembaga Internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, merupakan pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Setelah terbitnya Peraturan 41 Lihat Pasal 4 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan Umum. 42 Husni Thamrin, Kepala Bappeda Kabupaten Aceh Timur, Wawancara Tanggal 26 April 2012. Universitas Sumatera Utara 33 Presiden Nomor 65 Tahun 2006, pembangunan untuk kepentingan umum ini mengalami perubahan, sebagaimana diatur dalam pasal 5. Mengenai tolak ukur dari kepentingan umum dalam pasal 5 mencoret kategori bidang pembangunan yang masuk dalam kepentingan umum dari semula 21 dua puluh satu bidang menjadi 7 tujuh bidang saja, yakni : “Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, selanjutnya dimiliki dan akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, meliputi : 1. Jalan Umum dan Jalan Tol, rel kereta api di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun ruang bawah tanah, saluran air minumair bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi; 2. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya; 3. Pelabuhan, Bandar Udara, Stasiun Kereta api dan Terminal; 4. Fasilitas Keselamatan Umum, seperti Tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar dan lain-lain bencana; 5. Tempat-tempat Pembuangan sampah; 6. Cagar Alam dan Cagar Budaya; dan 7. Pembangkit, Transmisi, distribusi tenaga listrik.” 43 Jelas terlihat bahwa telah ada pembatasan kategori pembangunan untuk kepentingan umum. “Kantor Pemerintah” dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 ini tidak lagi termasuk dalam kategori Kepentingan Umum. 43 Lihat Pasal 5 Peraturan Presiden RI Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Universitas Sumatera Utara 34 “Menurut Muhammad Yamin, Sekalipun telah ada pembatasan kategori pembangunan untuk kepentingan umum secara limtatif, namun tetap saja ada kekhawatiran ketika berbicara dalam tataran pelaksanaan, yang tidak tertutup kemungkinan terulang lagi pengabaian hak-hak rakyat yang dipraktekkan kepentingan pembangunan dalam rangka kepentingan umum. Seperti tertuang dalam penjelasan Pasal 28-G ayat 1 dan 28-H Undang-Undang Dasar 1945 44 . Hal itu penting karena tindakan yang merugikan rakyat apalagi mengabaikan hak- hak rakyat atas tanah sekalipun demi program pembangunan umum tidak dapat lagi ditolerir, sebab konstitusi telah menggariskan dengan tegas adanya jaminan dan perlindungan atas hak-hak kebendaan yang dimiliki rakyat”. 45 Kenyataan menunjukkan bahwa pembangunan membutuhkan tanah, tetapi disisi lain tanah negara yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut sudah semakin terbatas, karena tanah yang ada sebagian telah dikuasaidimiliki oleh masyarakat dengan suatu hak. Agar momentum pembangunan tetap dapat terpelihara, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum yang memerlukan bidang tanah, maka upaya hukum dari pemerintah untuk memperoleh tanah-tanah tersebut dalam memenuhi pembangunan antara lain dilakukan melalui pendekatan pembebasan hak maupun pencabutan hak. 46

B. Pengaturan Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah Untuk Kepentingan Umum.

Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah untuk kepentingan umum tidak terlepas dari Pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan umum. Ketentuan Pokok yang mengatur pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan 44 Penjelasan Pasal 28-G ayat 1 dan 28-H Undang-Undang Dasar 1945, yang dirumuskan dengan kalimat :”Konstitusi memberikan jaminan atas hak-hak kebendaan untuk dimiliki secara pribadi dari gangguan siapa pun termasuk dari negara, serta sudah kehendak Konstitusi untuk membangun negara yang demokratis dan berperikemanusiaan”. 45 Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan, dan Pengadaan Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2011, Hal. 8. 46 Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Universitas Trisakti, Jakarta, Januari, 2009, Hal. 98. Universitas Sumatera Utara 35 untuk Kepentingan Umum. Ketentuan ini kemudian diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Guna melengkapi ketentuan tersebut diterbitkanlah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Pada tanggal 14 Januari 2012 diundangkanlah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Pelaksanaannya masih dalam proses. Sejalan dengan perubahan peraturan tentang Pengadaan Tanah, Mekanismenya pun mengalami perubahan yakni terdapat unsur Lembaga Penilai Independen yang dalam Perpres Nomor 36 tahun 2005 dapat menetapkan harga namun dalam revisinya lembaga Independen hanya melakukan penilaian dasar ganti rugi sedangkan penetapan besarnya ganti rugi ditetapkan oleh Panitia pengadaan Tanah. Komposisi Panitia Pengadaan Tanah juga mengalami perubahan dengan masuknya unsur Badan Pertanahan Nasional dalam keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah. Ketentuan Pengadaan tanah dalam Perpres tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan Universitas Sumatera Utara 36 umum. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan umum ini oleh pemerintah dilaksanakan dengan cara pelepasan hak atau penyerahan hak atas tanah. Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah untuk Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur sudah dilaksanakan selama 6 enam tahun mulai sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang, dengan menggunakan biaya Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten APBK Aceh Timur. Proses Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah tersebut sampai sekarang belum tuntas akibat adanya beberapa hambatan yang disebabkan dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus di dahulukan dari kepentingan orang perseorangan, dalam keadaan memaksa dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah maka dilakukan pencabutan Hak atas Tanah. Adapun Pencabutan hak atas tanah diatur dalam pasal 8 delapan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1961 tentang pencabutan hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. Pengaturan Ganti Rugi Tanah mengacu pada ketentuan yang berlaku dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

1. Pengertian Ganti Rugi.

Dokumen yang terkait

Gugatan Ganti Rugi Terhadap Pelaku Pembajakan Karya Cipta Lagu dan Musik (Studi Kasus No. 76/Hak Cipta/2008/PN.Niaga.Jkt.Pst)

4 80 117

Penyelesaian Sengketa Ganti Rugi Pengangkutan Barang Dari Laut (Suatu Studi Di Pelabuhan Belawan)

1 32 5

Penyelesaian Ganti Rugi Tanah Untuk Pembangunan Bandar Udara Silangit Siborong-Borong Kabupaten Tapanuli Utara

3 68 135

Pelaksanaan Ganti Rugi Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum Pengembangan Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Provinsi Aceh

0 34 140

Pertanggungjawaban Serta Pelaksanaan Ganti Rugi Terhadap Kecelakaan Air Asia Qz8501 Ditinjau Dari Konvensi Internasional

3 56 119

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN Pelaksanaan Pengadaan Tanah Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Pembangunan Jalan Tol Pejagan-Pemalang Wilayah Kabupaten Tegal (Studi Kasus Putusan No.36/Pdt.G/2015/PN.Slw).

0 2 16

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN Pelaksanaan Pengadaan Tanah Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Pembangunan Jalan Tol Pejagan-Pemalang Wilayah Kabupaten Tegal (Studi Kasus Putusan No.36/Pdt.G/2015/PN.Slw)

0 2 14

ASPEK KEADILAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN WADUK GONDANG DI KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 19

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP PENCABUTAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN REL KERETA API DI KABUPATEN BARRU

0 0 117

PELAKSANAAN GANTI RUGI HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN LISTRIK TENAGA UAP DI KECAMATAN SAMBELIA - Repository UNRAM

0 0 17