PENDAHULUAN pengembangan dan validasi prosedur analisis keseragaman kandungan tablet glipizid lepas diperpanjang indhah fatmawati 2015

2 juga untuk tujuan analisis, preparasi tablet ER juga tidak dapat diperlakukan sama dengan tablet IR karena matriks yang digunakan lebih kompleks. Masuknya air ke dalam sistem matriks hidrofilik akan membentuk suatu lapisan gel yang kental yang dapat memperlambat penetrasi air sehingga dapat memperlambat pelepasan obat. Polimer HPMC bila kontak dengan medium sering menyulitkan proses analisis karena terjadi swelling dengan membentuk lapisan hidrogel yang viskositasnya tinggi yang kemudian menurun kekentalannya saat mulai terjadi erosi terhadap polimer Maderuelo, dkk, 2011. Penyaringan sampel obat dengan matriks HPMC seringkali menyulitkan dan harus dibantu dengan penyaring vakum, lebih jauh lagi dapat merusak kolom dalam sistem KCKT. Oleh karena itu preparasi yang tepat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan analisis Nickerson, 2011. Salah satu parameter mutu yang ditetapkan dalam pengujian obat yakni uji keseragaman kandungan yang didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam tiap satuan sediaan. Untuk memastikan konsistensi kadar bahan aktif per unit sediaan, masing-masing unit harus mengandung zat aktif sesuai dengan jumlah yang dipersyaratkan dalam monografi The USP, 2011. Farmakope mensyaratkan untuk tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif kurang dari 25 mg atau bobot zat aktif lebih kecil dari 25 bobot sediaan harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan Suplemen I FI IV, 2009. Metode analisis glipizid yang selama ini digunakan di laboratorium pengujian Badan POM mengacu pada Farmakope Indonesia Edisi IV Suplemen I tahun 2009. Metode ini cukup memadai dalam penetapan kadar glipizid tablet biasa, tetapi tidak menyebutkan monografi untuk penetapan kadar tablet ER. Dalam penelitian ini akan dikembangkan prosedur preparasi sampel yang belum pernah dilakukan sebelumnya yakni secara ekstraksi fase padat atau dikenal dengan Solid Phase Extraction SPE. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ekstraksi menggunakan SPE adalah pemilihan sorben SPE yang sesuai dengan sifat fisika kimia analit, larutan pencuci, larutan pengelusi dan pH larutan. Setelah 3 diekstraksi, analit yang sudah terpisah dari matriks pembawanya diinjeksikan ke dalam sistem KCKT untuk dianalisis dan divalidasi. Selanjutnya untuk menguji kelaikan metode, dilakukan pengujian keseragaman kandungan terhadap sampel yang ada di pasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan prosedur analisis keseragaman kandungan tablet glipizid ER yang cepat, mudah dan handal dengan ekstraksi secara SPE dan analisis secara KCKT. Dengan didapatkannya prosedur analisis keseragaman kandungan tablet glipizid ER ini diharapkan dapat digunakan sebagai prosedur analisis resmi di lingkungan Badan POM dan Balai Besar POM seluruh Indonesia. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Glipizid II.1.1 Sifat fisikokimia Glipizid memiliki pemerian serbuk hablur putih atau hampir putih. Rumus molekul dari glipizid adalah C 21 H 27 N 5 O 4 S, berat molekul 445,54 grammol, nama kimia 1-Sikloheksil-3-[[p-[2-5-metilpirazin karboksamidoetil]fenil]sulfonil]urea. Glipizid mengandung tidak kurang dari 98,0 dan tidak lebih dari 102,0 C 21 H 27 N 5 O 4 S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Glipizid praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 96; sangat sukar larut dalam metilen klorida dan dalam aseton; larut dalam larutan alkali hidroksida encer. Titik leleh glipizide 200 – 203 ⁰C, pKa 5,9 The USP, 2012. Glipizid harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya Suplemen I FI IV, 2009. Gambar II.1 Struktur molekul glipizid The USP, 2012.

II.1.2 Farmakologi

Glipizid merupakan generasi kedua golongan sulfonilurea digunakan sebagai obat antidiabetes yang tidak tergantung insulin dengan mekanisme aksi mengeblok kanal kalium dalam sel beta Langerhans. Generasi pertama golongan sulfonilurea seperti tolbutamide, klorpropamide, tolazamide dan asetoheksamid secara bertahap telah digantikan dengan generasi kedua seperti glibenklamid, glimepirid dan glipizid Kobylinska, dkk, 2000. Glipizid seratus kali lebih poten dibanding sulfonilurea generasi pertama dalam menstimulasi pankreas untuk mensekresi insulin Brunton.L dan Parker.K, 2008. 5 Glipizid dosis 5 mg termasuk dalam golongan daftar obat esensial yang direkomendasikan sebagai obat antidiabetes oral selain glibenklamid dan metformin, sesuai Kepmenkes Nomor 312MenkesSKIX2013 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2013. Pemakaian yang luas dari obat-obat antidiabetik oral dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya overdosis Tran D, 2010. Dengan demikian maka pengawasan terhadap glipizid menjadi hal yang penting, terutama pengawasan terhadap kadar zat aktif yang terkandung dalam sediaan.

II.2 Sediaan

Extended Release

II.2.1 Tujuan Sediaan

Extended Release Bentuk sediaan pelepasan dimodifikasi adalah sistem penghantaran obat yang berdasarkan formulasi dan desain produk, memberikan pelepasan obat dalam bentuk yang dimodifikasi. Pelepasan obat dapat ditunda delay release atau diperpanjang extended release . Sediaan extended release dibagi menjadi beberapa jenis seperti controlled release, sustained release dan prolong release Qiu Zhang, 2000. Sediaan extended release dirancang untuk melepaskan obatnya dengan cara yang terkendali baik kecepatan, waktu, maupun lokasi pelepasannya agar kadar obat dalam darah dapat dipertahankan dan pengobatannya optimum. Pada sedian ER terjadi pengurangan frekeuensi pemberian obat hampir dua kali lipat dari sediaan konvensional. Beberapa karakteristik obat yang bisa dibuat sediaan ER seperti : tidak menunjukkan tingkat absorpsi dan eksresi yang terlalu lambat maupun terlalu cepat; diabsorbsi dari saluran pencernaan; diberikan dalam dosis kecil; mempunyai indeks terapetik yang aman dan lebih digunakan untuk pengobatan kronis daripada akut Allen, dkk, 2011. Sediaan delay release dirancang untuk melepaskan obat pada saat yang tepat setelah obat diberikan. Penundaan bisa berdasarkan waktu pelepasan ataupun pengaruh kondisi lingkungan misalnya pH cairan lambung Allen, dkk, 2011