26 yang linear digunakan koefisien korelasi r
≥ 0,999, koefisien variansi fungsi regresi
Vxo ≤ 2,0 pada analisis regresi linier y = bx + a dan homogenitas variansi uji F.
Disamping parameter linearitas di atas, dilakukan juga perhitungan dan uji kaji statistik meliputi homogenitas variansi, batas deteksi, dan batas kuantisasi
menggunakan metode yang digunakan oleh Gottwald Gottwald, 2000.
IV.5.3 Batas deteksi dan batas kuantisasi
Pada penelitian ini, penentuan batas deteksi dan batas kuantisasi diperoleh dari perhitungan statistik data hasil pengujian linearitas Ibrahim, 2004.
IV.5.4 Kecermatan Akurasi
Akurasi ditentukan dengan menghitung persen perolehan kembali melalui metode simulasi
spiked-placebo recovery
. Penetapan dilakukan dengan membuat tiga tingkat kadar glipizid 70, 100 dan 130 sesuai dengan persyaratan rentang
dosis minimum untuk penetapan keseragaman kandungan obat antara 70-130 Ermer and Miller, 2005.
Masing-masing konsentrasi dianalisis 3 kali pengulangan dan dihitung persen perolehan kembali.
IV.5.5 Keseksamaan Presisi
Presisi diukur dengan mengulang pengukuran suatu konsentrasi sampel simulasi glipizid sebanyak 6 kali konsentrasi 100, 0,05 mgmL. Pengukuran
keseksamaan ini dilakukan untuk satu hari analisis yang sama dan untuk beberapa hari analisis yang berbeda. Hasil pengukuran keseksamaan dinyatakan sebagai
simpangan baku relatif SBR, dimana kriteria keberterimaannya SBR 2 Harmita, 2004.
IV.5 Uji Keseragaman Kandungan Glipizid dari Sampel di Perdagangan
Tujuan akhir dari pengembangan prosedur analisis ini adalah menentukan keseragaman kandungan glipizid ER dari sampel di perdagangan dengan
parameter
acceptance value
AV atau nilai penerimaan dengan prosedur yang
27 telah divalidasi. Pengujian keseragaman kandungan dengan melakukan penetapan
kadar terhadap 10 tablet Glipizid ER 5 mg dan 10 mg, satu per satu. Tahapan preparasi dilakukan dengan cara mengeprek menggepengkan dengan cara
memukul tablet 5 mg dengan stamper dalam kertas alufoil untuk memastikan tidak ada tablet yang tertinggal di mortir lampiran 1, kemudian dimasukkan
dalam labu tentukur 10 mL dan sisa tablet yang masih ada di alufoil dibilas menggunakan metanol sebagai pelarut kurang lebih 7 mL. Dilakukan sonikasi
untuk mempercepat pelarutan analit selama 30 menit, kemudian ditambahkan metanol sampai tanda. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring dan
dipindahkan ke dalam vial 10 mL untuk memudahkan pemipetan. Sampel yang sudah disaring, dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan dengan dapar fosfat
sampai 10 mL. Demikian juga dengan sampel glipizid ER 10 mg. Tahap berikutnya adalah ekstraksi fase padat menggunakan sorben HLB. Terlebih
dahulu dilakukan aktivasi terhadap sorben menggunakan metanol 1 mL
conditioning
, air 1 mL, kemudian tahap
laoding
sampel yang sudah diencerkan dengan dapar fosfat sebanyak 1 mL ke dalam sorben. Tahap selanjutnya adalah
pencucian menggunakan air 1 mL untuk melepaskan matriks dan pengotor dari sorben dan terakhir tahap elusi dengan 1 mL metanol untuk mendapatkan glipizid.
Glipizid yang ditampung pada tahap elusi kemudian diencerkan dengan dapar fosfat sampai 5 mL hingga diperoleh konsentrasi akhir 0,05 mgmL, dikocok,
disaring dengan penyaring membran 0,45 µm dan analisis dengan KCKT detektor UV pada panjang gelombang 225 nm.