Pokok Permasalahan Letak Geografis

adanya kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Batak Toba semenjak dulunya. Mereka masih mempercayai bahwa pada saat gondang tersebut dimainkan mempunyai peranan yang sangat penting karena menurut mereka dapat mempertemukan langsung dengan orang yang meninggal tersebut untuk terakhir kalinya. Jadi, peranan penting pada saat gondang sabangunan tersebut dimainkan adalah yang menjadi pokok permasalahan terpenting yang akan dibahas dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, untuk kebutuhan penelitian dan penulisan maka penulis hendak membuat tulisan ini dengan judul “STUDI DESKRIPTIF GONDANG SABANGUNAN DALAM UPACARA KEMATIAN SAURMATUA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN”.

1.2 Pokok Permasalahan

Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus, dan menjaga agar pembahasan nantinya tidak menjadi melebar maka disini penulis merasa perlu membuat pemabatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan, yaitu: 1. Peranan godang sabangunan yang dimainkan pada upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba yg ada di kota Medan. Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana fungsi dan kegunaan gondang dalam upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba. 3. Mengapa pada saat-saat tertentu pada upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba di kota Medan harus menggunakan gondang sabangunan secara murni tanpa ada bantuan dari alat musik lainnya.

1.3 Tujuan dan Mamfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan penulisan tentang gondang sabangunan pada upacara kematian Batak Toba adalah: 1. Untuk mengetahui peranan gondang sabangunan pada upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba di kota Medan. 2. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan gondang dalam upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba. 3. Untuk mengetahui mengapa pada saat-saat tertentu pada upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba di kota Medan harus menggunakan gondang sabangunan secara murni tanpa ada bantuan dari alat musik lainnya. Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Manfaat

Selain tujuan, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, baik yang berada dalam disiplin ilmu Etnomusikologi, maupun di luarnya, dan khususnya untuk penulis sendiri dalam menambah wawasan tentang budaya masyarakat Batak Toba. Beberapa manfaat yang diperoleh dan ingin dicapai dalam tulisan ini adalah: 1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi tentang masyarakat Batak Toba bagi disiplin ilmu Etnomusikologi, khususnya mengenai peranan gondang sabangunan dalam upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak Toba. 2. Menambah referensi tentang peranan penting gondang sabangunan dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba, khususnya bagi jurusan Etnomusikologi. 3. Tujuan lebih jauh adalah untuk dapat digunakan lagi oleh penulis lain yang ingin membahas tentang masalah yang sama, dengan objek yang berbeda. Universitas Sumatera Utara

1.4 Konsep Dan Teori

1.4.1. Konsep

Menurut pandangan yang terkait dalam konsep pembahasan gondang sabangunan dalam upacara kematian Batak Toba, sebagian besar masyarakat masyarakat Batak Toba yang mulai kurang perduli dengan adat istiadat yang pada masyarakat Batak Toba sejak dulunya. Oleh karena itu, penulis lebih mengasumsikan bahwa minimnya gondang sabanguan yang digunakan pada upacara kematian Batak Toba yang berada di kota Medan dikarenakan oleh budaya yang berkembang dan juga perkembangan zaman. Pada upacara kematian Batak Toba khususnya di kota Medan pada umumnya menggunakan dua perangkat alat musik yaitu: gondang sabangunan dan brass bandmusic tiup. Walaupun demikian, dalam upacara kematian tersebut menggunakan dua perangkat alat musik yang pada dulunya berfungsi sebagai tanda hormat semua keluarga dan kerabat lainnya yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal tersebut dan juga sebagai ritual keberangkatan arwah orang yang meninggal tersebut menuju banua ginjang. Pada saat upacara kematian tersebut berlangsung, orang yang dating untuk melayat orang yang meninggal tersebut biasanya datang secara berkelompok. Hal itu terjadi karena apabila orang yang melayat datang secara berkelompok agar tidak memakan waktu yang banyak. Universitas Sumatera Utara Dalam upacara kematian tersebut, setiap seperangkat alat musik yang dimainkan mempunyai saat-saat tertentu bagi kedua perangkat alat musik tersebut untuk dimainkan walaupun kadang kala dimainkan secara bersamaan. Gondang sabangunan dimainkan secara murni tanpa ada bantuan dari alat musik lainnya, itu disebabkan oleh masih adanya kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Batak Toba semenjak dulunya. Mereka masih meyakini bahwa pada saat gondang tersebut dimainkan mempunyai peranan yang sangat penting karena menurut mereka dapat mempertemukan langsung dengan orang yang meninggal tersebut untuk terakhir kalinya. Jadi, peranan penting pada saat gondang itu dimainkan adalah pokok permasalahan terpenting yang akan dibahas dalam menyelesaikan skripsi ini. Sebelum kita membahas pokok permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini, baiknya terlebih dahulu kita mengetahui pengertian dari konsep. Konsep adalah kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau persoalan yang perlu di rumuskan. Pada upacara kematian pada Batak Toba, peralatan gondang sabangunn yang digunakan akan membawakan instrument musik dalam adat istiadat Batak Toba yang disebut dengan margondang. Pada saat kerabat-kerabat yang datang untuk menghormati arwah dari jasad yang meninggal dunia, akan selalu meminta gondang kepada pargonci gondang yang telah lazim digunakan pada upacara kematian lainnya. Universitas Sumatera Utara Adapun gondang yang dimainkan oleh peralatan gondang tersebut adalah: 1. Gondang Mula-Mula 2. Gondang Sitio-tio 3. Gondang Liat-liat 4. Gondang Simba-simba 5. Gondang Hasuhuton Pangorsi biasanya dipanggil kepada orang yang memainkan peralatan gondang dalam upacara kematian tersebut. Dalam sekelompok pargocci, pemain Taganing Partaganing, diberi gelar sebagai Batara Guru Humundul, karena dia adalah orang yang memimpin music yang dilakukan pada upacara kematian pada Batak Toba.. Hal ini merupakan satu kehormatan bagi para pargocci, karena pargocci adalah orang yang dianggap mampu menyampaikan keinginan mereka kepada Tuhan Batara Guru dalam bahasa Batak. Cara menyampaikannya adalah dengan memainkan pola-pola ritem tertentu, yang sudah sering digunakan dalam berbagai upacara adat. Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan dalam tulisan ini dan juga menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas adalah deskriptif gondang sabangunan dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba di kota Medan. Seeger 1958:184 menyebutkan, penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan ataupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskriptif yang penulis maksudkan adalah menyampaikan dengan menggambarkannya melalui tulisan secara jelas mengenai peralatan gondang dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba. Untuk memahami fungsi peralatan gondang dalam upacara masyarakat saurmatua pada masyarakat Batak Toba, penulis mengacu pada pendapat Alan P.Merriam 1964:120 mengenai penggunaan dan fungsi musik. Dimana diartikan bahwa use penggunaan menitik-beratkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan, sedangkan fungsion fungsi menitik beratkan pada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas; sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Alan P. Merriam juga mengemukakan bahwa perubahan dapat juga dipandang sebagai permulaan dari sebuah kebudayaan yang disebabkan Universitas Sumatera Utara oleh adanya 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam hal ini faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada saat proses pembuatan taganing adalah faktor external. Faktor external yang dimaksud disini adalah difusi atau penyebaran agama. Sementara perubahan internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri. Perubahan internal penulis sebut dengan invensi. Invensi merupakan penemuan-penuan baru oleh pelaku budaya, sedangkan external ini penulis maksud dengan difusi atau penyebaran agama. Sumardjo,2002:107 kehidupan terdiri dari dua kutub pertentangan, antara “hidup” dan “mati”, yang menjadi paham dasar manusia sejak masa purba sebagai bentuk dualisme keberadaan hidup hingga masa kini. Perubahan terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaiakan diri sesuai kebutuhan situasi dan kondisi yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat Soekanto 1992;21. Pada akhir ini masyarakat Batak Toba mengalami perubahan dan berkelanjutan secara refeleksi dimana masyarakat Batak Toba yang tidak menghilangkan adat dan ajaran agama yang dianut. Dalam hal ini mungkin mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa, mungkin belum, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan Koenjaraningrat, 1991:29. Sedangkan menurut R.M Soedarsono 1994:46 penelitian Universitas Sumatera Utara kualitatif adalah data-data hasil penelitian harus dicermati dengan cermat dan dianalisa. Ritual menurut Echols dan Sadily 2000:488 memiliki arti upacara keagamaan. Namun dalam tulisan ini, penulis mengasumsikan bahwa ritual adalah upacara yang berkaitan dengan adat istiadat yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal ini peralatan gondang yang terdapat dalam upacara kematian masyarakat Batak Toba, penulis mengacu kepada apa yang dikemukakan Suparlan 1983:43-45, dimana seorang peneliti hendaknya memperlihatkan delapan hal sebagai berikut: 1 Ruang dan Tempat, 2 Pelaku, 3 Kegiatan, 4 Benda-benda atau alat, 5 Waktu, 6 Peristiwa, 7 Tujuan, 8 Perasaan. Seni sebagai presentasi estestis, dalam pertunjukan ini ada pesan moral yang disampaikan khususnya kepada generasi muda masyarakat Batak Toba. Nilai-nilai estesis ini meliputi rasa rindu terhadap kampung halaman, menjadi fantasi nostalgia akan kebiasaan-kebiasaan hidup dan rasa cinta akan budaya maupun adat-istiadat. Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam menulis fungsi gondang sabangunan dalam upacara kematian pada masyarakat batak toba ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau untuk menentukan frekwensi atau penyebaran suatu gejala atau frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Bahan ataupun data penelitian dapat diperoleh dari tulisan- tulisan atau ceramah yang terekam dalam konteks yang berbeda-beda, bisa dari observasi, berita surat kabar dan sebagainya. Salah satu sifat dari data kualitatif adalah bahwa data itu merupakan data yang memiliki kandungan yang kaya, yang multi dimensional dan kompleks. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Dalam mengumpulakan data-data yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab segala permasalahan yang ada, Nettl 1963:63-64 menawarkan 2 cara, kerja lapangan yaitu lapangan field work dan kerja laboratorium desk work. Dalam penelitian lapangan penulis langsung nerinteraksi dengan komunitas atau masyarakat pendukung yang menjadi pelakupenyaji musik gondang dalam upacara kematian Batak Toba pelaksana pargocci. Kegiatan ini dilakukan dengan melihat dan Universitas Sumatera Utara mengamati pertunjukan gondang sabangunan yang dimainkan oleh pargocci dalam upacara kematian Batak Toba.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh data secara sistematis, maka penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan menggambarkan atau memaparkan suatu data detail yang berupa ungkapan-ungkapan, catatan yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan atau tulisan individu atau masyarakat yang bersangkutan. Metode kualitatif juga berkaitan dengan kualitas dan diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan Bogdan, 1975:4.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan berbagai cara baik mencari informan atau nara sumber yang dianggap memiliki otoritas pada masyarakat pendukungnya ataupun metode yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian tersebut. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, penulis juga melakukan wawancara di luar kegiatan, dan untuk kepentingan ini, penulis mencoba mewawancari para pargocci yang mengiringi upacara kematian tersebut. Dan untuk tahap terakhir, penulis melakukan analisis data untuk melengkapi data dan juga untuk kesempurnaan tulisan ini.

1.5.3 Kerja Lapangan

Kerja lapangan penulis lakukan dengan turun secara langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian. Dalam kerja lapangan penulis melakukan pengamatan, wawancara dan perekamanpencatatan data. Selain itu penulis juga melaksanakan interaksi dengan para informan dan masyarakat setempat untuk mendukung mudahnya pelaksanaan penelitian. Sehingga dalam pengamatan, penulis dapat dikategorikan melakukan pengamatan terlibat, dimana berinteraksi langsung dengan objek penelitian. Namun tetap menjaga etika sebagai seorang peneliti, tetap bertindak sebagai out sider terhadap objek penelitian. Universitas Sumatera Utara

1.5.4 Wawancara

Dalam melakukan wawancara, penulis melakukan wawancara tidak berstruktur untuk melengkapi data. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dihimpun dari jawaban-jawaban informan dari pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan. Adapun pertanyaan itu tidak hanya dipersiapkan terlebih dahulu, akan tetapi juga muncul sebagai reaksi saat menyaksikan kegiatan atau proses upacara dan pembuatan taganing tersebut, dan melihat adanya beberapa hal yang menarik untuk dipertanyakan.

1.5.5 Observasi

Observasi atau pengamatan dapat berarti kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indra penglihatan yang juga berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam mengumpulkan data salah satu tehnik yang cukup baik untuk diterapkan adalah pengamatan secara langsung satu observasi terhadap subyek yang akan diteliti. Dalam hal ini penulis mengadakan observasi pengamatan secara langsung upacara kematian di kota Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

BATAK TOBA

2.1 Letak Geografis

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan. Suku bangsa Batak dari pulau Sumatera Utara. Daerah asal kediaman orang batak dikenal dengan daratan tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, toba, Mandailing dan tapanuli tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah sumatera utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang sangat terpenting untuk sumber mata pencaharian buat masyarakat Universitas Sumatera Utara sekitarnya. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa kabupaten atau bagian dari sumatera utara. Yaitu Kabupaten Karo, simalungun, dairi, tapanuli utara dan dairi. Danau Toba dianggap sebagai simpul pemersatu areal tanah yang didiami individu-individu maupun kelompok etnis Batak Toba ini, yang keadaannya berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan air laut. Danau ini terbentuk dari vulkanik gunung merapi yang hasil letusannya membentuk sebuah bentuk danau, yang letusannya berdampak menyemburkan kawah yang kemudian dipenuhi oleh debit air yang sangat besar. Danau Toba ini adalah salah satu kebanggaan masyarakat Batak Toba sebagai danau yang sangat bermanfaat untuk sumber kehidupan dari hasil yang ada di dalam danau ini, seperti suber air bersih, ikan-ikan dan sebagai aset pariwisata karena pemandangannya yang menawan di sekitar danau ini. Di tengah-tengah danau tuba ini terdapat sebuah pulau yang dinamakan Pulau Samosir menurut sejarah sesungguhnya dahulu tidak benar-benar terpisah dengan dataran disekeliling Danau Toba artinya tidak benar-benar sebagai sebagai sebuah pulau. Masyarakat Batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja keras, berani, jujur dan pantang menyerah. Keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik selalu ditanamkan kepada generasi muda sehingga demi mencapai impian, seorang pemuda atau pemudi batak harus bersedia meninggalkan kampung halaman tercinta Universitas Sumatera Utara untuk merantau ke negeridaerah orang yang jauh. Akan tetapi kerinduan akan kampung halaman masih akan selalu melekat di hati. Tak heran saat ini banyak orang Batak yang berhasil dan sukses tersebar di seluruh penjuru dunia.

2.2 Asal Usul Masyarakat Batak Toba