mempunyai hubungan lagi dengan keluarga laki-laki baik anak sendiri, maupun keluarga lain. Berpoligami sebenarnya sangat tidak diinginkan di
dalam status sosial pada masyarakat Batak Toba. Dalam kehidupan sehari- hari orang yang berpoligami itu selalu kurang mendapat penghargaan dari
masyarakat sekitar dan juga status sosialnya dianggap kurang baik. Pandangan masyarakat Batak Toba bahwa anak laki-laki dan
perempuan merupakan harta yang paling berharga baginya di dalam keluarga. Hal ini dapat di lihat dari semboyan di masyarakatnya yaitu
anakhonki do hamoraon di au anak adalah kekayaan yang dimiliki. Keturunan-keturunan dari orang yang berpoligami dalam kenyataannya
lebih banyak menderita karena percekcokan antara anak pihak istri yang pertama dengan pihak istri kedua. Dengan demikian pada prinsipnya
masyarakat Batak Toba tidak menginginkan adanya poligami dari pihak suami , kecuali jika tidak ada keturunan, apalagi tidak mempunyai
keturunan laki-laki yang dianggap anak laki-laki merupakan penerus kesinambungan secara genetika.
2.4 Sistem Mata Pencaharian
Ada dua jenis rumah adat yang ada didalam huta Batak, yaitu ruma dan sopo yang saling berhadapan. Diantara kedua deretan bangunan
tersebut terdapat alaman \halaman yang luas yang menjadi tempat kegiatan orangtua maupun anak-anak dalam kehidupan sehari-hari,
Universitas Sumatera Utara
seperti: tempat menjemur hasil panen padi, sebagai halaman tempat berpesta dan upacara ritual, tempat muda-mudi bila mengadakan hiburan
martumba tarian khas masyarakatnya yang diiringi dengan nyanyian, Kedua bangunan ini, meskipun secara sekilas kelihatan sama, sebenarnya
berbeda dari sisi konstruksi dan fungsi di dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari di dalam tradisinya.
Pada umumnya pekerjaan masyarakat adalah bercocok tanam padi di sawah dan lading, selain itu sebagai nelayan di danau toba. Orang Batak
memiliki pemukiman yang khas berupa desa-desa yang tertutup yang membentuk kelompok kecil masyarakatnya. Biasanya kelompok ini adalah
kumpulan margaklan atau masih memiliki hubungan kekerabatan dalam dalihan na tolu. Desa-desa tertutup ini disebut huta. Disekitar huta
tersebut biasanya dekat dengan bahal biasanya terdapat pohon baringin, biasanya disebut juga dengan hariara pohon beringin. Ada dua jenis
rumah adat yang ada didalam huta Batak, yaitu ruma dan sopo yang saling berhadapan. Diantara kedua deretan bangunan tersebut terdapat halaman
yang luas alaman yang menjadi tempat kegiatan orangtua maupun anak- anak. Kedua bangunan ini, meskipun secara sekilas kelihatan sama,
sebenarnya berbeda dari sisi konstruksi dan fungsi. Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah
dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah
Universitas Sumatera Utara
ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi,
babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang.
Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
Sebagian besar masyarakat Batak Toba saat ini bermata pencaharian sebagai petani, peladang, nelayan, pegawai, wiraswasta dan
pejabat pemerintahan. Dalam berwiraswasta bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat adalah usaha kerajinan tangan seperti usaha
penenunan ulos, ukiran kayu, dan ukiran logam. Saat ini sudah cukup banyak juga yang memulai merambah ke bidang usaha jasa. Masyarakat
tradisional Batak Toba bercocok tanam padi di sawah dan juga mengolah ladang secara berpindah-pindah. Pengelolaan tanaman padi di sawah
banyak terdapat di daerah selatan Danau Toba. Hal ini disebabkan oleh daerah tersebut adalah dataran yang landai dan terbuka sehingga
memungkinkan untuk bercocok tanam padi di sawah. Sedangkan ladang banyak terdapat di daerah utara Karo, Simalungun, Pakpak, dan Dairi.
Kawasan ini berhutan lebat dan tertutup serta berupa dataran tinggi yang sejik sehingga mengakibatkan lahan ini lebih memungkinkan untuk
pengolahan ladang. Jika anda mendengar daerah Karo sebagai peghasil
Universitas Sumatera Utara
sayuran dan buah yang potensial, ini adalah salah satu dampak positif yang dihasilkan oleh keberadaan bentuk lahan tersebut.
Sistem teknologi yang muncul pada masyarakat Batak Toba cukup unik dengan adanya ruma batak yang menjadi arsitektur kebanggaan
mereka. Ruma Batak ini dibangun dari bahan-bahan alami seperti ijuk, kayu, dan batu. Terdapat pengaturan hierarki ruang dalam ruma batak ini
menurut kepentingan ruang dan penamaannya berdasarkan jenis ruangan tersebut. Selain itu juga terdapat hirarki pembentukan sebuah kampung
atau huta yang dimulai dari kelompok terkecil yaitu klan keluarga, huta, kemudian bius sebagai kelompok yang terbesar.
2.5 Agama Dan Kepercayaan