mencerminkan kehidupan sehari-hari orang Batak Toba yang ditopang oleh prinsip Dalihan Na Tolu. Sistem Dalihan Na Tolu menentukan
kedudukan, hak dan kewajiban orang Batak dalam lingkungannya. Dalam sistem masyarakat orang Batak Toba ketiga unsur ini
digambarkan sebagai Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru. Prinsip Dalihan Na Tolu memiliki kaitan erat dengan sistem marga dan silsilah.
Seorang anak harus mengetahui asal-usul klan marga keluarganya dan juga urutan silsilahnya sehingga setiap orang dapat menempatkan diri
dengan baik dalam tatanan pergaulan di masyarakat. Salah satu contoh penerapan prinsip Dalihan Na Tolu ini dapat dilihat dalam penggunaan
ulos yang erat kaitannya dengan kehidupan adat orang Batak Toba maupun sub suku Batak Toba dan juga lainnya. Dalam masyarakat Batak
Toba pemberian ulos ditujukan sebagai perlambang yang akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani dan hanya digunakan
pada upacara khusus.
2.6 Bahasa
Sistem tradisi penulisan didalam bahasa Batak Toba diduga telah ada sejak abad ke-13, dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara
Jawa Kuna, melalui aksara Sumatera Kuna. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu suku katasilaba atau silabis.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah lambang tanda itu sebanyak 19 buah huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf.
Pada dasarnya huruf ka tidak pernah ditemukan dalam bahasa Batak Toba, misalnya orang Batak Toba pada mulanya bila menyebutkan
kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang Batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan
dalam bahasa Batak Toba.
2.7 Kesenian
Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi seni musik, seni sastra, seni tari, seni bangunan dan seni kerajinan tangan. Walaupun
bagaimana sederhananya sesuatu suku bangsa di dunia ini, mereka pasti terlibat dengan jenis-jenis seni tersebut. Seni-seni ini pun merupakan seni
yang dimiliki desa Lumban Gaol.
2.7.1 Seni Sastra
Pada masyarakat Batak Toba terkenal ceritera Si Boru Tumbaga dan terjadinya Danau Toba. Bahwa ceritra Si Boru Tumbaga ini
menggambarkan perbedaan antara anak laki-laki dan wanita yang masih tumpang, terutama dalam hal hak waris. Ceritra terjadinya Danau Toba
menggambarkan bahwa seseorang yang melanggar janji akan dikutuk. Kutukan itu datangnya dari Tuhan berupa keajaiban atau dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
yang lain.Sastra Batak, khususnya cerita rakyat dalam bahasa Toba disebut turi-turi.
Masyarakat Batak dikatakan kaya raya akan dongeng-dongeng. Cerita seperti ini masih populer, khususnya oleh para nenek-nenek
terhadap cucu-cucunya ataupun orang tua terhadap anak-anaknya pada waktu senggang. Seni sastra ini dapat diungkapkan berupa umpama
pantun. Bentuknya sama dengan pantun Melayu, berbaris empat, mengandung sampiran dan sajaknya adalah ab-ab. Pantun Batak
bermacam-macam jenisnya menurut isinya. Ada pantun yang biasa dipergunakan pada pidato-pidato, dalam upacara-upacara hukum adat dan
ada pula yang mengenai percintaan antara muda-mudi. Tonggo-tonggo adalah ucapan yang disusun secara puitis dan biasanya diungkapkan pada
waktu mengadakan upacara-upacara rituil. Adakalanya kalimatnya panjang-panjang, isinya penuh mengandung gaya bahasa yang indah
dengan aliterasi dan praktisme. Pada umumnya jarang orang yang bisa mengucapkan hal tersebutdan hanya orang-orang tertentulah yang
mengetahuinya. Teka-teki yang singkat disebut dalam bahasa bahasa Batak Toba disebut huling- hulingan. Kalau teka-teki itu memerlukan
jawaban, berupa ceritra dinamakan torkan- torkan. Hal ini umpama oleh para orang tua terhadap anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Seni Musik
Musik adalah suara yang dapat memuaskan perasaan dan menggembiakan isi jiwa ekspresi. Kesenian khususnya dalam bidang
seni musik telah mengalami perkembangan yang pesat di dalam masyarakat Batak. Biasanya pada waktu habis panen berbagai desa di
daerah Batak selalu dikunjungi oleh opera-opera Batak. Juga dalam upacara-upacara adat yang besar selalu dibunyikan gondang sebangunan
yaitu seperangkat musik tradisional Batak. Musik tradisional Batak boleh dikatakan kaya dalam bunyi-bunyian, di samping gong ogung trum
taganing dan gordang dan klarinet serunai, juga dikenal garantung sejenis taganing dari kayu, hasapi kecapi, sordam sejenis seruling tapi
diembus dari ujung, sulim seruling, tuila dari bambu kecil pendek dan diembus pada bagian tengah, dll.
2.7.3 Seni Tari
Seni tari tor-tor adalah ekspresi gerakan yang estetis dan artistik akan menjelma dalam yang teratur, sesuai dengan isi irama yang
menggerakan. Gerakan teratur ini dapat dilakukan oleh perorangan, berpasangan ataupun berkelompok. Tarian perorangan misalnya yang
berhubungan dengan ritus. Tarian seperti ini antara lain : tarian tunggal panaluan, dimana sang dukun menari, berdoa dan sambil memegang
tongkat sihir tersebut. Tarian bersama dalam upacara-upacara adat
Universitas Sumatera Utara
menurut tradisinya merupakan tarian dari masing-masing unsur Dalihan Natolu pelaku gerakan tortor ini. Karena ketiga unsur ini secara fungsional
dalam masyarakat bersama-sama mendukung upacaranya. Biasaya bentuk tarian ketiga unsur Dalihan Na Tolu ini, adanya pemimpin tortor yang
mengatur gerakan yang sesuai dan selaras dengan pola gerakan etika di dalam tortor..Di dalam pola gerakan tortor Batak Toba ada sebuah gerakan
berputar yang berlawanan dengan jarum jam, hal ini dilakukan apabila orang-orang manortor menari menarikan tortor Gondang Mangaliat di
dalam upacara adat.
2.7.4 Seni Bangunan dan Ukir-ukiran
Rumah adat tradisional Batak terbuat dari kayu dengan tiang-tiang yang besardan kokoh. Atapnya terbuat dari bahan ijuk dan bentuk atapnya
adalah melengkung. Di ujung atap bagian depan terdapat tanduk kerbau. Pada umumnya rumah-rumah adat Batak selalu dihiasi dinding depan dan
samping. Dengan berbagai macam atau ornamen, yang terdiri dari warna merah, hitam dan putih. Merah melambangkan benua tengah, hitam
melambangkan benua atas dan putih melambangkan benua bawah. Sekarang ini, rumah adat tradisional sudah mulai menuju kepunahan dari
daerah Batak.
Universitas Sumatera Utara
2.7.5 Seni Kerajinan Tangan Ulos
Seni kerajinan tangan khususnya ulos selalu dikaitkan dengan angka, warna, struktur sosial, religius yakni tiga, lima, hitam dan putih,
atas tengah dan bawah dan segi tiga, garis tiga, manunggal dan lain sebagainya. Setiap ulos mempunyai pola dasar tertentu dan berdasarkan
itulah namanya disebutkan, sesuai rencana pemula dari yang mengerjakan. Ulos dipergunakan pada waktu upacara, kepercayaan dan adat istiadat
serta belakangan ini bernilai ekonomis sebagai mata pencaharian. Pada setiap ujung pangkal ulos terdapat rambu, yakni benang yang
dipintal dipulos berjumlah sepuluh atau lima tergantung besar benangnya. Antara badan ulos dan rambu selalu dibuat sirat corak
sebagai hiasan untuk memperindah, juga berfungsi untuk menyatukan ulos itu sendiri agar benang-benangnya jangan lepas. Pada bagian tengah ada
juga hiasan lukisan yang bertempel yang disebut dengan jungkit.
Universitas Sumatera Utara
BAB III DESKRIPSI GONDANG SABANGUNAN PADA UPACARA
KEMATIAN SAURMATUA DI KOTA MEDAN
3.1 Tahapan Upacara Kematian Saurmatua
Acara kematian saurmatua yang berlokasi di kota Medan mayoritas telah menggunakan alat musik tiup sebagai pengiring alunan musik pada
saat upacara berlangsung. Upacara seperti inilah yang banyak dilakukan oleh masyarakat Batak Toba pada saat sekarang ini malahan sangat
diperingkas melihat situasi dan kondisi daerah dan agama. Untuk memenuhi amanat tona orang tua yang meninggal atau karena niat
kesepakatan keturunanya, bahwa upacara kematian diadakan adat gok. Jadi, fungsi ritual yang terdapat pada alunan gondang yang dimainkan
gondang sabangunan pada upacara kematian masyarakat Batak Toba yang berada di kota Medan sudah semakin lama semakin pudar. Walaupun
masih saja dapat kita temui beberapa upacara kematian yang menggunakan gondang sabangunan atau dua perangkat alat musik dalam
upacara kematian tersebut. Dalam upacara kematian saurmatua Batak Toba yang saya teliti
ini, upacara kematian saurmatua ini menggunakan dua perangkat alat music. Dalam upacara kematian ini mempunyai tahapan-tahapan yang
telah dirancang oleh pihak yang bersangkutan walaupun telah banyak
Universitas Sumatera Utara
yang berubah. Sebelum kita membahas tahapan-tahapan dalam upacara tersebut, baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tahapan-tahapan pada
upacara kematian masyarakat Batak Toba pada dahulunya. Tahapan- tahapannya adalah setelah mayat dikemasi didalam rumah, peti matinya
akan dibuat dari hau tata kayu hidup. Untuk itu, pertama-tama yang harus dilakukan hasuhuton adalah : mangalap tukang memanggil tukang,
mangalap panggorsi yaitu pemalu gendang dan alat music lainya, pature pinahan yaitu seekor babi kecil lengkap dengan beras.
3.1.1 Mangalap Pande Dohot Panggorsi
Apabila semua sudah lengkap yaitu hasuhuton, pande hau, babi dan kelengkapannya sudah berada pada pohon kayu yang hendak
ditebang, biasanya kayu yang ada diporlak disekitar kampung, maka petugas kepercayaan lalu martonggo. Biasanya pada saat penebangan kayu
peti jenazah, panggorsi akan memulai pemotongan kayu tersebut dengan bunyi gendang yang terdiri dari tujuh gendang. Tetapi pada upacara
kematian ini, kebiasaan itu tidak pernah diadakan lagi terutama di kota Medan. Itu disebabkan oleh pengaruh jarangnya kayu yang dapat dibuat
menjadi peti jenazah disekitar daerah tempat meninggalnya orang tersebut dan juga untuk mempersingkat waktu dan juga materi untuk kualitas kayu
yang akan digunakan untuk peti jenazah orang yang meninggal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Tonggo Raja Pangarapotna
Apabila penduduk yang bertempat tinggal disekitar daerah tempat tinggal orang yang meninggal tersebut dan duduk diatas lage tiar tikar
dihalaman rumah sesuai dengan fungsi kekerabatan, mereka mengadakan siding musyawarah yang disebut tonggo raja digabung dengan
pangarapotna. Biasanya acara musyawarah ini dimulai dengan suara ogung ‘saparangguan’ sering dikatakan dengan soara nasungkot dilangit
jala natandol ditano, manjou sian nadonok, jala mangkirapi sian nadao. yang diartikan sebagai sapaan untuk arwah orang meninggal tersebut.
3.1.3 Mompo
Ruma-ruma peti jenazah dimasukkan ke dalalm rumah oleh pihak boru diiringi oleh gondang sabangunan dan disambut hasuhuton, hula-hula
boru dan petugas kepercayaan. Pada saat memasukkan peti jenazah dimasukkan kedalam rumah, pargocci akan memainkan gondang yang
cukup panjang. Panomboli menyerahkan peti jenazah kepada hasuhuton, hula-hula
boru dan petugas kepercayaan. Setelah panomboli mengucapkan kata- katanya, itu akan disambut oleh pihak suhut yang langsung meminta
gondang kepada panggorsi ‘Amang panggual panggorsi, alu-aluhon ma jolo tu Ompunta Mulajadi Na Bolon’. Setelah gondang alu-aluhon
diaminkan selesai, suhut langsung menyambut dengan ucapan ‘nunga
Universitas Sumatera Utara
dialu-aluhon ho panggorsi name tu Ompunta Mulajadi Na Bolon, bahen ma jo gondang Mulajadi I asa marsomba hami tu Mulajadi Na Bolon.
Semua yang hadir menari dengan sikap menyembah dalam suasana ritual. Setelah gondang selesai lalu pihak suhut meminta kepada kepada
pihak boru agar sama-sama memasukkan mayat orang yang meninggal tersebut kedalam ruma-ruma peti jenazah yang telah diantar pihak boru
tadinya. Dan pihak suhut juga meminta kepada panggorsi untuk memainkan musik Mula-Mula ‘asa marmula tu nauli marmula tu
nadenggan ulaon laos padomu ma tu gondang ‘mompo’. Nungga dibahen ho panggual name gondang mula-mula dohot
gondang mompo, asa bahen ma jolo gondang somba-somba asa marsomba hami tu hula-hula naro nasida rap dohot hami mamompohon natua-tua on
tu jabuna naimbaru huhut manjangkon nasida dibagasan adat “kata boru” dan sambil memulai manortor. Setelah mayat orang yang meninggal
tersebut dimasukkan kedalam peti jenazah, lalu suhut meminta gondang lagi kepada panggorsi “ Ima tutu panggual panggorsi panggual namoalo,
bahe ma gondang sampe tua, asa hupasahat hami ulos sampe tua kepada keturunan orang yang meninggal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.1.4 Sanggul Marata
Dalam acara sanggul marata ini adalah pada saat menurunkan peti jenazah dari rumah ke halaman dituruti bunyi gondang dan diterima oleh
raja Opat Bius serta diletakkan dihalaman muka rumah dimana peti kepala peti jenazah menhadap gerbang kampung tersebut. Acara kedua tortor
dongan tubu selama lima gendang, kemudia klemudian dilanjutkan dengan Bona Ni Ari-Bona Ni Tulang-Tulang-Tulang Rorobot-Hla-Hula masing-
masing lima gendang. Tetapi sekarang ini acaara Sanggul Marata ini sudah jarang ditemukan. Itu disebabkan oleh adanya beberapa fkator yang
tidak mendukung seperti; banyaknya waktu yang habis pada upacara tersebut dan juga tidak adanya halaman rumah orang yang meninggal
tersebut.
3.1.5 Partuatna - Maralaman
Partuatna Marhalaman adalah menurunkan mayat orang yang meninggal tersebut serta peti jenazahnya ke ha;laman rumah. Sebelum
diturunkan kehalaman biasanya terlebih dahulu orang yang meninggal tersebut diurapi dengan air suci air pangurason oleh petugas
kepercayaan. Hal ini juga telah jarang juga kita temukan dalam upacara kematian yang terdapat di kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
3.1.6 Acara Penguburan
Peti jenazah dikuburkan, dan ditempatkan ditepi kuburan. Uluan Malim Raja Na Opat seksi itu yang memimpin acara lalu martonggo
kepada Mula Jadi Nabolon dengan pancaran kuasanya Debata Natolu termasuk kepada semua penghuni kemulian-Nya dengan tonggo penutup
bunyi antara lain : Ngolu dohot hamatean huaso ni Debata, borhat ma ho tu bangsa panjadian Mi.
3.1.7 Mangungkap Hombung
Unsur dalihan natolu kembali berkumpul di tempat hasuhuton. Sudah menjadi adat Batak Toba bahwa setiap kegiatan harus didahului
dengan makan bersama. Dalam acara ini keluarga serta kerabat sekampung akan makan bersama di rumah tempat orang yang meninggal
tersebut. Dalam hal ini peranan gondang sabangunan tidak digunakan lagi.
3.1.8 Manuan Ompuompu Dohot Manambak
Acara manuan ompuompu dohot manambak ini dilaksanakan pada esok harinya, tepatnya pada pagi hari yang dilaksanakan oleh pihak
hasuhuton.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Deskripsi Gondang Sabangunan Dalam Upacara Kematian Saurmatua Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan
3.2.1 Ruang Dan Tempat Penyajian
Posisi pemain gondang sabangunan pun sudah berbeda dengan posisi mereka ketika di dalam rumah. Pada upacara ini, posisi mereka
sudah menghadap ke halaman rumah, Tetapi pada upacara maralaman mereka berada di bilik bonggar sebelah kanan. Kemudian pargonsi pun
bersiap-siap dengan instrumennya masing-masing.
3.2.2 Pelaku
Seperti yang telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya, bahwa keseluruhan pemain yang menggunakan instrumen- instrumen dalam
gondang sabangunan disebut pargonsi. Dahulu, istilah pargonsi ini hanya diberikan kepada pemain taganing saja, sedangkan kepada pemain
instrumen lainnya hanya diberikan nama sesuai dengan nama instrumen yang dimainkannya, yaitu pemain ogling parogung, pemain hesek dan
pemain sarune parsarune. Dalam konteks sosial, pargonsi ini mendapat perlakuan yang
khusus. Hal ini didukung oleh adanya prinsip stratifikasi yang berhubungan dengan kedudukan pargocci berdasarkan pangkat dan
jabatan. Sikap khusus yang diberikan masyarakat kepada pargonsi itu
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena seorang pargocci selain memiliki ketrampilan teknis, mendapat sabala dari Mulajadi Na Bolon, juga mempunyai pengetahuan
tentang ruhut-ruhut ni adat aturan-aturan adatsendi-sendi peradaban. Sehingga untuk itu, pargonsi mendapat sebutan Batara Guru
Hundul artinya : Dewa Batara Guru yang duduk untuk pemain taganing dan ‘Batara Guru Manguntar’ untuk pemain sarune. Mereka berdua
dianggap sejajar dengan Dewa dan mendapat perlakuan istimewa, baik dari pihak yang mengundang pargocci maupun dari pihak yang terlibat
dalam upacara tersebut. Dengan perantaraan merekalah, melalui suara gondang keseluruhan instrumen, dapat disampaikan segala permohonan
dan puji-pujian kepada Mulajadi Na Bolon Yang Maha Esa dan dewa- dewa bawahannya yang mempunyai hak otonomi. Posisi pargcci tampak
pada saat hendak diadakannya horja upacara pesta yang menyertakan gondang sabangunan untuk mengiringi jalannya upacara. Pihak yang
berkepentingan dalam upacara akan mengundang pargonsi dan menemui mereka dengan permohonan penuh hormat, yang disertai napuran tiar
sirih diletakkan di atas piring. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan zaman, penghargaan
kepada pargonsi sudah berubah. Hal ini disebabkan kehadiran musik suatu sebutan dari masyarakat Batak Toba untuk kelompok music tiup
yang menggantikan kedudukan gondang sabangunan sebagai pengiring upacara. Apabila pihak yang terlibat dalam upacara meminta sebuah
Universitas Sumatera Utara
repertoar, mereka akan menyebut pargonsi kepada dirigen atau pimpinan kelompok musik tersebut. Walaupun kedudukan kelompok musik sama
dengan gondang sabangunan dengan menyebut “pargonsi” kepada pemain musik, namun musisi tersebut tidak dapat dianggap sebagai Batara Guru
Humundul ataupun Batara Guru Manguntar. Sikap hormat yang diberikan masyarakat kepada pargonsi
bukanlah suatu sikap yang permanen tetap, tetapi hanya dalam konteks upacara. Di luar konteks upacara, sebutan dan sikap hormat tersebut akan
hilang dan pargonsi akan mempunyai kedudukan seperti anggota masyarakat lainnya, ada yang hidup sebagai petani, pedagang, nelayan dan
sebagainya. Sejalan dengan uraian di atas, ada beberapa penulis Batak Toba yang menerangkan sebutan untuk masing-masing instrumen dalam
gondang sabangunan. Seperti Pasariboe 1938 menuliskan sebagai berikut : oloan bernama simaremare, pangalusi bernama situri-turi,
panonggahi bernama situhur tolong, doal bernama sisunggul madam, taganing bernama silima hapusan, gordang bernama sialton sijarungjung
dan odap bernama siambaroba.
3.2.3 Alat Musik Yang Digunakan
Gondang sabangunan sebagai kumpulan alat-alat musik tradiosional Batak Toba, terdiri dari : taganing, gordang, sarune, ogling
oloan, ogling ihutan, ogung panggora, ogling doal dan hesek.
Universitas Sumatera Utara
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan masing-masing instrument, yakni fungsinya.
1. Taganing Dari segi teknis, instrumen taganing memiliki tanggung jawab dalam
penguasaan repertoar dan memainkan melodi bersama-sama dengan sarune bolon . Walaupun tidak seluruh repetoar berfungsi sebagai
pembawa melodi, namun pada setiap penyajian gondang, taganing berfungsi sebagai “pengaba” atau “dirigen” pemain group gondang
dengan isyarat- isyarat ritme yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota ensambel dan pemberi semangat kepada pemain lainnya.
Gambar Taganing 1.
Gordang Gondang ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel, yaitu
memainkan iringan musik lagu yang bervariasi. Selain itu gordang juga berfungsi sebagai instrumen untuk menjaga tempo yang konstan dalam
permainan saat keseruhan instrumen dibunyikan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar Gordang Gondang Sabangunan
2. Sarune Bolon
Sarune berfungsi sebagai alat untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan oleh taganing, artinya di sini adanya kerjasama yang
heterophonis antara partaganing dan parsarune. Dalam permainannya, sarune bolon ini pembawa melodi utama, dan awal dari komposisi lagu
selalu bermula dari suaranya, dan juga ketika akan berakhirnya komposisi lagu dimainkan selalu ada kode tanda yang berupa suara yang khas dari
permainan sarune bolon.
Gambar Sarune Bolon
Universitas Sumatera Utara
3. Ogung Oloan
Gambar Ogung Oloan
Ogung Oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan, yaitu memainkan iringan irama lagu dengan model yang tetap. Fungsi
agung oloan ini umumnya sama dengan fungsi agung ihutan, agung panggora dan agung doal dan sedikit sekali perbedaannya. agung doal
memperdengarkan bunyinya tepat di tengah-tengah dari dua pukulan hesek dan menimbulkan suatu efek synkopis nampaknya merupakan suatu
ciri khas dari gondang sabangunan. Fungsi dari ogung panggora ditujukan pada dua bagian. Di satu
bagian, ia berbunyi berbarengan dengan tiap pukulan yang kedua, sedang di bagian lain sekali ia berbunyi berbarengan dengan ogung ihutan dan
sekali lagi berbarengan dengan agung oloan. Para penari maupun pendengar hanya berpegang pada bunyi agung oloan dan ihutan saja.
Berdasarkan hal ini, maka ogung oloan yang berbunyi lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang harus di turuti” , sedang ogling ihutan
yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang menjawab” atau “Yang menuruti”. Maka dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi yang berlangsung
antara ogling dan ihutan dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan “tanya jawab”
Universitas Sumatera Utara
4. Ogung Ihutan atau Ogung pangalusi Yang menjawab atau yang
menuruti.
Gambar Ogung Ihutan Pangalusi Sebelah kiri
5. Ogung panggora atau Ogung Panonggahi Yang berseru atau yang
membuat orang terkejut.
Ogung Panggora
6. Ogung Doal Tidak mempunyai arti tertentu
Gambar Ogung Doal Sebelah kanan
7. Hesek
Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrumen akan terasa kurang
lengkap. Walaupun alat dan suaranya sederhana saja, namun peranannya penting dan menentukan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar seperangkat gondang sabangunan
Gambar seperangkat gondang sabangunan beserta nama alat musiknya
Universitas Sumatera Utara
3.2.4 Jenis Gondang Yang Dimainkan
Dalam upacara kematian Batak Toba, gondang mulai dimainkan pada malam terakhir mayat tersebut di rumah itu. Guna dari gondang yang
dimainkan pada malam hari tersebut adalah sebagai perpisahan terakhir kepada orang yang yang tinggal disekitar kampung tersebut.
Pada saat upacara berlangsung, pargonsi akan dilayani dengan hormat, seperti ketika suatu kelompok orang yang terlibat dalam Dalihan
Na Tolu ingin menari, maka mereka akan meminta gondang kepada pargonsi dengan menyerukan sebutan yang menyanjung dan terhormat,
yaitu : “Ale Amang panggual pargonsi, Batara Guru Humundul, Batar Guru Manguntar, Na sinungkun botari na ni alapan arian, Parindahan na
suksuk, parlompaan na tabo, Paraluaon na tingkos, paratarias na malo”. Artinya “Yang terhormat para pemain musik, Batara Guru Humundul,
Batara Guru Manguntar yang ditanya sore hari dan dijemput sore hari penikmat nasi yang empuk, penikmat lauk yang lezat, penyampai pesan
yang jujur, pemikir yang cerdas”. Untaian kalimat di atas menunjukkan makna dari suatu sikap yang menganggap bahwa pargonsi itu setaraf
dengan Dewa. Mereka harus selalu disuguhi dengan makanan yang empuk dan lezat, harus dijemput dan diantar kembali bila pergi ke suatu tempat
dan mereka itu dianggap mempunyai fikiran yang jujur dan cerdas sehingga dapat menjadi perantara untuk menghubungkan dengan Mulajadi
Nabolon.
Universitas Sumatera Utara
Penulis Batak Toba lainnya, Pasaribu 1967 menuliskan taganing bernama pisoridandan, gordang bernama sialtong na begu, odap bernama
siambaroba, oloan bernama si aek mual, pangalusi bernama sitapi sindar mataniari, panggora bernama situhur, doal bernama diri mengambat dan
hesek bernama sigaruan nalomlom. Nama-nama di atas nama yang diberikan oleh pemilik instrumen musik atau pimpinan komunitas musik
yang sulit sekali dicari padanannya dalam bahasa Indonesia dan bukan menunjukkan gambaran mengenai superioritas instrumen tersebut. Nama-
nama tersebut biasa saja berbeda pada tiap-tiap daerah. Khusus untuk instrumen sarune tidak ditemukan adanya sebutan terhadap instrumen itu.
Selanjutnya pada besok harinya susunan acara yang akan dimainkan oleh pargocci hendaknya memenuhi tiga bagian, yang
merupakan bentuk upacara secara umum, yaitu pendahuluan yang disebut gondang mula-mula, pemberkatan yang disebut gondang pasu-pasu, dan
penutup yang disebut gondang hasatan. Ketiga bagian gondang inilah yang disebut si pitu Gondang Si Tujuh Gondang. Walaupun dapat dilakukan
satu, tiga, lima, dan sebanyak-banyaknya tujuh nomor acara atau jenis gondang yang diminta. “Gondang mula-mula i ma tardok patujulona na
marpardomuan tu par Tuhanon, tu sabala ni angka Raja dohot situan na torop”. Artinya Gondang mula-mula merupakan pendahuluan atau
pembukaan yang berhubungan dengan Ketuhanan, kuasa roh raja-raja dan khalayak ramai.
Universitas Sumatera Utara
Anugerah pasu-pasuan i ma tardok gondang sinta-sinta pangidoan hombar tusintuhu ni na ginondangkan dohot barita ngolu. Artinya gondang
pasu-pasuan merupakan penggambaran cita-cita dan pernohonan sesuai dengan acara pokok dan kisah hidup.
Salah satu gondang yang dimainkan dalam upacara kematian Masyarakat Batak Toba adalah gondang Hasahatan. Gondang Hasahatan
menggambarkan penghargaan yang pasti tentang segala yang dipinta akan diperoleh dalam waktu yang tidak lama. Gondang hasatan i ma pas ni roha
na ingkon sabat saut sude na pinarsinta. Artinya ialah suatu keyakinan yang pasti bahwa semua cita-cita akan tercapai. Lagu-lagu untuk ini
biasanya pendek-pendek saja. Dari ketiga bagian gondang tersebut di atas, maka para peminta gondang menentukan beberapa nomor acara gondang
dan nama gondang yang akan ditarikan.
3.2.4.1 Gondang Mula-Mula
Gondang Mula-mula yaitu Gondang ini dibunyikan untuk menggambarkan bahwa segala yang ada di dunia ini ada mulanya, baik itu
manusia, kekayaan dan kehormatan.
Bentuk upacara yang termasuk gondang mula-mula antara lain: 1. Gondang alu-alu, untuk mengadukan segala keluhan kepada yang tiada
terlihat yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta, biasanya dilakukan tanpa tarian.
Universitas Sumatera Utara
2. Gondang Samba-Samba, sebagai persembahan kepada Yang Maha Pencipta. Semua penari berputar di tempat masing-masing dengan kedua
tangan bersikap menyembah.
3.2.4.2 Gondang Sitio-tio
Gondang Sitio-tio, menggambarkan kecerahan hidup masa depan sebagai jawaban terhadap upacara adat yang telah dilaksanakan.
Yang termasuk gondang pasu-pasuan : 1. Gondang Sampur Marmere, menggambarkan permohonan agar
dianugrahi dengan keturunan banyak. 2. Gondang Marorot, menggambarkan permohonan kelahiran anak yang
dapat diasuh. 3. Gondang Saudara, menggambarkan permohonan tegaknya keadilan dan
kemakmuran. 4.
Gondang Sibane-bane, menggambarkan permohonan adanya kedamaian dan kesejahteraan.
5. Gondang Simonang-monang, menggambarkan permohonan agar selalu memperoleh kemenangan.
6. Gondang Didang-didang, menggambarkan permohonan datangnya sukacita yang selalu didambakan manusia.
Universitas Sumatera Utara
7. Gondang Malim, menggambarkan kesalehan dan kemuliaan seorang imam yang tidak mau ternoda.
8. Gondang Mulajadi, menggambarkan penyampaian segala permohonan kepada Yang Maha pencipta sumber segala anugerah.
3.2.4.3 Gondang Liat-liat
Gondang Liat-liat, para pengurus gereja menari mengelilingi mayat memberkati semua suhut dengan meletakkan tangan yang memegang ulos
ke atas kepala suhut dan suhut membalasnya dengan meletakkan tangannya di wajah pengurus gereja.
3.2.4.4 Gondang Simba-Simba
Gondang Simba-simba maksudnya agar kita patut menghormati gereja. Dan pihak suhut menari mendatangi pengurus gereja satu persatu
dan minta berkat dari mereka dengan rneletakkan ulos ke bahu rnasing- masing pengurus gereja. Sedangkan pengurus gereja menaruh tangan
mereka ke atas kepala suhut.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4.5 Gondang Hasuhuton
Gondang yang terakhir, hasuhuton meminta gondang hasahatan dan sitio-tio agar semua mendapat hidup sejahtera bahagia dan penuh
rejeki dan setelah selesai ditarikan rnereka semuanya mengucapkan horas sebanyak tiga kali.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENGGUNAAN DAN FUNGSI GONDANG SABANGUNAN
DALAM UPACARA SAUR MATUA DI KOTA MEDAN
4.1 Fungsi Gondang Sabangunan Pada Upacara Kematian Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan
Rombongan dari pengurus gereja akan mengawali kegiatan margondang. Pertama sekali mereka meminta kepada pargonsi supaya
memainkan sitolu Gondang tanpa menyebut nama gondangnya , yaitu gondang yang dipersembahkan kepada Debata Tuhan agar kiranya Yang
Maha Kuasa berkenan memberkati upacara ini dari awal hingga akhirnya dan memberkati semua suhut agar beroleh hidup yang sejahtera di masa
mendatang. Lalu pargonsi memainkan sitolu Gondang itu secara berturut-
turut tanpa ada yang menari.
Setelah sitolu Gondang itu selesai dimainkan, pengurus gereja kemudian meminta kepada pargonsi yaitu gondang liat-liat. Maksud dari
gondang ini adalah agar semua keturunan dari yang meninggal saur matua ini selamat-selamat dan sejahtera. Pada jenis gondang ini, rombongan
gereja menari mengelilingi borotan yang diikatkan kepadanya seekor kuda sebanyak tiga kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan
mundur. Gerak tari pada gondang ini ialah kedua tangan ditutup dan
Universitas Sumatera Utara
digerakkan menurut irama gondang. Setelah mengelilingi borotan, maka
pihak pengurus gereja memberkati semua boru dan suhut.
Kemudian pengurus gereja meminta gondang Marolop-olopan. Maksud dari gondang ini agar pengurus gereja dengan pihak suhut saling
bekerja sama. pada waktu menari pengurus gereja mendatangi suhut dan unsur Dalihan Natolu lainnya satu persatu dan memberkati mereka dengan
meletakkan ulos di atas bahu atau saling memegang wajah, sedang suhut dan unsur Dalihan Na Tolu lainnya memegang wajah pengurus gereja.
Setelah gondang ini selesai, maka pengurus gereja menutup kegiatan margondang mereka dengan meminta kepada pargonsi gondang Hasahatan
tu sitiotio. Semua unsure Dalihan Na Tolu menari di tempat dan kemudian
mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.
Kegiatan margondang selanjutnya diisi oleh pihak hasuhutan yang meminta gondang Mangaliat kepada pargonsi. Semua suhut berbaris
menari mengelilingi kuda sebanyak 3 kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan mundur. Gerakan tangan sama seperti gerak yang
dilakukan oleh pengurus gereja pada waktu mereka menari gondang Mangaliat. Setelah gondang ini selesai maka suhut mendatangi pihak boru
dan memberkati mereka dengan memegang kepala boru atau meletakkan
ulos di atas bahu boru.Sedangkan boru memegang wajah suhut.
Setelah hasuhutan selesai menari pada gondang Mangaliat, maka menarilah dongan sabutuha juga dengan gondang Mangaliat, dengan
Universitas Sumatera Utara
memberikan ‘beras si pir ni tondi’ kepada suhut. Kemudian mangaliatlah mengelilingi borotan pihak boru sambil memberikan beras atau uang.
Lagi giliran pihak hula-hula untuk mangaliat. Pihak hula-hula selain memberikan beras atau liang, mereka juga memberikan ulos kepada semua
keturunan orangtua yang meninggal baik anak laki-laki dan anak perempuan. Ulos yang diberikan hula-hula kepada suhut itu merupakan
ulos holong
4.2 Fungsi Gondang Sabangunan Pada Upacara Kematian Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan