migrasi nenek moyang yang berasal dari pegunungan Burma yang keberadaannya tinggal dan menetap sebagai pribumi di areal budaya
Batak Toba ini juga dianggap sebagai asal-usul etnis ini. Kemudian dilanjutkan lagi dengan zaman penyebaran etnis Batak Toba, dari Pusuk
Buhit ini manusianya menyebar keseluruh areal yang menjadi kawasan kehidupan pertumbuhan individu-individu masyarakat Batak Toba. Fakta
sejarah menyebutkan, bahwa kedatangan orang-orang Eropa maupun Asia dan Timur Tengah juga secara khusus mempengaruhi pola-pola
kehidupan di dalam masyarakat, dekade ini disebutkan sebagai’zaman penjajahan Eropa maupun Asia yang mempengaruhi kultur
masyarakatnya. Dimasa zaman kemerdekaan Republik Indonesia hingga sekarang ini setiap periode pembabakan sejarah etnis Batak Toba ini
tentunya mempunyai pengaruh tersendiri dalam sisi kehidupan masyarakatnya yang dampak pengaruhnya langsung berpengaruh ke
dalam sistem sosial, agama, ekonomi, budaya, politik dan teknologi modern.
2.3 Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan baik antara individu dengan individu ataupun individu dengan
masyarakat lingkungannya. Dari sistem ini biasanya bersumber masalah
Universitas Sumatera Utara
lain dalam sistem kemasyarakatan, seperti sistem daur hidup, kesatuan hidup setempat dan stratifikasi sosial.
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak Toba berdiam di daerah pedesaan yang disebut huta kampung. Biasanya satu Huta didiami oleh
keluarga dari satu marga. Marga klan tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga yang membentuk sebuah klan kecil. Klan
kecil tadi merupakan kerabat patrilineal garis keturunan ayah yang masih berdiam dalam satu kawasan areal yang menciptakan sosial budaya.
Sebaliknya klen besar yang anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya
melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : a
perbedaan tigkat umur, b perbedaan pangkat dan jabatan, c perbedaan sifat keaslian dan d status kawin.
Pada umumnya perkawinan Batak Toba adalah monogami. Tetapi karena faktor keturunan laki-laki dianggap penting membawa garis
keturunan, maka apabila sebuah keluarga di dalam perkawinan belum mempunyai anak laki-laki sering sekali terjadi poligami yang tujiuannya
agar garis keturunan yetap berlanjut. Perkawinan sangat erat kaitannya dengan keluarga, sedang perceraian sangat jarang terjadi dan sejauh
mungkin diusahakan jangan sampai terjadi. Hal ini terjadi karena adat. Bila seorang istri yang diceraikan suaminya cenderung tidak akan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai hubungan lagi dengan keluarga laki-laki baik anak sendiri, maupun keluarga lain. Berpoligami sebenarnya sangat tidak diinginkan di
dalam status sosial pada masyarakat Batak Toba. Dalam kehidupan sehari- hari orang yang berpoligami itu selalu kurang mendapat penghargaan dari
masyarakat sekitar dan juga status sosialnya dianggap kurang baik. Pandangan masyarakat Batak Toba bahwa anak laki-laki dan
perempuan merupakan harta yang paling berharga baginya di dalam keluarga. Hal ini dapat di lihat dari semboyan di masyarakatnya yaitu
anakhonki do hamoraon di au anak adalah kekayaan yang dimiliki. Keturunan-keturunan dari orang yang berpoligami dalam kenyataannya
lebih banyak menderita karena percekcokan antara anak pihak istri yang pertama dengan pihak istri kedua. Dengan demikian pada prinsipnya
masyarakat Batak Toba tidak menginginkan adanya poligami dari pihak suami , kecuali jika tidak ada keturunan, apalagi tidak mempunyai
keturunan laki-laki yang dianggap anak laki-laki merupakan penerus kesinambungan secara genetika.
2.4 Sistem Mata Pencaharian