seperti gondang naposo. Sebagai pengiring acara ensambel gongadang sabanguanan memiliki peranan yang sangat penting .Karena rangkaian
acara adat tidak akan dapat berjalan dengan semestinya tanpa diiringi musik gondang yang memnjadai salah satu bentuk media penyampaian
seperti rasa hormat ketika musik somba–somba maupaun rasa senang ketika musik embas dimainkan.
Hal ini menjadikan posisi pemain musik panggorsi menjadi sanggat penting dimana panarune pemain serunai dan partaganing
pemain taganing dianggap manifestasi dari Batara Guru yaitu salah satu dewa sahala ni oppung, yang dianggap mampu menjembatani antara
kehidupan manusai dan kehidupan alam baka.
4.2.1 Fungsi Gondang Sabangunan Sebagai Sarana Ritual
Dalam konsep adat istiadat masyarakat batak toba dunia dibagai menjadi tiga bagian yaitu dunia bawah tempat orang yang sudah mati
banua toru, dunia tengah tempat manusia hidup banua tongga dan dunia atas tempat para dewa banua ginjang inganan ni mula jadi
nabolon. Ketika seseorang mati maka ia akan berada dibanua toru sehingga komunikasinya akan terputus dengan banua ginjang tempat para
dewa atau mula jadi nabolon berada. Mate saurmatua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara, karena mati saat semua anaknya telah
berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi diatasnya,
Universitas Sumatera Utara
yaitu mate saurmatua bulung mati ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari
anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan Sinaga,1999:37–42. Kematian bagi masyrakat batak toba merupakan perpindahan dunia
dari banua tongnga ke banua toru dan upacara kematian saur matua bagi seseorang dilakukan sebagai salah satu bentuk penghormatan maupun
ucapan syukur karena apa yang telah didapatnya selama hidup. Untuk itu ketika diadakan upacara kematian, khususnya saur matua gondang
sabagunan berfungsi sebagai media penyampaian doa – doa kepada mula jadi nabolon di banua ginjang dengan posisi pemain gondang yang
dianggap sebagai manifestasi Batara Guru dipercaya memudahkan penyampaian doa ataupun ucapan syukur lainya.
Fungsi gondang sabangunan sebagai sarana spiritual menjadi sangat jelas terlihat pada pelaksanaan upacara saur matua ini. Seseorang
yang mati saurmatua umumnya akan disembah sedikit-dikitnya dari semua anaknya. Terjadi hubungan mutualisme saling menguntungkan,
karena penyembahan yang diterima arwah orang tua melalui upacara saurmatua dari para keturunannya akan menambah kekuatan sahala
leluhur di alam lain, sedangkan keturunannya mendapatkan berkat sahala dari orang tua yang mati tersebut. Vergouwen,2004:77–78.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan upacara biasanya diawali dengan martonggo raja atau musyawarah untuk mempersiapakan segala keperluan. Pihak-pihak yang
ikut dalam martonggo raja ini adalah unsur-unsur dalihan natolu. Dalihan natolu sendiri merupakan sebuah sistem hubungan sosial masyarakat
Batak, terdiri dari tiga kelompok unsur kekerabatan, yaitu : pihak hula- hula kelompok orang keluarga marga pihak istri, pihak dongan tubu
kelompok orang-orang yaitu : teman atau saudara semarga, dan pihak boru kelompok orang-orang dari pihak marga suami dari masing-masing
saudara perempuan kita, keluarga perempuan pihak ayah.
Pada hari terakhir mayat akan disemayamkan dimulailah rangkaian upacara tersebut. Setelah semua pelayat hadir maka pihak keluarga
berkesempatan untuk menjamu atau memberikan makan siang kepada seluruhyang hadir saat itu. Setelah itu masuk acara adat yang disebut
dengan mambagi jambar. Jambar pertama disebut dengan jambar juhut yaitu daing kerbau mentah yang dipotong parhobas
jambar juhut itu adalah: 1.Kepala ulu untuk raja adat pada masa sekarang adalah
pembawa acara selama upacara, 2.Leher rungkung atau tanggalan untuk pihak boru, 3.Paha dan kaki soit untuk dongan sabutuha, 4.Punggung
dan rusuk somba-somba untuk hula-hula, 5.Bagian belakang ihur-ihur untuk hasuhuton. Adapun dongan sahuta teman sekampung, pariban
kakak dan adik istri kita dan ale-ale kawan karib, dihitung sama sebagai pihak dongan sabutuha Sihombing,1986:34.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian jambar hata dari kerabat atau teman kepada keluarga yang berduka. Biasanya disisi para kelompok
pelayat berkesempatan memberikan kata – kata peng hiburan yang diawali oleh seluruh hula–hula keluarga kemudian dilanjutkan boru dohot bere
dan akan diakhiri oleh dongan sahuta.
Pada saat pelaksanaan jambar hata inilah terlihat jelas fungsi gondang sabangunan, dimana setiap pergantian kelompok yang akan
memberi kata penghiburan maka terlebih dahulu mereka mamitta gondang meminta gendang kepada pargocci agar mereka bias manortor. Adapun
urutan yang meminta gondang dalam upacara tersebut adalah:
No Nama Gondang Keterangan
1 Gondang Ni Pargonsi
Musik pembuka dari para pagocci 2
Gondang Ni Hasuhutan Musik untuk pihak keluarga yang kemalangan
3 Gondang Ni Dongan Sabutuha
Musik dari yang satu nenek atau marga dengan suhut
4 Gondang Ni Parboruan
Musik dari marga-marga yang mewarisi anak perempuan suhut
5 Gondang Ni Ale – ale
Musik dari teman – teman dekat atau teman sekampung
6 Gondang Ni Hula- hula
Musik dari pihak pemberi istri suhut
Universitas Sumatera Utara
7 Gondang Ni Parhobas
Musik dari pihak sukerelanwan yang mempersiapkan acara.
8 Gondang Ni Hariapan
Musik dari seluruh pelayat yang belum manortor.
Tabel urutan musik gondang yang dimainkan dalam upacara saur matua kiri, sumber :sinaga,1999, 1981
Setelah dijelaskan diatas secara jelas fungsi gondang sabangunan sebagai saran ritual, maka saya dapat memberikan
penjelasan mengapa pada saat-saat tertentu, gondang sabangunan dimainkan secara murni pada tahapan upacara kematian saurmatua
di kota Medan sebagai pembahasan dalam penyelesaian tulisan ini.
4.2.2 Fungsi Gondang Sabangunan Sebagai Ekspresi Kesenian