Kapal Motor Dari Luar Samosir

38 Jenis Yang Diangkut Tujuan Tarif Penumpang Balige Rp 125,- per orang Padi, bawang dll Balige Rp 125,- per goni Ternak babi Balige Rp 100,- per ekor kerbau Balige Rp 300,- per ekor Penumpang Ajibata Rp 175,- per orang Padi, bawang dll Ajibata Rp 175,- per goni Ternak babi Ajibata Rp 125,- per ekor Ternak kerbau Ajibata Rp 300,- per ekor Sumber : Oppung Solo Tarif ongkos pengguna jasa kapal sebelum tahun 1965 untuk penumpang tujuan Balige dikenakan biaya Rp 125,- dan tujuan Ajibata Rp 175,-. Tarif untuk barang- barang hasil pertanian per potong goni dikenakan biaya yang sama dengan satu orang penumpang sedangkan untuk ongkos dari hewan ternak seperti babi dikenakan biaya per ekornya Rp 100,- untuk tujuan Balige, tujuan Ajibata Rp 125,- dan untuk kerbau per ekornya dikenakan biaya Rp 300,- untuk Balige dan Ajibata. 35

3.6 Kapal Motor Dari Luar Samosir

35 Wawancara dengan Ibu Dame Boru Pakpahan, Pemilik Kapal Tani, Tanggal 10 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara 39 Sejak awal tahun 1965 sampai pada pertengahan tahun tersebut kapal yang bertambah sebanyak 6 unit kapal. Penambahan kapal tersebut berasal dari Desa Onan Runggu dan Desa Nainggolan yang berjumlah 3 unit kapal yaitu Kapal Larisma Onan Runggu, Kapal Nainggolan II dan Kapal Horas. Kemudian dari Desa Harianja ada satu unit yaitu Kapal Harianja. Lalu dari Desa Urat ada 2 unit yaitu Kapal Urat 25 dan Kapal Urat II. Di samping kapal-kapal lokal tersebut, kapal dari luar samosir juga masuk ke Samosir sebanyak 6 unit. Akan tetapi kapal-kapal dari luar Samosir tersebut sejak tahun 1970-an tidak diizinkan lagi masuk melayani trayek ke daerah Samosir sebab putra daerah juga sudah semakin banyak yang memiliki kapal motor sehingga kapal putra daerah lebih diutamakan untuk beroperasi di daerah tersebut. 36 Peranan kapal ini sama halnya dengan kapal-kapal pertama yaitu sebagai alat transportasi di Danau Toba. Kehadiran kapal-kapal dari luar Samosir membawa dampak yang signifikan dalam perkembangan diberbagai aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, budaya, sosial dan pendidikan. Dalam bidang ekonomi, masyarakat telah lebih maju mengalami peningkatan. Dalam bidang budaya, masyarakat telah mengalami pergeseran dari yang bersifat tradisional menuju modern misalnya mereka sudah semakin berinovasi dengan pakaian-pakaian modern dan lambat laun meninggalkan ulos sebagi pakaian sehari-hari. Dalam bidang sosial, contoh paling nyata yaitu masyarakat Toba sudah mengenal politik. Hal ini ditandai dengan pemerintahan yang dahulunya tidak melalui pemilihan namun setelah masyarakat sudah semakin berinteraksi dengan dunia luar maka pemerintahan setempat dipilih melalui pemungutan suara. Dalam bidang pendidikan, sejak semakin 36 Wawancara dengan T. Siregar, Tokoh Masyarakat Onan Runggu, Tanggal 9 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara 40 lancarnya transportasi masyarakat semakin antusias dalam mengejar pendidikan karena jarak untuk keluar daerah Samosir bukan menjadi faktor penghambat lagi bagi anak-anak yang ingin mengecap pendidikan keluar daerah. Dalam teknis pola pelayaran juga mengalami perubahan sebab dalam satu desa sudah memiliki lebih dari satu kapal. Sehingga dalam satu hari ada enam unit kapal yang beroperasi melayani trayek yang sudah ditentukan dengan ketetapan dari satu desa tidak diijinkan kapal beroperasi lebih dari dua unit. TABEL V Jadwal Keberangkatan Kapal Tahun 1965 Nama Kapal Tujuan Jadwal Keberangkatan Larisma Onan Runggu Nainggolan II Horas Balige 08.00 WIB 09.30 WIB 11.00 WIB Urat 25 Urat II Hrianja Ajibata 07.30 WIB 08.30 WIB 10.00 WIB Sumber : Arsip pribadi Oppung Solo Pembagian trayek juga sudah diperketat dengan sistem trip. Untuk melayani trayek Ajibata dan Balige dalam satu hari diberlakukan jam keberangkatan. Misalnya untuk trip pertama, kapal yang berangkat melayani trayek Ajibata yaitu pukul 07.30 WIB. Begitu juga dengan kapal yang berangkat untuk melayani trayek Balige yaitu pukul 08.00 WIB. Untuk trip ke dua, trayek Ajibata berangkat pukul 08.30 WIB, trip Universitas Sumatera Utara 41 Balige pukul 09.30 WIB dan untuk trip ketiga tujuan Ajibata berangkat pukul 10.00 WIB sedangkan tujuan Balige berangkat pukul 10.30 WIB. Banyaknya kapal yang beroperasi pada tahun 1965 sampai sekarang tidak lepas dari bentuk dan bobot kapal yang sudah banyak berubah. Perbedaan paling signifikan sangat jelas terlihat dari ukuran kapal. Kapal-kapal pertama yakni keluaran tahun 1942 sampai pada tahun 1950 pertengahan dapat memuat penumpang sebanyak 300 orang, sedangkan ukuran kapal keluaran 1965 sampai sekarang hanya dapat memuat penumpang sebanyak 100 orang. Perubahan bobot kapal di Samosir juga dipengaruhi oleh bahan-bahan pembuat kapal yang sudah sangat susah ditemukan. Tabel VI Tarif Angkutan Kapal Tahun 1965 Onan Runggu Jenis Yang Diangkut Tujuan Tarif Penumpang Balige Rp 300,- per orang Padi, bawang dll Balige Rp 300,- per goni Ternak babi Balige Rp 200,- per ekor Kerbau Balige Rp 500,- per ekor Penumpang Ajibata Rp 425,- per orang Padi, bawang dll Ajibata Rp 425,- per goni Ternak babi Ajibata Rp 325,- per ekor Ternak kerbau Ajibata Rp 500,- per ekor Sumber : Oppung Solo Universitas Sumatera Utara 42 Di samping perubahan bentuk dan bobot kapal, tarif ongkos pengguna jasa kapal juga berubah dengan perubahan nilai mata uang. Pada tahun 1965, untuk penumpang tujuan Balige dikenakan biaya Rp 300,- dan tujuan Ajibata Rp 425,-. Tarif untuk barang-barang hasil pertanian per potong goni dikenakan biaya yang sama dengan satu orang penumpang sedangkan untuk ongkos dari hewan ternak seperti babi dikenakan biaya per ekornya Rp 200,- untuk tujuan Balige, tujuan Ajibata Rp 325,- dan untuk kerbau per ekornya dikenakan biaya Rp 500,- untuk Balige dan Ajibata. 37 Transportasi darat pada masa itu memang tidak begitu berkembang. Namun demikian trasnportasi ini juga membantu masyarakat dalam mengangkut hasil pertaniannya ke pelabuhan. Transportasi ini digunakan oleh mereka yang bertujuan ke pelabuhan kapal ataupun sebaliknya. Sebab tidak semua orang yang diturunkan oleh kapal motor di desa-desa yang terletak di pinggir Danau Toba. Terminal Onan Runggu pada masa masuknya kapal-kapal dari luar Samosir tidak terlalu terlihat perubahannya. Ini disebabkan karena para penumpang diantarkan langsung ke pelabuhan-pelabuhan kecil di desanya masing- masing sehingga angkutan darat tidak terlalu berkembang pada masa itu. 37 Wawancara dengan Oppung Solo, Pemilik kapal Nainggolan I, tanggal 7 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara 43 BAB IV PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DI ONAN RUNGGU

4.1 Kondisi Ekonomi Sebelum Adanya Kapal Motor 1933