21
dalam kapal motor tersebut, seperti kebutuhan pendidikan yang menurut masyarakat masih kurang memadai. Komunikasi seperti inilah yang terjadi dengan setiap
masyarakat pribumi yang menaiki kapal motor zending sehingga keberadaan kapal motor tersebut sangat berharga bagi Pastor Pater untuk mempermudah tugas beliau.
Dalam jangka waktu yang tidak lama zending Katholik mendirikan pusat kesehatan yang terbuka bagi kalangan masyarakat, sehingga masyarakat lebih
antusias untuk mengenal Katholik lebih dekat. Walaupun zending Protestan yang sudah lebih dahulu memperkenalkan diri dengan menyediakan berbagai fasilitas
untuk masyarakat seperti pendidikan dan sarana kesehatan ternyata tidak menjadi ukuran bagi masyarakat Onan Runggu. Hal tersebut disebabkan adanya sifat
masyarakat yang ingin lebih mengenal hal baru sehingga sarana kesehatan yang ditawarkan oleh Katholik lambat laun semakin diterima oleh masyarakat.
3.1.2 Dibangunnya Pelabuhan Onan Runggu
Semakin seringnya masyarakat memakai kapal pastoran sebagai alat pengangkutan maka pihak pastoran kemudian membangun pelabuhan untuk dermaga
kapal dan sekaligus berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat yang ingin memakai kapal tersebut. Selain itu dermaga juga berfungsi untuk menerima para
tamu zending yang datang berkunjung dengan menggunakan kapal. Lambat laun fungsi pelabuhan semakin bertambah yaitu sebagai pekan onan sehingga perputaran
ekonomi masyarakat Onan Runggu terpusat di pelabuhan Onan Runggu 1934.
22
22
Wawancara dengan Roy Gultom, Kepala Perpustakaan Paroki St. Paulus Onan Runggu, Tanggal 18 Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
22
Mengenai pembangunan pelabuhan ini juga tidak terlepas dari peran seorang Raja huta bermarga Samosir. Pada awalnya letak kapal bertambat bisa dikatakan
sangat dekat dengan tempat zending Katholik bermukim, tepatnya di belakang bangunan pusat kesehatan milik zending Katholik.
23
Pada waktu itu memang belum dibangun pelabuhan. Sementara niat untuk membangun pelabuhan memang sudah ada dari pihak zending Katholik. Namun
mereka belum menemukan lahan untuk mendirikan pelabuhan. Hingga kemudian seorang Raja huta bermarga Samosir mengusulkan dan mengizinkan sebuah lahan
yang berjarak ± 50 meter dari tempat pihak zending biasa menambatkan kapal. Lahan tersebut merupakan tanah ulayat milik marga Samosir, Gultom dan Harianja.
Setelah mendapatkan lahan tersebut, maka pihak zending Katholik mulai mendirikan bangunan pada tahun 1934 untuk pelabuhan yang terdiri dari rangka besi
yang dibawa dari Balige.
24
Keadaan ini sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh kapal motor pastoran yang menggunakan lahan di tempat yang strategis sehingga sangat mudah dijangkau oleh
masyarakat. Dengan keberadaan pelabuhan tersebut, masyarakat di sekitar pelabuhan semakin sering berkomunikasi satu sama lain sehingga terjadi sebuah perilaku
ekonomi di dalam areal pelabuhan tersebut. Lambat laun pelabuhan ini juga berkembang sebagai
tempat kegiatan ekonomi pada masyarakat Onan Runggu.
23
Wawancara dengan Roy Gultom, Kepala Perpustakaan Paroki St. Paulus Onan Runggu, Tanggal 18 Juli 2010
24
Wawancara dengan Roy Gultom, Kepala Perpustakaan Paroki St. Paulus Onan Runggu, Tanggal 18 Juli 2010
Universitas Sumatera Utara
23
3.2 Kapal Motor