PEMBAHASAN Prosiding Semnas 2015 Bu Puji UNNES

ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 91 Secara umum Pendidikan Non Formal mencakup : 1. Pendidikan anak usia dini PAUD Pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pendidikan yang ditujukan kepada usia pra sekolah dengan tujuan memaksimalkan usia emas dari seorang anak. Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi untuk membentuk anak berkembang sesuai tingkat perkembangannya. Dalam taraf perkembangannya anak usia dini memiliki potensi yang sangat besar dalam hal memaksimalkan kemampuannya, yaitu dengan pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangannya.

2. Pendidikan kesetaraan

Pendidikan kesetaraan adalah satuan dari Pendidikan Non Formal yang meliputi kelompok belajar program paket A, paket B dan paket C yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar SKB, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM atau satuan lainnya.

3. Pendidikan keaksaraan

Pendidikan keaksaraan ditujukan kepada masyarakat untuk mengatasi permasalahan masyarakat yang berkaitan dengan membaca, menulis dan berhitung. Pada saat ini pendidikan keaksaraan dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai cara, misalnya dengan pengenalan keaksaraan yang didalamnya terdapat unsur-unsur aktivitas warga sehari- hari.

4. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja untuk mengembangkan kemampuan serta kemandirian masyarakat agar mampu mengembangkan potensi masyarakat. Tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan potensi daerah, memberdayakan daerah sesuai potensi yang telah ada, dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk memiliki semangat dalam pembangunan daerah

5. Pendidikan keterampilan hidup

Pendidikan keterampilan hidup bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada seorang individu atau kelompok yang nantinya akan digunakan seorang individu atau kelompok tersebut dikemudian hari. Dalam pendidikan keterampilan hidup lebih mengedepankan kemampuan praktik bukan teori. Pendidikan keterampilan hidup juga dapat dijadikan sebagai sarana memberikan keterampilan dalam bentuk pelatihan kerja sehingga keterampilan yang sudah didapatkan dapat digunakan untuk bekal mata pencaharian. 2.3 Peran PNFI dalam Ekonomi Kreatif Berdasarkan Instruksi Presdien Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, sasaran Pengembangan ekonomi kreatif sebagai berikut : 1 periklanan; 2 arsitektur; 3 pasar seni dan barang antik; 4 kerajinan; 5 desain; 6 fashion mode; 7 film, video, dan fotografi; 8 permainan interaktif; 9 92 musik; 10 seni pertunjukan; 11 penerbitan dan percetakan; 12 layanan komputer dan piranti lunak; 13 radio dan televisi; dan 14 riset dan pengembangan. Dari berbagai sasaran tersebut, ada 3 jenis kegiatan dalam pendidikan non formal yang bisa digunakan untuk mengembangkan ekonomi kreatif, yaitu :

1. Inkubator bisnis

Inkubator bisnis merupakan suatu tempat yang menyediakan fasilitas bagi percepatan penumbuhan wirausaha melalui sarana dan prasarana yang dimiliki sesuai dengan base competency- nya. Dengan memanfaatkan fasilitas dan layanan yang disediakan oleh inkubator, para pengguna jasa tenant dapat memperbaiki sisi-sisi lemah dari aspek- aspek wirausaha. Terdapat tiga asumsi dasar dibentuknya inkubator bisnis Raymond W. Smilor yaitu: 1. Bahwa kita segera akan memasuki masa kewirausahaan entrepreneurial era. 2. Dalam lingkungan bisnis saat ini terjadi kompetisi yang sengit diantara para usahawan. 3. Dibutuhkan suatu lembaga baru yang mampu merubah taktik dan strategi pembangunan ekonomi. Jika dipandang Inkubator Bisnis sebagai sebuah sistem proses, maka dalam sebuah inkubator bisnis akan ditemukan berbagai indikator sebagai berikut: 1. Wirausahawan yang prospektif sebagai hasil seleksi yang kemudian disebut tenant. 2. Fasilitas yang diperlukan untuk operasional inkubator dan untuk layanan tenant 3. Staff manajemen terlatih yang berperan sebagai fasilitator atau trainerkonsultan bagi para tenant. 4. Kurikulum pendidikan manajemen, teknis atau kewirausahaan sesuai dengan kebutuhan tenant 5. Metodologi pelatihan atau pendampingan yang tepat untuk menyampaikan kurikulum inkubator kepada para tenant. 6. Lingkungan local yang merupakan masyarakat dimana bisnis inkubator tersebut melaksanakan aktifitas. 7. Output yaitu tenant yang telah lulus dari program inkubator bisnis dan siap menjadi wirausahawan mandiri Perguruan Tinggi sebagai inkubator bisnis dapat menyediakan sarana untuk mengembangkan sumber daya dan iptek dengan menghasilkan produk iptek yang layak jual, menghasilkan pusat-pusat bisnis yang berbasis iptek dari sumberdaya akademik maupun non akademik, menghasilkan alumni berjiwa kewirausahaan, mengembangkan bisnis bagi masyarakat serta menyediakan jasakonsultanadvokasisertifikasi. Inkubator bisnis itu sendiri terbagi dalam 2 kelompok sasaran meliputi inkubator bisnis orientasi internal Perguruan Tinggi serta inkubator bisnis untuk masyarakat luas.

2. Komunitas belajar learning community

Komunitas belajar adalah suatu setting di mana pada komunitas tersebut terdapat tujuan belajar yang sifatnya mutual saling menguntungkan, dan ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 93 menunjukkan adanya kepedulian terhadap pembelajaran dari setiap individu anggotanya. Komunitas belajar menjadi sebuah wadah yang akan mendorong terjadinya proses pembelajaran pada setiap anggotanya. John Dewey pada tahun 1916 telah lama mengamati bahwa anak-anak akan belajar pada saat mereka berpartisipasi pada setting-setting sosial. Beberapa dekade kemudian, Jerome Brunner 1996 menyatakan bahwa seseorang membuat makna pengetahuan berdasarkan hubungan-hubungan dan keikutsertaannya pada komunitas- komunitas atau budaya-budaya teertentu. Untuk mewujudkan sebuah komunitas belajar yang baik dan kohesif, di dalam sebuah kelas harus terdapat berbagai karakteristik positif seperti : - Hubungan antar individu yang saling peduli satu sama lain - Pengharapan pamong belajar yang tinggi akan hasil belajar dari warga belajar - Inkuiri proses mencari tahu yang produktif dalam belajar - Lingkungan belajar yang positif. Komunitas belajar yang baik dan kohesif akan sangat membantu warga belajar untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Sehingga dengan hasil belajar yang meningkat diharapkan tercipta lulusan yang terampil. 3. Kursus dan Pelatihan Kursus merupakan proses pendidikan non formal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, dan atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan kurikulum yang berasal dari dasar hingga mahir Basic-Average- Expert. Sedangkan pelatihan merupakan proses pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, dan atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi materi yang diajarkan merupakan hal-hal yang sedang update. Lembaga kursus merupakan salah satu lembaga yang berhubungan dengan pendidikan keterampilan hidup. Lembaga kursus mengajarkan keterampilan kepada seorang individu atau kelompok agar memiliki keterampilan, bahkan untuk mengembangkan keterampilan dari individu atau kelompok tersebut. Keterampilan-keterampilan yang diberikan oleh lembaga pendidikan non formal bersifat aplikatif serta inovatif karena bertujuan untuk memberikan bekal terhadap individumasyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pelatihan kerja tidak hanya ditujukan untuk mereka yang masih belum bekerja, tapi pelatihan keterampilan kerja juga dapat diberikan kepada orang yang sudah bekerja untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya dalam pekerjaannya.

2.4 Penguatan kelembagaan PNF dalam Peningkatan sumber daya

manusia SDM Penguatan kelembagaan PNF dalam Peningkatan sumber daya manusia 94 SDM dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut. 1 Mengembangkan metode Pembelajaran PNF. Pengembangan metode pembelajaran adalah salah satu tupoksi Pamong Belajar sesuai Permen PAN dan RB nomor 15 tahun 2010 tentang jabatan fungsional Pamong Belajar dan angka kreditnya. dengan harapan metode pembelajaran merupakan upaya memberikan solusi yang konstruktif dan inovatif dalam pelaksanaan program PNF. Dengan kata lain, pengembangan metode merupakan upaya pengembangan program PNF sekaligus menemukan sesuatu yang baru adaptif dan inovatif menurut kaidah dan metode ilmiah tertentu sehingga melahirkan formulasi yang dikehendaki. 2 Mengembangkan Media Pembelajaran PNF Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta pembelajaran Arif S. Sadiman, 2009: 6-11. Assosiation of Education and Communication TechnologyAECT di Amerika, membatasi media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesaninformasi. Gagne 1970 menyatakan bahwa media adalah sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang belajar. Sementara itu Briggs 1970 berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Dalam bidang Pendidikan Non- Formal sudah sejak lama dikenal adanya kriteria yang harus dipatuhi dalam prosedur penyusunan pengembangan media atau bahan belajar. Kriteria tersebut lebih dikenal istilah 7-M, yaitu: 1. Mudah; artinya mudah membuatnya, mudah memperoleh bahan dan alatnya, serta mudah menggunakannya. 2. Murah; artinya dengan biaya sedikit, jika memungkinkan bahkan tanpa biaya, media pembelajaran tersebut dapat dibuat. 3. Menarik; artinya menarik atau merangsang perhatian warga belajar peserta pembelajaran, baik dari sisi bentuk, warna, jumlah, bahasa maupun isinya. 4. Mempan; artinya efektif atau berdayaguna bagi warga belajar peserta pembelajaran dalam memenuhi kebutuhannya. 5. Mendorong; artinya isinya mendorong warga belajar peserta pembelajaran untuk bersikap atau berbuat sesuatu yang positif, baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya sesuai tujuan belajar yang diharapkan. 6. Mustari; artinya tepat waktu, isinya tidak basi, dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokalsekitar tempat pembelajaran. ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 95 7. Manfaat; artinya isinya bernilai, mengandung manfaat, tidak mubazir atau sia-sia, apalagi merusak. Penyusunan media pembelajaran dapat diartikan menciptakan media pembelajaran yang baru atau belum pernah ada, sedangkan pengembangan media pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya mengadaptasi, merekayasa, atau menyesuaikan modifikasi media pembelajaran yang sudah ada dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran seringkali tidak dilengkapi dengan media pembelajaran yang memadai. Oleh karena itu, pendidik tutor fasilitator ataupun pengelolapenyelenggara program dituntut untuk mampu merancang, menyusun atau mengembangkan media pembelajaran efektif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Pelatihankursus yang biasanya dilakukan secara konvensional dalam PNF kini bisa dipadukan dengan media berupa pemanfaatan teknologi informasi baik murni pemanfaatan teknologi informasi maupun kombinasi antara teknologi informasi dengan tutor. Sehingga diharapkan semua tutor dapat menguasai teknologi informasi dan mengaplikannya dalam pembelajaran. 3 Kurikulum PNF berbasis KKNI Pada tahun 2012 terbit Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24. Di mana Peraturan Presiden ini memiliki sasaran ke depan: 1 penataan mutu pendidikan tinggi berdasarkan penjenjangan kualifikasi lulusan, 2 penyesuaian capaian pembelajaran untuk prodi sejenis, dan 3 penyetaraan capaian pembelajaran dengan penjenjangan kualifikasi dunia kerja. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur pendidikan nonformal, pendidikan informal, danatau pengalaman kerja ke dalam jenis dan jenjang pendidikan tinggi. Ketentuan ini sangat relevan dengan pranata dan nilai- nilai pendidikan luar sekolah. KKNI terdiri atas 9 jenjang kualifikasi. Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan danatau pelatihan yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja. Penjenjangan kualifikasi sebagaimana dimaksud oleh KKNI dimaksudkan untuk memfasilitasi pendidikan seseorang yang mempunyai pengalaman kerja atau memiliki capaian pembelajaran dari pendidikan nonformal atau pendidikan informal untuk menempuh pendidikan formal ke jenjangtingkat yang lebih tinggi danatau mendapatkan pengakuan kualifikasi lulusan jenis pendidikan tertentu dari perguruan tinggi. 96 Deskripsi Kualifikasi pada KKNI merefleksikan capaian pembelajaran learning outcomes yang diperoleh seseorang melalui jalur : 1 pendidikan; 2 pelatihan; 3 pengalaman kerja; 4 pembelajaran mandiri. Capaian Pembelajaran learning outcomes adalah internasilisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, pengetahuan, pengetahuan praktis,ketrampilan, afeksi, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmukeahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI mau tidak mau harus menjadi acuan baru dalam penyusunan kurikulum pendidikan termasuk di perguruan tinggi, dan salah satu implementasi operasionalnya adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 831. Regulasi ini sangat kompetibel dengan pranata PLS karena salah satu pokok kebijakan yang dituntut adalah adanya pengakuan pengalaman belajar terdahulu recognition of prior learning sebagai hal yang diijinkan sebagai bagian dari komponen pencapaian kompetensi di perguruan tinggi. Penerapan kerangka kualifikasi nasional Indonesia pada kurikulum perguruan tinggi, dan standar nasional perguruan tinggi menghendaki adanya revisi dan rekonstruksi kurikulum semua jenis dan jenjang prodi sehingga memiliki standar yang jelas dan pasti, serta mampu menjamin layanan perkuliahan yang bermutu, serta lulusannya siap bersaing dan bersanding secara setara dengan lulusan program studi sejenis di tingkat internasional. Sehingga pada level 6, lulusan Prodi S1 PLS mampu bekerja sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pada bidang jabatan kerja sebagai pamong belajar, penyuluh, fasilitator, instruktur, pengelola, dan pendamping atau jabatan kerja sejenis pada program pendidikan nonformal dan informal dan pemberdayaan masyarakat.

BAB III PENUTUP

SIMPULAN Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA adalah sebuah sistem pedagangan bebas yang bertujuan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk Negara Anggota ASEAN. 2. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, beberapa kegiatan dalam pendidikan non formal PNF yang bisa digunakan adalah : 1. Membuat Inkubator bisnis; 2. Menciptakan komunitas belajar learning ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 97 community yang baik dan 3. Mengadakan kursus dan pelatihan. 3. Penguatan kelembagaan PNF dalam Peningkatan sumber daya manusia SDM dapat dilakukan dengan mengembangkan metode pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan menerapkan kurikulum yang berbasis KKNI. SARAN Pendidikan Non Formal sebagai bagian dari pendidikan di Indonesia mempunyai peranan sangat penting dalam menciptakan lulusan pendidikan nonformal sebagai SDM yang terdidik dengan keterampilan yang terlatih, dan memenuhi standar internasional. Untuk itu lembaga pendidikan nonformal harus meningkatkan kualitas kurikulum dan fasilitasnya serta pendidiknya untuk memenuhi standar internasional. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011. Kebijakan Ditjen Pendidikan Tinggi Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. http:lsetyobudi.lecture.ub.ac.id...INK UBATOR- BISNIS____FIXXXXX.pdf http:greatteacherarysenpai.blogspot.co m201504peran-pendidikan- nonformal-dalam.html http:sr28jambinews.com?baca19547 Peran-Pendidikan-Dalam- Menyongsong-Masyarakat- Ekonomi-ASEAN-MEA.html http:fauziep.comtantangan-pnfi-di- tahun-2015-dan-menyongsong- pemerintahan-baru http:artikel- media.blogspot.com201003menge mbangkan-ekonomi-kreatif.html http:www.slideshare.netlailanurrokhm ah94kurikulum-pendidikan-tinggi- sesuai-kkni-2014 http:nationalgeographic.co.idberita201 412pahami-masyarakat-ekonomi- asean-mea-2015 http:visiuniversal.blogspot.com20140 6makalah-pengembangan-media pembelajaran. htmlsthash.BC0P7hWj.dpuf