PELUANG DAN TANTANGAN Prosiding Semnas 2015 Bu Puji UNNES

20 dan Kebudayaan menyebutkan, hingga akhir tahun 2013, masih ada 3,6 juta penduduk Indonesia berusia 15-59 tahun yang buta huruf. Angka putus sekolah juga masih sangat tinggi. Anggaran pendidikan Indonesia masih terbilang terendah di dunia: anggaran pendidikan kita masih berkisar 3,41 dari PDB. Sedangkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand masing- masing punya anggaran pendidikan sebesar 7,9 dan 5,0 dari PDB-nya. Satu hal yang digadang-gadangkan pemerintah untuk mengatasi hal ini adalah lewat jalur pendidikan dan pelatihan kerja. Dalam sektor tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi pekerja, meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan kita akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pertanyaan, hambatan dan tantangan yang membayang di benak para pelaku usaha pertanian dalam menghadapi kerjasama ini. Minimnya informasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah menimbulkan keragu- raguan bahkan pesimisme dalam menghadapi MEA. Ketidaksiapan sumber daya manusia, infrastruktur maupun regulasi yang tegas merupakan alasan bagi sebagian besar pelaku usaha untuk merasa tidak siap untuk bersaing secara terbuka dalam era pasar bebas ASEAN tersebut. Untuk lebih meyakinkan diri, ada baiknya kita bahas peluang dan tantangan di MEA 2015: A. Peluang MEA 2015 Beberapa potensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Nonformal Indonesia untuk merebut persaingan MEA 2015, antara lain: 1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan 40 dari total penduduk ASEAN. Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. 2. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Sektor pendidikan yang menjadi ranah MEA, di mana informasi dan komunikasi yang berkembang pesat seirama dengan kemajuan teknologi yang ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 21 mengakibatkan persaingan ketat. Guna mewujudkan hal tersebut maka pendidikan di Indonesia sangat membutuhkan dukungan tenaga pendidik dan kependidikan yang memadai, berkualitas dan profesional serta mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun internasional. Pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal PTK-PNF harus segera dilakukan. Agar tolok ukur mutu akademik dan keterampilan yang merupakan output pendidikan nonformal seperti yang diharapkan, serta capaian layanan pendidikan nonformal sebanding dengan jumlah kelompok sasaran yang harus dilayani diperlukan adanya kompetensi minimal bagi PTK-PNF yang dirumuskan secara baku. Sehingga tenaga pendidik dan pendidikan di bidang nonformal dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kemampuan soft skill maupun hard skill terutama pada keterampilan berwirausaha, penggunaan bahasa internasional dan tata krama dalam beretika di lingkungan bilateral lintas negara. Peluangnya, akhirnya tenaga pendidik dan kependidikan di Indonesia mampu menciptakan tenaga kerja yang kompetitif dan mampu bekerja serta TPK PNF Indonesia dapat merajai kawasan ASEAN dalam mengembangkan kerjanya. B. Tantangan AEC 2015 Untuk dapat menangkap keuntungan dari AEC 2015 tantangan yang dihadapi Indonesia adalah meningkatkan daya saing. Faktor-faktor untuk meningkatkan daya saing, yang masih menjadi tantangan bagi Indonesia, yakni: o Regulasi Revisi undang-undang untuk memperkuat keberadaan pendidikan non formal dan untuk memberikan keadilan kepada tenaga pendidik dan kependidikan sehingga terdapat kepastian kerja, kepastian upah, bahkan kepastian tunjangan kesejahteraan untuk tenaga kerja di pendidikan non formal. Pemerintah seharusnya hadir untuk melindungi dengan memberikan perlindungan khususnya kepada pekerja Indonesia dan bukan menjadi takluk bagi kepentingan para pemilik modal. Sehingga diharapkan tenaga pendidik dan kependidikan non formal siap untuk menghadapi MEA 2015, guna memberikan kemampuan pendidikan kepada tenaga kerja indonesia. Untuk menghadapi MEA, Undang- Undang tentang Ketenagakerjaan diharapkan segera disempurnakan karena pekerja Indonesia adalah salah satu komponen yang berpengaruh terhadap bidang ekonomi, politik, dan sosial di negara ini. o Infrastruktur Berdasarkan The Global Competitiveness Report 20132014 yang dibuat oleh World Economic Forum WEF, daya saing Indonesia berada pada peringkat ke-38. Sementara itu kualitas infrastruktur Indonesia menempati peringkat ke-82 dari 148 negara atau berada pada peringkat ke-5 diantara negara-negara inti ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur Indonesia masih jauh tertinggal. 22 Beberapa infrastruktur yang harus disiapkan Indonesia menjelang MEA 2015 untuk pendidikan non formal kepada tenaga pendidik dan kependidikan, antara lain: perbaikan fasilitas pendidikan, bangunan sekolah, kelengkapan media pendidikan sekolah non formal dan pendirian lembaga- lembaga pendidikan non formal yang di sokong pemerintah untuk memberikan pembinaan bagi tenaga kerja Indonesia Pembangunan infrastruktur yang rendah di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat, yakni: 1. Anggaran infrastruktur yang rendah, hanya 2,5 dari pdb, dimana jumlah ini tidak dapat mengakomodir biaya pembebasan lahan dan biaya feasibility study serta amdal yang kerap muncul dalam pembangunan infrastruktur. 2. Konflik kepentingan, seperti politik, bisnis, atau pesanan pihak-pihak tertentu dalam pembangunan infrastruktur. 3. Koordinasi yang sulit, jika merujuk area pembangunan infrastruktur terkait dengan hutan lindung atau pertanian dimana koordinasi antara lintas kementerian dan lintas otoritas sulit dilakukan. o Sumber Daya Manusia Bonus demografi yang dimiliki Indonesia, tidak akan memberikan keuntungan apa pun tanpa adanya perbaikan kualitas SDM. Data dari ASEAN Productivity Organization APO menunjukkan dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3 yang terampil, sedangkan Filipina 8,3, Malaysia 32,6, dan Singapura 34,7. Berdasarkan struktur pasar, tenaga kerja didominasi oleh pekerja lulusan SD 80 sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7, dimana saat ini sebagian dunia kerja mensyaratkan lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Malaysia yang sebagian besar penduduknya lulusan S1. Kesempatan memperoleh pendidikan secara merata di seluruh Indonesia sulit dilakukan sehingga kesadaran untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sangat rendah. Kondisi ini mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya dilirik sebagai buruh atau tenaga kerja kasar di pasar tenaga kerja internasional. o Teknologi Pendidikan non formal melalui pelatihan ketenaga kerjaan. Dengan adanya MEA, akan memunculkan permasalaha terutama pada komunikasi dan teknologi sebagai wujud kerjasama anggota MEA. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan minimal penguatan bahasa Internasional seperti bahasa Inggris kepada pekerja atau masyarakat kita bisa dijadikan terobosan sebagai upaya persiapan menghadapi MEA. Selain itu, di era digital seperti saat ini, kebutuhan akan penguasaan atas teknologi bagi tenaga kerja merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi karena perkembangan teknologi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan bagi pekerja Indonesia untuk belajar memahami dan terus meng-update teknologi terkini yang mendukung setiap pekerjaannya. Hal ini ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 23 jelas akan meningkatkan keahlian mereka sehingga akan meningkatkan daya saing mereka dengan pekerja dari negara ASEAN lainnya.

BAB IV KESIMPULAN

Fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA adalah: 1. Pasar dan basis produksi tunggal, 2. Kawasan ekonomi yang kompetitif, 3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan 4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global. Beberapa potensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Nonformal Indonesia untuk merebut persaingan MEA 2015, antara lain: 1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan 40 dari total penduduk ASEAN. Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. 2. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Untuk dapat menangkap keuntungan dari AEC 2015 tantangan yang dihadapi Indonesia adalah meningkatkan daya saing. Faktor-faktor untuk meningkatkan daya saing, yang masih menjadi tantangan bagi Indonesia terdiri dari: 1. Perbaikan Regulasi untuk melindungi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Indonesia dalam menyambut MEA; 2. Beberapa infrastruktur yang harus disiapkan Indonesia menjelang MEA 2015 untuk pendidikan non formal kepada tenaga pendidik dan kependidikan, antara lain: perbaikan fasilitas pendidikan, bangunan sekolah, kelengkapan media pendidikan sekolah non formal dan pendirian lembaga-lembaga pendidikan non formal yang di sokong pemerintah untuk memberikan pembinaan bagi tenaga kerja Indonesia; 3. Selanutnya perbaikan Sumber Daya Manusia dan Teknologi untuk menunjang kemampuan bersaing SDM di Lingkup ASEAN untuk mampu berkompetisi dengan tenaga kerja terutama pada Tenaga Pendidik dan Kependidikan yang memberikan modal pengetahuan dan keterampilan pada ketenagakerjaan Indonesia. 24