Kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan di Indonesia

14 mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Saat MEA berlaku, di bidang ketenagakerjaan ada 8 delapan profesi yang telah disepakati untuk dibuka, yaitu insinyur, arsitek, perawat, tenaga survei, tenaga pariwisata, praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan Media Indonesia, Kamis, 27 Maret 2014. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian atau catatan bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia sebelum saatnya negara kita benar-benar akan memasuki MEA. Pertama,dari sisi peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan merupakan peraturan pokok yang berisi pengaturan secara menyeluruh dan komprehensif di bidang ketenagakerjaan. Dengan banyaknya perusahaan dan tenaga kerja asing yang akan masuk nanti, apakah Undang- Undang ini juga akan melindungi pekerja Indonesia? Sehingga untuk menghadapi MEA, Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan diharapkan segera disempurnakan untuk memenuhi tiga syarat menurut teori Radbruch yaitu secara filosofis dapat menciptakan keadilan, secara sosiologis bermanfaat, dan secara yuridis dapat menciptakan kepastian Satjipto Rahardjo, 1980. Karena pekerja Indonesia adalah salah satu komponen yang berpengaruh terhadap bidang ekonomi, politik, dan sosial di negara ini. Kedua, dari sisi Sumber Daya Manusia SDM pekerja Indonesia. Kompetisi SDM antarnegara ASEAN merupakan hal yang pasti terjadi saat terbukanya gerbang MEA nanti. Bila pekerja Indonesia tidak siap menghadapi persaingan terbuka ini, MEA akan menjadi momok bagi pekerja Indonesia karena akan kalah bersaing dengan pekerja dari negara ASEAN lainnya. Bagaimana kesiapan SDM Indonesia menyambut MEA 2015 nanti? Berdasar data BPS, jumlah angkatan kerja Indonesia per-Februari 2014 telah mencapai 125,3 juta orang atau bertambah 1,7 juta dibanding Februari 2013. Namun, jumlah angkatan kerja masih didominasi oleh lulusan SD kebawah yakni 55,31 juta, disusul lulusan sekolah menengah pertama 21,06 juta, sekolah menengah atas 18,91 juta, sekolah menengah kejuruan 10,91 juta, Diploma IIIII 3,13 juta dan universitas hanya 8,85 Koran Sindo, 6 Mei 2014. Salah satu terobosan dan cara singkat untuk meningkatkan ketrampilan dan kompetensi kerja bagi SDM bisa dengan mengoptimalkan sarana prasarana yang ada baik dengan sering mengadakan workshop ataupun seminar bagi angkatankerja baru maupun pelatihan peningkatan kualitas skill bagi angkatan kerja yang sudah ada. Selain itu, kebutuhan akan penguasaan atas teknologi bagi tenaga kerja merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi karena perkembangan teknologi berkembang sangat cepat. Ketiga, dari penegak hukum khususnya pengawas ketenagakerjaan. ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 15 Pengawasan ketenagakerjaan seharusnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 134 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Upaya persiapan yang harus segera dibenahi adalah kualitas dan kuantitas tenaga pengawas ketenagakerjaan. Dari sisi kualitas, dengan adanya perubahan sistem pemerintahan yang awalnya sentaralistik menjadi desentralistik mengakibatkan kewenangan pemerintahan saat ini lebih banyak bertumpu pada pemerintahan kabupatenkota. Sehingga pemerintah KabKota melalui Dinas Ketenagakerjaan harus terus mengembangkan inovasi dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan baik hard maupun soft sklill dari tenaga kerja di daerahnya. Dari sisi kuantitas, berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kemenakertrans, jumlah pengawas ketenagakerjaan pada tahun 2013 tercatat sekitar kurang lebih 2.400 orang di Indonesia, dan para pengawas itu harus mengawasi sekitar 216.000 perusahaan di Indonesia. Sebaran pengawas ketenagakerjaan itupun hingga saat ini baru menjangkau kurang lebih 300 kabupatenkota dari kurang lebih sebanyak 500 jumlah kabupatenkota yang ada. Hal ini sangat kurang ideal mengingat disparitas yang terlalu jauh antara jumlah penegak hukum dengan jumlah perusahaan yang harus diawasi. Untuk mengatasi hal ini sudah seharusnya Pemerintah segera melakukan pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan serta menginventarisasi kebutuhan jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten kota sehingga dapat mengantisipasi derasnya investasi yang akan masuk ke Indonesia saat berlakunya MEA nanti. Mutu pendidikan baik pendidikan formal, nonformal dan pendidikan informal, salah satunya akan dipengaruhi oleh kualitas pendidik dan tenaga kependidikan. Artinya bahwa peran pendidik dan tenaga kependidikan merupakan faktor yang signifikan dalam peningkatan mutu pendidikan. Dengan segala yang dimiliki, mereka berpartisipasi aktif dalam menyelenggarakan proses pendidikan dengan peran antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, pemberi inspirasi belajar maupun sebagai pelayanan administrasi pendidikan. Berdasarkan PP Nomor 8 tahun 2005 pasal 65, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNF PTK-PNF, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal PMPTK mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi dibidang pembinaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada pendidikan nonformal. Layanan pendidikan nonformal dan informal bertujuan untuk mendapatkan layanan pendidikan yang tidak diperoleh dari pendidikan formal, mengatasi dari kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, meningkatkan keahlian, mengembangkan kepribadian 16 atau untuk beberapa tujuan lainnya Cropley, 1972. Dengan pemaknaan seperti itu maka keberadaan pendidikan nonformal dan informal dapat memainkan peran sebagai pengganti substitute, pelengkap complement, danatau penambah suplement dan yang diselenggarakan pendidikan formal. Pendidikan informal merupakan pendidikan dikeluarga dan di lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Adapun penjelasan secara rinci mengenai tenaga pendidik dan kependidikan di Indoneisa adalah sebagai berikut ini: 1. Pengertian o Pendidik PNF Merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. o Tenaga Kependidikan PNF Adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan nonformal. Tenaga kependidikan PNF bertugas melaksanakan administrasi kegiatan belajar mengajar, pengelolaan sarana dan prasarana, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. o PTK-PNF Adalah pendidik yang dididik dan dihasilkan oleh program studi Pendidikan Non-Formal di Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK. 2. Pendidik PNF meliputi: a. Pendidik PAUD, yaitu tenaga honorer yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang untuk membimbing kegiatan pendidikan bagi anak usia dini. b. Penilik PNF, yaitu Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penilikan pendidikan luar sekolah yang selanjutnya ditingkat PLS yang meliputi pendidikan masyarakat, pendidikan anak usia dini. c. Tutor Keaksaraan Fungsional, yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat yang diberi wewenang dan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran pada pendidikan keaksaraan fungsional. d. Tutor Kesetaraan Paket A, B, C yaitu tenaga yang berasal dari masyarakatyang bertugas dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran pada pendidikan kesetaraan. e. Instruktur Kursus, yaitu tenaga yang memiliki kompetensi dan bertugas menjadi pendidik pada lembaga kursus sperti tentor. 3. Tenaga Kependidikan PNF meliputi: a. Penilik b. Tenaga Lapangan Dikmas TLD, yaitu tenaga dengan latar belakang pendidikan Sarjana, berstatus sebagai tenaga kontrak yang diberi ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 17 tugas membantu Penilik dan berkedudukan di Kecamatan. 4. Tugas Pendidik PNF 1 Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. 2 Menilai hasil pembelajaran. 3 Melakukan pembimbingan dan pelatihan pada institusi PNF. 5. Tugas Tenaga Kependidikan PNF 1 Melaksanakan pengelolaan administrasi kegiatan belajar mengajar. 2 pengelolaan sarana dan prasarana. 3 Pengelola kegiatan belajar mengajar. 4 Pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada institusi PNF. Dalam membina dan meningkatkan kualitas PTK-PNF, para PTK-PNF hendaknya diberi kesempatan untuk memperbaharui kemampuan dan keterampilannya, sehingga PTK-PNF dalam melaksanakan tugasnya dapat menyesuaikan antara kebutuhan warga belajar dan cara PTK-PNF dalam memberikan pelayanan yang tepat.Maka untuk mewujudkan kualitas PTK-PNF tersebut, salah satunya dapat dilakukan dengan menetapkan persyaratan jenjang pendidikan minimal dan standar kompetensi minimal yang harus dimiliki PTK-PNF. B. Rekruitmen PTK-PNF Untuk mendapatkan Tim Akademisi yang kompeten dan memahami bidang pendidikan nonformal, maka perlu adanya proses rekrutmen yang selektif dari SKB, BPKB, BP-PNFI maupun Dit. PTK-PNF. Untuk itu ada beberapa persyaratan untuk yang harus dipenuhi oleh seorang calon anggota Tim Akademisi. Persyaratan tersebut adalah: 1. Persyaratan umum 1 Memahami pendidikan nonformal baik karakteristik maupun jenisnya; 2 Mempunyai kemampuan di bidang peningkatan mutu PTK-PNF sesuai latar belakang pekerjaankeahliannya dan berasal dari penrguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya; 3 Bersedia menjadi anggota tim akademisi PTK-PNF yang dituangkan dalam sebuah surat pernyataan kesediaan menjadi Tim Akademisi. 2. Persyaratan khusus Secara Khusus calon anggota tim akademisi harus mempunyai syarat sebagaiberikut: 1 Calon anggota Tim akademisi Pusat a Pendidikan terakhir diutamakan S3; b Pengalaman sebagai tenaga akademis di perguruan tinggilembaga pendidikan lainnya; c Mempunyai hubungan baik dengan pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan PTK-PNF pada khususnya; d Sehat jasmani dan rohani ; e Dapat bekerja mandiri danatau bersama tim; f Memiliki komitmen dan dapat menyediakan waktu untuk mengembangkan programprogram yang terkait dengan peningkatan mutu PTK- PNF dan; 18 g Mendapat persetujuan rekomendasi dari lembaga dimana Tim Akademisi bertugas 2 Calon anggota tim akademisi di regional, provinsi dan KabupatenKota pada umumnya persyaratannya sama, namun yang membedakan adalah pendidikan terakhir Contohnya di regional provinsi diutamakan S2 dan di Kabupatenkota minimal S1. Kriteria lain yang bersifat pengembangan dapat ditambahkan sesuai kebutuhan dan karakteristik wilayah kerja masing-masing.

C. Pendataan PTK-PNF

Langkah-langkah Pendataan PTK- PNF: Koordinasi awal dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dan peran dari Ditjen PMPTK, Ditjen PNFI dan Balitbang dan UU Nomor.14 tahun 2005 dengan hasil dokumentasi terintegrasi dengan baik. Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: 1. Mendesain kegiatan pendataan. 2. Sosialisasi dan ujicoba instrumen pendataan. 3. Penjaringan data PTK-PNF di tingkat provinsi, kabupatenkota. 4. Pengolahan data PTK-PNF. 5. Verifikasi data PTK-PNF. 6. Publikasi data PTK-PNF. Mekanisme Pendataan PTK-PNF Mekanisme pendataan secara garis besar menjelaskan tentang : 1. Penggandaan dan pendistribusian instrumen. 2. Strategi penyampaian instrumen ke BPPNFIBPKBUPTD SKB KabKota. 3. Pengambilan instrumen dari BPPNFIBPKBUPTD SKB KabKota oleh masing-masing petugas pendataan. 4. Input , validasi dan kompilasi data ketenagaan PTK-PNF di BPKB dan UPTD SKB KabKota. ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015 19 5. Pengiriman data PTK-PNF oleh BPPNFI ke Dit.PTK-PNF.

D. Standar Kompetensi

Dalam kerangka pedoman ini, penyusunan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal terutama merujuk pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PNF meliputi empat komponen yaitu: 1 kompetensi pedagogi andragogi, kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didikwarga belajar dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 2 kompetensi kepribadian, kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didikwarga belajar, dan berakhlak mulia. 3 kompetensi social, kemampuan pendidik sebagai bagiandari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didikwarga belajar, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didikwarga belajar, dan masyarakat sekitar. 4 kompetensi professional, kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di satuan PNF dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai PTK-PNF.

BAB III PELUANG DAN TANTANGAN

PENDIDIK DAN TENAGA PTK PNF DALAM MENGHADAPI MEA Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Fakta lain menunjukkan bahwa kualitas SDM di Indonesia masih menempati urutan 121 dari 187 negara yang dikomparasikan oleh lembaga dibawah PBB, UNDP United Nations Development Programme. Indonesia memiliki PDB Produk Domestik Bruto terbesar, namun PDB per kapita kalah dengan Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand. Indonesia juga mengalami defisit neraca perdagangan, sedangkan Singapura surplus paling besar. Perekonomian Indonesia saat ini didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM. Faktanya, HDI Human Development Index menunjukkan bahwa SDM Indonesia menempati peringkat ke-6 dibawah Negara-negara Asean lainnya, seperti Malaysia, Thiland, Brunei, Philipina, dan Singapore. Sementara itu, dari data Asian Productivity Organization APO mencatat, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia pada tahun 2012, hanya ada sekitar 4,3 tenaga kerja yang terampil. Jumlah itu kalah jauh dibandingkan dengan Filipina yang mencapai 8,3, Malaysia 32,6, dan Singapura 34,7. Data Kementerian Pendidikan