ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
165 Berdasarkan  identifikasi  masalah
diatas,  maka  ruang  lingkup  penelitian ini  mencakup  pada  masalah  dampak
implementasi  metode  pembelajaran berbasis
pemecahan masalah
Problem  Posing  pada  tutorial  di PKBM Al Ishlah Jakarta Pusat.
4.    Tujuan Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  dengan tujuan untuk mengetahui :
1.  Peningkatan  Partisipasi  Warga Belajar
Setelah Penggunaan
Metode Pemecahan Masalah. 2.  Peningkatan  Akademik  Warga
Belajar Setelah
Penggunaan Metode Pemecahan Masalah.
3.  Peningkatan  Soft  skill    Warga Belajar
Setelah Penggunaan
Metode Pemecahan Masalah. 4.  Dampak
Pelaksanaan Penggunaan  Metode Pemecahan
Masalah. 5.  Kendala-kendala
Dalam Penggunaan  Metode Pemecahan
Masalah
6.  Faktor  Pendukung  Penggunaan
Metode Pemecahan Masalah.
7.  Alternatif Pengembangan
Penggunaan  Metode Pemecahan Masalah.
B.  TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1.   Konsep
Metode Pemecahan
Masalah Problem Possing
Proses pembelajaran
perlu diorientasikan
pada pemecahan
masalah agar
warga belajar
semangat  mengikuti  pembelajaran. Selain  itu,  kemampuan  pemecahan
masalah perlu
dikuasai warga
belajar,  agar  mereka  memiliki  bekal yang
kuat dalam
menghadapi masalah
nyata didalam
kehidupannya. Menurut
Nakin 2003,  pemecahan  masalah  adalah
proses  yang  melibatkan  penggunaan langkah-langkah  tertentu  heuristik,
yang  sering  disebut  sebagai  model atau  langkah-langkah  pemecahan
masalah,  untuk  menemukan  solusi masalah  itu.  Upaya  pembelajaan
yang  berorientasi  pada  pemecahan masalah  warga  belajar,  sangatlah
vital
peranannya didalam
memotivasi  semangat  belajar  warga belajar.
Banyak  ahli  pendidikan    telah merekomendasikan    berbagai  cara
atau strategi
peningkatan kemampuan  pemecahan  masalah
pada  warga  belajar.  Salah  satu  cara atau
strategi untuk
melatih kemampuan  warga  belajar  didalam
memecahkan masalah
yang dihadapinya
didalam kehidupan
adalah  metode  problem  posing. Diperolehnya  solusi  atas  suatu
masalah  menjadi  syarat  bagi  proses pemecahan  masalah  yang  dikatakan
berhasil.
Namun demikian,
terciptanya solusi atas suatu masalah menurut  Brownell  bukan  berarti
petanda keberhasilan
metode tersebut.  Brownell  Mc  Intosh  et  al,
2000  menyatakan  bahwa  suatu masalah  belum  dikatakan  telah
diselesaikan  hanya  karena  telah diperolehnya solusi dari masalah itu.
Menurutnya,  suatu  masalah  baru benar-benar
dikatakan telah
diselesaikan  apabila  warga  belajar telah  memahami  apa  yang  ia
kerjakan,  yakni  memahami  proses
166 pemecahan masalah  dan mengetahui
mengapa solusi yang telah diperoleh tersebut harus dibuat.
2.  Perbedaan
Metode Problem
Possing dengan
Metode Konvensional
Ada  beberapa  perbedaan  yang terdapat
pada pembelajaran
berbasis pemecahan
masalah apabila  di  bandingkan  dengan
pembelajaran konvensional.
Beberapa perbedaan itu adalah : Pendekatan Konvensional
Program Berdasarkan Buku Pendekatan Problem Possing
Program Berdasarkan Masalah dan Potensi Warga Belajar
1.  Tutor dianggap memiliki semua   pengetahuan yang
penting dan merupakan sumber segala informasi.
1. yang membantu warga belajar
memikirkan dan mendiskusikan berbagai masalah dan potensi
pemecahannya.
yang perlu diisi. 2.  Warga belajar dianggap sudah
memiliki pengalaman, informasi cita- cita  harapan, potensi untuk
berkembang. 3.  Interaksi satu arah :
Tutor berbicara dan memberikan cara prakteknya
dan warga belajar mendengarkan dan
mengikutinya. 3.  Interaksi multi arah :
Salah satu Warga belajar  sebagai Tutor sebaya untuk memberikan
ketrampilan dengan cara menyampaikan dengan bahan praktek
langsung dan diikuti oleh warga belajar lainny
4.Kurikulum sudah terbentuk paket yang harus diselesaikan
dalam priode tertentu 4.  Kurikulum digali dari warga belajar
dalam arti memberdayakan warga belajar dimana mereka diminta
sebagai tutor sebaya dalam merencanakan suatu kegiatan
ketrampilan.
5.Praktek pembelajaran Usaha mandiri  sudah dirancang dari
pusat untuk didistribusikan. 5.  Praktek  Ketrampilan pembelajaran
usaha mandiri  dirancang berdasarkan masalah dan potensi  serta kebutuhan
warga belajar. 6 .  Warga belajar bersifat pasif
hanya meneriman ketrampilan dari tutornya.
6.  Warga belajar bersifat aktif semua warga belajar keaksaraan usaha
mandiri terlibat langsung dalam membentuk usaha  produktif
3.  Langkah-langkah Penerapan Metode Pemecahan Masalah
Penerapan metode pembelajaran pemecahan  masalah  ini  mengacu
pada  pendapat  Ahli.  Polya  1973 memberikan  heuristik  atau  langkah-
langkah  umum  pemecahan  masalah, yaitu    1  memahami  soal    atau
masalah, 2 membuat suatu rencana, 3  melaksanakan  rencana  itu,  dan