Saran-saran Membangun Jiwa Kewirausahaan
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
147 evaluation practice. The Evaluation
Exchange, 9, 8-9. Creswell, J. W. Miller, D. L. 2000.
Determining validity in qualitative inquiry. Theory into Practice,
393, 124-131. Chavis, D. 2004. Looking the enemy in
the eye: Gazing into the mirror of evaluation practice. The Evaluation
Exchange, 9, 8-9. Depdikbud
1998. Pembangunan
Pendidikan dan
Kebudayaan Menjelang Abad
21. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan
Kebudayaan. Davies, D., Dodd, J. 2002.
Qualitative research
and the
question of rigor. Qualitative Health research, 122, 279-289..
Goni, J. Hein dan Sampoel. P. 1996. Studi
Evaluasi Keberhasilan
Sistem Forum
Pembangunan Pendidikan di Propinsi Sulawesi
Utara. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Latief, M. Adnan. 1996. Tantangan Perkembangan
Pendidikan di
Kabupaten Pasuruan dan Malang Propinsi Jawa Timur. Malang:
Pusat Penelitian IKIP Malang.
Markus, J.F. 1994. Studi evaluasi pelaksanaan program Coplaner
propinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang:
Universitas Nusa
Cendana. Owston,
Ron 2007 Models
and Methods for Evaluation. Toronto,
Canada : York University, Patton, M. Q. 2002. Qualitative
evaluation and research methods 3rd ed.. Thousand Oaks, CA:
Sage Publications, Inc. Utsman, 2008. Aspek-aspek Sosial
Budaya yang
Berpengaruh terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan. Hasil Penelitian tidak
diterbitkan Stufflebeam, D. L. et. al. 2000.
Evaluation Models Viewpoints On Educational and Human Services
Evaluation. Second Edition. New York: Luwer Academic Publishers
Seale, C. 1999. Quality in qualitative research. Qualitative Inquiry, 54,
465-478. Scriven, M. 1997. Minimalist theory:
The least theory that practice requires. American Journal of
Evaluation, 19, 575-604. Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan 2013. APKAPM PAUD, SD, SMP, SMA, dan PT.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
148
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
149
PERAN STRATEGIS PENDIDIKAN NONFORMAL DALAM IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
oleh:
Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd
Dosen Jurusan PLS FIP UNY
Pendahuluan
Indonesia pada saat ini menjadi salah satu Negara dengan potensial
ekonomi terbesar urutan ke enam belas, hal ini disebabkan karena jumlah
populasi produktif berjumlah 55 juta dengan 45 juta masyarakat ekonomi
menengah sebagai pangsa pasar, dan pada
tahun 2030
Indonesia akan
diprediksi menjadi Negara kertujuh terbesar di dunia dengan jumlah usia
produktif mencapai 133 juta penduduk menengah dengan kunsumsi tinggi, 113
juta penduduk produktif . Mckinsey dalam Rudy suryanto 2015.
Selain peluang ekonomi tantangan bangsa Indonesia adalah meningkatnya
jumlah penduduk miskin. Menurut data Tim
Nasional Perpepatan
penanggulangan kemiskinan tahun 2014 tingkat kemiskinan dalam prosentase
11,25 atau menurun dari tahun 2013 11,36. Tetapi secara jumlah orang
miskin pada tahun 2014 bertambah dari tahun 2013 jumlahnya hanya sekitar
28,17 juta tahun 2014 bertambah menjadi 28,28 juta jiwa TPK 2015
Dari
data peluang
ekonomi dan
tantangan kemiskinan
memberikan gambaran
bahwa menyongsong
Masyarakat ekonomi ASEAN yang cetuskan di Cebu pada tahun 2007
memberikan pertanyaan besar apakah bangsa kita sudah siap menghadapi
situasi yang kompetitif, lalu bagaimana dengan SDM pendidikan nonformal , apa
yang harus kita lakukan selaku akademisi yang
akan menghasilkan
output mahasiswa PLS yang memiliki daya
saing tidak hanya Nasional tetapi berkompetisi dalam tingkat ASEAN.
Hasil analisis posisi daya saing Neagara-negara
ASEAN memasuki
AFTA tahun 2015 berada diperingkat ke 8 dari sepuluh Negara Vincent Gesper
dalam Rudy Suryanto 2015. Hal ini menunjukkan besarnya tantangan bangsa
kita agar memiliki tingkat daya saing tinggi untuk mengelola potensi ekonomi
dan potensi alam yang luar biasa. Sehingga dengan sumber daya alam dan
potensi ekonomi yang besar harus didukung oleh sumber daya manusia
yang kompetitif.
Salah satu strategi yang dapat kita lakukan adalah melalui pendidikan baik
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.
Pendidikan nonformal
menjadi tulang punggung bagi warga masyarakat
yang menginginkan
pendidikan diluar jalur formal agar dapat meningkatkan kualifikasi dan kompetisi.
Menurut data saat inijumlah penduduk produktif yang bekerja berjumlah kurang
lebih lima puluh juta penduduk hal ini menjadi
peluang bagi
pendidikan nonformal untuk memfasilitasi. Makalah
ini akan mencoba mengulas secara
150 umum tentang konstribusi Pendidikan
nonformal dalam berbagai bidang untuk menyosngong MEA.
Dalam bidang pendidikan anak usia dini kita bias melihat potensi peluang
berupa jumlah
penduduk yang
mengalami bonus demografi sehingga jika kita mengelola dengan baik bonus
demografi sejak dini dengan stimualsi yang baik dan tepat akan memberikan
perubahan positif pada anak untuk menghasilkan anak yang cerdas, sehat
and berkarakter. Cerdas dalam berbagai aspek perkembangan, sehat fisik dan
memiliki karakter yang positif. Dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan
masyarakatkita bias melihat bahwa jumlah perempuan yang ilaterate masih
berjumlah 25 dari jumlah penduduk Indonesia, artinya kita masih punya
pekerjaan rumah yaitu perempuan yang tidak memiliki akses atau karena factor
budaya perempuan-perempun Indonesa tidak dapat mengenyam pendidikan
formal, sehingga pendidikan nonformal menjadi kebutuhan mendasar dalam
implementasi
Masyarakat Ekonomi
ASEAN. Makalah
ini akan
mencoba membahas tentang urgensi peran
strategis PNF
dalam membangun
masyarakat yang kompetitif dalam hal ini menjadi
masyarakat pembelajar,
Program-program yang
ditawarkan dalam memfasilitasi untuk mendidik
masyarakat, serta berbagai kebijakan dari instansi
pemerintah yang
harus bersinergi dan berkoordinasi agar dapat
mendukung masyarakat Indonesia yang siap untuk menjadi masyarakat ASEAN.
Pembahasan
Pendidikan nonformal merupakan salah satu konsep yang lahir dari adanya
dilahirkan oleh
UNESCO pada
tahun1970 an. Lifelong learning sampai saat ini masih sangat relevan dengan
kebutuhan belajar masyarakat. Terlebih dengan adanya MEA yang membuat
masyarakat
menjadi masyarakat
pembelajar agar menjadi masyarakat yang memiliki daya saing positif dan
berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu konsekwensi dari
adanya MEA adalah mudahnya produk- produk luar , jasa pelayanan dan juga
tenaga kerja untuk masuk ke Indonesia. Sehingga jika kita hanya mengandalkan
jalur pendidikan formal an sich akan sulit untuk beradaptasi dengan dinamisasi
perubahan kebutuhan masyarat, sehingga baik dalam level individual, komunitas
bahkan sebuah Negara harus dinamis untuk senantiasa belajar.
Pendidikan nonformal adalah usaha sadar terencana yang berada di jalur luar
persekolahan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, Pendidikan
anak usia dini, pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, kepemudaan , kursus
dan lembaga pelatihan. Pendidikan nonformal menjadi salah satu kebutuhan
bagi masyarakat untuk menjadi wahana belajar
yang fleksibel
memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pendidikan
nonformalbidang-bidang yang
dikaji sangat lengkap untuk memfasilitasi
kebutuhan belajar masyarakat dari usia termuda yang dimulai dari PAUD,
remaja dengan adanya program bina keluarga remaja, bidang kepemudaan,
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
151 kesetaraan
dan keaksaraan
bagi masyarakat yang tidak terfasilitasi di
jalur persekolahan dan orang tua melalui pendidikan lansia.
Peran strategis
Pendidikan nonformal
dalam mempersiapkan
masyarakat ekonomi
ASEAN mengharuskan Pendidikan nonformal
memfasilitasi tidak
hanya bagi
masyarakat marjinal
tetapi juga
masyarakat menengah ke atas dengan catatan jika kita dapat melihat dan
memetakan peluang.
Selama ini
pendidikan nonformal
banyak terbelenggu
dalam memberdayakan
masyarakat yang
tidak beruntung,
masyarakat miskin,
remaja yang
bermasalah, siswa formal yang tidak lulus lalu diserahkan ke pendidikan
nonformal seolah-oleh
pendidikan
lain masyarakat
menengah juga
membutuhkan fasilitasi
pendidikan banyak berkembang dalam bidang-
bidang yang tidak terakomodir dalam mata pelajaran di jalur formal. Club
belajar sains, robotic, perkumpulan hobi untuk menyalurkan energy anak remaja
agar positif. Kelompok-kelompok belajar ini pada akhirnya membentuk anak yang
senang belajar hal-hal atau menanamkan
Isu Homeschooling yang banyak berkembang di kota-kota besar yang
didorong adanya ketidakpuasan terhadap system pendidikan yang ada Puji yanti
fauziah 2014 memberikan sinyal bahwa pendidikan nonformal dan informal
dapat memfasilitasi para orangtua yang menginginkan
putra-putrinya untuk
berkembang lebih optimal tanpa anak terbelenggu
pelbagai macam
keterbatasan baik keterbatasan waktu anak, minat anak dan idealism orang tua.
Homeschooling memberikan warna baru dalam masyarakat untuk terus
bergerak
memperbaiki system
pendidikan di Indonesia. MEA sebagai bagian dari proses
globalisasi merupakan proses mendunia yang akan menjadi tantangan berat bagi
kita karena
dengan globalisasi
persaingan semakin terbuka tidak hanya menghadapi persaingan dalam skala
lokal tetapi lebih berat dan kompleks. Dalam sebuah situs website Wikipedia
dijelaskan bahwa Globalization is the increasing interconnection of people and
places as a result of advances in transport,
communication, and
information technologies that causes political,
economic, and
cultural convergence.
Globalisasi adalah
perkembangan multi hubungan dari manusia dan tempat yang dampaknya
menyebabkan adanya persamaan dalam pertumbuhan transportasi, komunikasi,
teknologi informasi dan kebudayaan. Semakin
kompleks dan
ketatnya persaingan
dalam era
globalisasi dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sebagai gambaran, kualitas sumber daya manusia yang terangkum
dalam
human development
indeks, Indonesia
pada tahun
2006 naik
peringkat ke 108 dibanding pada tahun 2004 yang masih menduduki peringkat
ke 111, hal ini semakin mendorong kita untuk bisa meningkatkan kembali HDI
menjadi lebih baik. Salah satu komponen
152 yang menjadi unsur penilaian adalah Life
Expectancy, education
and Gross
Domesic Product GDP. Sehingga dalam hal ini peran strategi pendidikan
nonformal adalah memperluas akses pendidikan
bagi masyarakat.
Meningkatkan kualitas
pendidikan masyarakat.
Salah satu tujuan MEA adalah mewujudkan
masyarakat ASEAN
sebagai kawasan ekonomi yang solid dengan adanya aliran barang, jasa,
ketenagakerjaan, serta aliran investasi yang bebas. Dalam hal ini ekonomi
menjadi focus MEA, tetapi roda ekonomi akan sulit berjalan jika kita tidak
menyiapkan
masyarakat yang
siap menerima kebebasan dalam berbagai
bidang , hal ini tentu saja akan berimbas pada
kesiapan masyarakat
untuk fleksibel dalam menghadapi perubahan
seperti yang diungkapkan rogers bahwa jika
kita merekonseptualisasikan
pendidikan nonformal menjadi fleksibel learning. Pendidikan nonformal akan
menjadi fleksibel dalam hal materi, waktu
yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga kita
bias melihat pelbagai kursus dan pelatihan yangn dapat meningkatkan
kualitas pekerja agar memiliki nilai lebih. Kualifikasi pendidikan dapat
dipenuhi melalui pendidikan formal tetapi peningkatan kompetensi, kinerja di
fasilitasi oleh pendidikan nonformal.
Pekerjaan besar kita adalah proporsi SDM yang tidak proporsional, menurut
data dilapangan
pekerja dengan
pendidikan dasar
berjumlah 70,
pendidikan menengah22
dan pendidikan tinggi hanya 7. Dari data
ini kita bias melihat bagaimana salah satu kontribusi PLS adalah melalui
program kesetaraan dan keaksaraan agar dapat meningkatkan pendidikan yang
mayoritas memiliki pendidikan dasar. Sehingga bagi masyarakat yang sudah
bekerja dapat difasilitasi untuk tetap mendapatkan layanan pendidikan sesuai
dengankebutuhannya. Salah satu cara untuk memudahkan level pendidikan
bagi msyarakat untuk bersaing adalah melalui kerangka kualifikasi Nasional
Indonesia KKNI. KKNI membantu bagi masyarakat untuk memetakan posisi
kompetensi dan kuaifikasi tidak hanya secara
Nasional tetapi
tingkat Internasional, hal ini terkait dengan
adanya kebijakan dari MEA tentang free of labour atau bebasnya tenaga asing
untuk masuk dalam lingkungan ASEAN. Dan untuk mensuport tenaga kerja PLS
sangat berperan dalam program-program kursus,
sehingga peran
Direktorat Kursus, Dikmas menjadi sangat urgent.
Tetapi tentu Direktorat tidak bias hanya bekerja tanpa koordinasi dengan instansi
lain.
Koordinasi dapat
berbentuk kerjasama misalnya dengan Universitas,
kementrian tenaga kerja, kementrian social agar terjadi percepatan yang
signifikan.
Untuk mensiasati free of services dalam
hal layanan,
Pendidikan nonformal harusmengembangkan social
entrepreneur, entrepreneur
dimaknai tidak hanya harus menjual produk yang
berwujud barang. Tetapi kita bias membuat terobosan layanan kepada
masyarakat .Dalam hal ini tentu saja tawaran-tawaran
pendidikan kemasayarakatan akan lebih menarik jika
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
153 marketing dan packaging program bagus.
Kelembagaan PLS seperti PKBM,SKB, TBM, TK, SPS PAUD tidak bias hanya
mengandalkan
pada bantuan
pada pemerintah, lembaga harus melakukan
terobosan-terobosan dalam
mencari pendanaan agar lembaga dapat mandiri.
Penguatan kelembagaan bisa dilihat dari penguatan pengelola maupun kualifikasi
instruktur atau fasilitator Pendidikan nonformal. Rogers mengatakan bahwa
proses inovasi dan difusi pada level organisasi berbeda jika dibandingkan
pada level individual, Baik tingkat organisasi
atau dalam
hal ini
kelembagaan harus diiringi dengan perubahanpada tingkat individual agar
sama-sama terakselerasi
untuk menghasilkan
tawaran-tawaran program,ide-ide layanan social dan
pendidikan yang menarik. Perguruan tinggi merupakan salah
satu lembaga penghasil inovasi-inovasi pembelajaran PNF yang sangatproduktif.
Tetapi kenyataannya inovasi model- model pembelajaranhanya terbatas pada
penulisan laporan dan seminar. Padahal menurut Rogers untuk menyebarkan
sebuah inovasi setidaknya diperlukan empat komponen utama yaitu : inovasi,
saluran komunikasi, waktu dan system social Rogers 1971: 11. Perguruan
tinggi dalam lingkungan pendidikan nonformal
memiliki peran
penting karena preguruan tinggi menjadi supplier
SDM pendidikan nonformal, dengan adanya MEA diharapkan jurusan PNF di
PT dan pelbagai inovasinya dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi
lulusan. Selain lulusan PT juga banyak menghasilkan inovasi, baik inovasi
pembejalaran, inovasi
dalam mengintervensi social serta inovasi lain
yang dapat
meningkatkan kualitas
pendidikan nonformal. Dalam hal ini PT menjadi innovator
itu sendiri, sehingga langkah selanjutnya adalah mencari saluran komunikasi
untuk menyebarkan
pelbagai hasil
penelitian. Saluran komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun
melalui media. Dalam hal ini media dapat berupa jurnal, internet atau
langsung melakukan komunikasi antara PT dengan lembaga-lembaga nonformal
misalnya
PKBM, SKB,
BPKB, PPAUDNI, BPPAUDNI yang dijadikan
lab site kampus. Kegiatan seminar menjadi ajang penting untuk melakukan
komunikasi sehingga dalam aktivitas seminar
setidaknya universitas
memberikan prioritas abagi para praktisi untuk memfasilitasi kehadiran mereka
dengan meringankan biaya administrasi atau pendaftaran.
Ikatan akademisi
PNF I
IKAPENFI sebagai organisasi Nasional dapat menjadi saluran komunikasi efektif
karena IKAPENFI menaungi seluruh Jurusan PNF se Indonesia, sehingga
setelah saluran komunikasi terbangun maka
langkah selanjutnya
adalah melakukan komunikasi dalam waktu
yang berkelanjutan. Semakin sering kita berkomunikasi
dalam waktu
yang relative intens akan mempermudah dan
mengakselerasi jurusan-jurusan yang
minim informasi untuk saling menshare ide dan mengembangkan peningkatan
kualitas jurusan
masing-masing. Menjelang era MEA yang tinggal
menghitung hai diharapkan melalui
154 perguruan tinggi terutama IKAPENFI
dapat mengakselerasi lembaga-lembaga PNF untuk meningkatkan daya siang dan
kualitas kelembagaan dan personal dengan
program-program kerjasama
yang integrative
antara akademisi,
praktisi dan juga birokrasi. Simpulan
Menjelang implementasi
MEA Pendidikan nonformal berperan penting
dalam mempersiapkan SDM Indonesia melalui
jalurnonformal. Peningkatan
SDM harus
dibarengi dengan
peningkatan kualitas
kelembagaan lembaga-lembaga PNF. Dan Perguruan
tinggi teruatama jurusan PNF memiliki peran sentral untuk menghasilkan lulusan
yang
kompetitif dan
menghasilkan pelbagai inovasi-inovasi pembelajaran,
media, dan materi-materi pendidikan nonformal. Dan untuk menyebarkan
inovasi tersebut diperlukan saluran komunikasi yang memadai, waktu yang
intensif serta satuan system social yang jelas dan focus yang akan kita garap agar
dapat berhasil optimal menghasilkan SDM PNF yang kompetitif dalam
masyarakat ekonomi ASEAN. Daftar Pustaka
Rogers M Everet , 1971 : diffusion of
inovasion. Mcmillan publishing New York.
Mudrajad Kuncoro Prof, Ph.D 2015: AEC dan tantangan PT dalam
menghasilkn SDM
. UGM
Yogyakarta Rudy Suryanto 2015 : Meretas
kesiapan SDM menyongsong MEA. UMM.
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
155
KEPROFESIONALAN SDM PNF MENGHADAPI MEA
oleh:
Dr. Abednego, M.Pd
Universitas Pattimura-Ambon