Kajian Teoritis 1. Konsepsi Disain Penelitian
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
103 dikembangkan mengacu kepada landasan
bangunan keilmuan dan teori andrgogi. Analisis pola dan proses pembelajaran,
dengan berbagai perangkan pembelajaran dalam konstruksi model pelatihan yang
dikembangkan perlu dilandasi mengacu kepada asumsi, prinsip, karakteristik,
serta
manajemen yang
bersifat andragogis.
4. Konsep Pengelolaan Pelatihan Secara
makro dikembangkan
mengacu kepada pandangan Sudjana 2000, terkait dengan dimenasi fungsi
pengelolaan pelatihan,
meliputi; perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan, penilaian
dan pengembangan. Khusus mengenai pengorganisasi, landasannya bersandar
pada apa yang dikemukakan Siagian dalam Sudjana 2000:186, khususnya
mengenai
langkah-langkah dalam
pengorganisasian program
pelatihan, yang
mencakup: 1
Penentuan kebutuhan, 2 Penentuan sasaran, 3
Penetapan isi program, 4 Identifikasi prinsip-prinsip belajar, 5 Pelaksanaan
program, 6 Identifikasi manfaat, serta 7 Penilaian pelaksanaan program.
5. Konsep Model Pelatihan
Desain pengembangan model ini dikembangkan
tidak melandaskan
kepada salah satu pandangan atau konsepsi model, melaninkan merupakan
kombinasi dari berbabagai pandangan konsepsi model pelatihan. Sebagaimana
berhasil diidentifikasi, terdapat berbagai model pelatihan yang memiliki langkah-
lau ngkah tersendiri sesuai dengan tujuan dan orientasi pelatihan itu sendiri. Salah
satu model diantaranya yaitu model tujuh langkah The Seven-Step Model yang
dikembangkan oleh Parker, yaitu: 1 melaksanakan identifikasi dan analisis
kebutuhan latihan; 2 merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan pelatihan;
3 merancang kurikulum latihan; 4 memilih dan mengembangkan metode
latihan; 5 menentukan pendekatan evaluasi
latihan; 6
melaksanakan program
latihan; 7
melakukan pengukuran hasil latihan.
Sedangkan model
lain yang
dikembangkan oleh Sudjana 2000:13 yaitu tentang Model Latihan Partisipatif
Partisipatory Training Model yang memiliki
langkah-langkah sebagai
berikut: 1 rekrutmen peserta latihan; 2 identifikasi kebutuhan, sumber dan
kemungkinan hambatan; 3 merumuskan dan menetapkan tujuan umum dan
khusus; 4 menyusun alat evaluasi awal dan akhir pelatihan; 5 menyusun urutan
kegiatan latihan, menentukan bahan belajar, dan memilih metode dan teknik
pelatihan; 6 latihan untuk pelatih; 7 melaksanakan evaluasi awal bagi peserta
latihan;
8 mengimplementasikan
program latihan; 9 melakukan evaluasi akhir bagi peserta latihan; 10 evaluasi
program pelatihan. Berkaitan dengan jenis-jenis model
pelatihan berdasarkan
pada pengembangan
kurikulumnya, Arif
1994:75 mengemukakan
beberapa model pelatihan sebagai berikut: 1
model pelatihan yang berorientasi pada tujuan;
2 model
pelatihan yang
berorientasi pada kebutuhan peserta; 3 model pelatihan yang berorientasi pada
kompetensi; 4 model pelatihan yang bersifat kombinasi.
6. Konsep Nilai Keagamaan
104 Dalam konteks pendidikan nilai,
terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan
agar pendidikan
dapat membentuk dan menguatkan karakter
anak bangsa. Pendekatan tersebut adakah sebagai
berikut: 1
Pendekatan Penanaman
Nilai, 2
Pendekatan Perkembangan Kognitif, 3 Pendekatan
Analisis Nilai,
4 Pendekatan
Klarifikasi Nilai,
5 Pendekatan
Pembelajaran Berbuat. Dalam perspektif pendidikan Islam,
Khalifah dan Quthub 2009:40-41 mengungkapkan
tentang karakter
pendidik atau
guru muslim
yang dibutuhkan
dalam mendukung
optimalnya proses
internalisasi pendidikan nilai dan karakter melalui
pembelajaran sebagai
berikut: 1
Ruhiyah dan akhlakiyah, 2 Asas dan penopang pendidik, 3 Tidak emosional,
4 Rasional, 5 Sosial, 6 Fisik yang sehat, 7 Profesi, yang termasuk dalam
sifat ini adalah keinginan dan kecintaan yang tulus untuk mengajar, serta yakin
atas
manfaat dan
pengabdiannya terhadap masyarakat.
7. Konsep Karakter Generasi Muda Pengertian
karakter adalah
moral strength, the pattern of behavior . Kamus
Besar Bahasa
Indonesia belum
memasukkan kata karakter, yang ada sebagai: sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat. Dalam
risalah ini, dipakai pengertian yang pertama, dalam arti bahwa karakter itu
berkaitan
dengan kekuatan
moral, Jadi,
orang kualitas moral tertentu yang positif.
Dengan demikian,
pendidikan membangun karakter, secara implisit
mengandung arti membangun sifat atau pola
perilaku yang
didasari atau
berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang
negatif atau yang buruk. Peterson dan Seligman,
dalam buku
, mengaitkan secara langsung
dengan kebajikan. Character strength dipandang
sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan virtues. Salah
satu kriteria utama dari character
adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan
sepenuhnya potensi
dan cita-cita
seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya
dan bagi orang lain. Pendidikan
untuk pembangunan
karakter pada
dasarnya mencakup
pengembangan substansi, proses dan suasana
atau lingkungan
yang menggugah,
mendorong dan
memudahkan seseorang
untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam
kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini tumbuh dan berkembang dengan didasari
oleh kesadaran, keyakinan, kepekaan dan sikap orang yang bersangkutan. Dengan
demikian, karakter bersifat inside-out, dalam
arti bahwa
perilaku yang
berkembang menjadi kebiasaan baik ini terjadi karena adanya dorongan dari
dalam, bukan karena adanya paksaan dari luar..
ISBN 978-602-14314-8-1 SEMINAR DAN TEMU AKADEMISI PLS TINGKAT NASIONAL TAHUN 2015
105 Membangun keyakinan, dan sikap
yang mendasari kebiasaan baik bukan proses yang berlangsung sedikit demi
sedikit secara
berkelanjutan. Membangun karakter melalui penataran
yang indoktrinatif selama seminggu atau dua minggu atau bahkan sebulan, tidak
akan banyak
membawa hasil.
Jadi, upaya pembangunan karakter melalui
pendidikan dengan
menjadikannya sebuah proyek, tidak akan
ada hasilnya.
Pembangunan karakter hendaknya dijalankan sebagai
upaya berkelanjutan yang ditanam pada semua susbstansi, proses dan iklim
pendidikan. Koesoema
2010:2 memberikan formula bahwa pendidikan
karakter jika ingin efektif dan utuh harus menyertakan tiga basis desain dalam
pemogramannya, meliputi: 1 Desain pendidikan karakter berbasis kelas, 2
Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah, 3 Desain pendidikan
karakter berbasis komunitas.