Prinsip Pembelajaran Mikro

B. Prinsip Pembelajaran Mikro

Prinsip pembelajaran mikro merupakan ketentuan, kaidah atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan pembelajaran mikro. Sesuatu yang telah disepakati sebagai ketentuan, hukum, atau prinsip, maka ketika aturan itu ditaati maka akan berdampak positif terhadap proses dan hasil pembelajaran mikro. Sebaliknya apabila ketentuan, aturan itu diabaikan atau tidak ditaati, maka pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan pembelajaran untuk membina dan meningkatkan kemampuan mengajar, tidak akan membawa dampak yang positip.

Adapun prinsip yang menjadi aturan atau ketentuan dalam penerapan pembelajaran mikro antara adalah sebagai berikut:

1. Fokus pada penampilan; yaitu yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran mikro adalah penampilan setiap peserta yang berlatih. Penampilan dimaksud adalah perilaku atau tingkah laku peserta (calon guru/ guru) dalam melatihkan setiap jenis keterampilan mengajarnya. Penampilan biasanya menunjukkan pada performance seseorang yang secara konkrit bisa dilihat atau diamati. Misalnya Bu Elly dengan kesadaran sendiri akan berlatih bagaimana cara membuka pembelajaran yang dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi belajar siswa. Maka fokus penampilan Bu Elly hanya pada keterampilan membuka saja, tidak pada aspek-aspek lainnya.

Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran mikro yang sudah Anda pelajari di atas, yaitu sebagai pendekatan untuk melatih kemampuan mengajar dalam skala yang disederhanakan, misalnya pada penampilan membuka saja, menutup, memberikan balikan dan penguatan, penggunaan media dan metoda atau fokus pada jenis-jenis keterampilan yang lain. Dengan demikian fokus perhatian setiap yang terlibat dalam pembelajaran mikro sepenuhnya hanya pada penampilan peserta dalam melaksanakan keterampilan-keterampilan yang dilatihkan, dan bukan pada unsur kepribadiannya (focus on presentation

Pembelajaran Micro Teaching | 65

Modul 2 behavior, not on personality charactersitics and judgments)

2. Spesifik dan konkrit; seperti dijelaskan di atas, jenis keterampilan yang dilatihkan harus terpusat pada setiap jenis keterampilan mengajar yang

dilakukan secara bagian demi bagian. Misalnya berlatih membuka dan menutup pembelajaran, dilakukan secara tersendiri dan tidak digabungkan dengan jenis keterampilan mengajar lainnya dalam waktu yang bersamaan. Selain itu penampilan dalam membuka atau menutup pembelajaran

tersebut bisa ditekankan pada aspek-aspek yang lebih khusus lagi. Misalnya bagaimana dalam menyampaikan tujuan ketika membuka pembelajarannya, bagaimana ketika mengkondisikan lingkungan belajar, bagaimana cara atau gayanya, bagaimana vokalnya, dan lain sebagainya. Penekanan pada hal-hal yang lebih khusus dari setiap keterampilan yang dilatihkan, itulah makna

dari prinsip ”spesifik dan konkrit”. Cara yang dilakukan seperti itu dalam pembelajaran mikro, dimaksudkan agar

pihak yang berlatih secara optimal memfokuskan pada jenis keterampilan tersebut. Demikian pula pihak observer atau supervisor dalam melakukan pengamatannya secara cermat dan akurat hanya mengamati perilaku calon guru atau para guru dalam kemampuan membuka dengan aspek-aspek khusus tadi. Dengan demikian akan diperoleh gambaran yang konkrit tingkat kemampuan peserta dalam membuka pembelajarannya.

3. Umpan balik; prinsip berikutnya dari pembelajaran mikro yaitu umpan balik, yaitu proses memberikan balikan (komentar, saran, solusi pemecahan, dll) yang didasarkan pada hasil pengamatan dari penampilan yang telah dilakukan seorang yang berlatih. Setelah selesai setiap peserta melakukan proses latihan melalui pembelajaran mikro, pada saat itu pula dengan segera dilakukan proses umpan balik. Misalnya melihat hasil rekaman (kalau pada saat latihan direkam/video) atau penyajian dari pihak observer atau supervisor memberikan komentar terhadap penampilan yang telah dilakukan oleh peserta. Setelah melihat rekaman atau memperhatikan beberapa komentar, kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan diskusi dan refleksi untuk memberikan saran atau pemecahan yang harus dilakukan untuk diperbaiki dalam penampilan berikutnya.

Salah satu tip yang harus menjadi konsensus bersama (peserta yang berlatih, observer, supervisor) yaitu ketika memberikan umpan balik (komentar, saran, solusi pemecahan yang diajukan) harus didasarkan pada niat baik untuk saling melengkapi. Observer atau supervisor ketika memberikan komentar bukan untuk ”menjelekkan” peserta, tetapi saling melengkapi untuk kebaikan bersama. Demikian pula sebaliknya bagi pihak yang berlatih (calon guru / guru) ketika komentar disampaikan (positif atau negatif) sebaiknya berlapang

66 | Pembelajaran Micro Teaching

Karakteristik Pembelajaran Mikro dada untuk menerima demi kebaikan dan peningkatan profesionalitas.

4. Keseimbangan; prinsip ini terkait dengan prisnisp sebelumnya yaitu ”umpan balik”, maksudnya ketika observer atau supervisor menyampaikan komentar, saran, atau kritik terhadap penampilan peserta yang berlatih (calon guru / guru) tidak hanya menyoroti kekurangan atau kelemahannya saja dari peserta yang berlatih tersebut. Akan tetapi harus dikemukakan pula kelebihan-kelebihan dari penampilan yang telah dimilikinya. Dengan demikian pihak yang berlatih dapat memperoleh masukan yang berharga baik dari sisi kelebihan maupun kekurangannya. Informasi melalui umpan balik yang disampaikan dengan jujur, transparan dan akuntabel dan seimbang, diharapkan akan menjadi motivasi untuk memelihara dan meningkatkan kelebihannya dan memperbaiki terhadap kekurangannya.

5. Ketuntasan; adalah kemampuan yang maksimal terhadap keterampilan yang dipelajarinya. Apabila dari satu atau dua kali latihan ternyata berdasarkan kesepakatan bersama masih ada yang harus diperbaiki dal menerapkan jenis keterampilan tertentu, maka semua pihak harus membantu (memfasilitasi) latihan ulang sehingga diperoleh kemampuan yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan (tuntas).

Tidak ada batasan yang menentukan harus berapa kali latihan untuk setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Ini artinya jika dengan satu kali latihan sudah dianggap cukup baik atau terampil dan profesional (tuntas), maka tidak perlu mengulang lagi melatih jenis keterampilan yang sama, tinggal beralih pada jenis keterampilan lainnya. Akan tetapi sebaliknya jika dengan dua kali kesempatan berlatih masih dianggap belum cukup menguasai, lakukan berlatih ulang sampai mencapai hasil yang memuaskan (tuntas). Kalau menurut konsep ”mastery learning”, seseorang telah dianggap menguasai secara tuntas, apabila telah memperoleh kemampuan dia atas 75 %.

6. Maju berkelanjutan; yaitu siapapun yang berlatih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro, ia harus mau belajar secara terus menerus, tanpa ada batasnya (life long of education). Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, demikian pula pengetahuan tentang keguruan dan pembelajaran, setiap saat mengalami perkembangan baik kuantitas maupun

kualitas. Oleh karena itu ketika seseorang telah terampil menguasai satu model atau jenis keterampilan yang dilatihkan, tidak berarti segalanya dianggap sudah selesai, akan tetapi masih banyak tantangan lain yang harus dipelajari, dilatihkan dan dikuasai. Inilah makna dari prinsip maju berkelanjutan, yaitu keinginan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan diri.

Keinginan untuk maju harus tumbuh dari setiap yang memegang profesi, dengan keinginan untuk maju maka selalu terdorong (motivasi) untuk belajar,

Pembelajaran Micro Teaching | 67

Modul 2

berlatih, bertanya, mencari berbagai sumber informasi. Menurut Mohamad Surya yang harus ditanamkan dalam pendidikan keguruan antara yaitu ”apresiasi yang berkesinambungan terhadap jabatan guru dan guru-guru serta pihak lainnya yang diakui sebagai sumber pembelajaran” (2008).

Ungkapan yang disampaikan oleh Mohamad Surya sejalan dengan prinsip ”maju berkejalnjutan” Dengan prinsip tersebut, setiap peserta yang akan berlatih tidak akan dihinggapi kebosanan, tetapi selalu berupaya, belajar dan belajar untuk meningkatkan profesionalitasnya.