Unsur-unsur kegiatan inti pembelajaran

C. Unsur-unsur kegiatan inti pembelajaran

Dalam Peraturan Pemerintah (PP No. 19 Thn. 2005) tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Bab IV Pasal 19 ayat 1).

156 | Pembelajaran Micro Teaching

Pembelajaran Micro Teaching Unsur-unsur pelaksanaan pembelajaran yang dinyatakan dalam PP tersebut di

atas, harus menjadi inspirasi dalam kegiatan inti pembelajaran, sekaligus sebagai rujukan bagi guru agar dalam proses pembelajarannya selalu merefleksikan dari

aspek-aspek tersebut, yaitu:

1. Interaktif; yaitu proses komunikasi pembelajaran harus dijalin melalui hubungan secara interaktif. Komunikasi interaktif yaitu proses pembelajaran dilakukan tidak hanya hubungan antara guru dan siswa atau sebaliknya, melainkan hubungan banyak arah dari guru ke siswa, siswa ke guru, siswa dengan siswa maupun siswa dengan sumber pembelajaran lain yang lebih luas.

2. Inspiratif; yaitu pembelajaran harus dilakukan untuk mendorong siswa secara aktif dan inovatif, menemukan gagasan baru yang bisa diterapkan dalam memecahkan permasalahan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Proses pembelajaran yang inspiratif, siswa tidak ”digurui” untuk mengikuti pola dari apa yang dilakukan atau dicontohkan guru, akan tetapi siswa didorong untuk memiliki banyak ide atau gagasan baru hasil kreasi dirinya sendiri.

3. Menyenangkan; yaitu suasana pembelajaran yang dapat menciptakan rasa gembira, anak senang berada dalam lingkungan pembelajaran, sehingga

siswa merasa aman dan bebas untuk berkreasi melakukan berbagai aktivitas pembelajaran untuk memperoleh hasil pembelajaran secara efektif dan

efisien.

4. Menantang; yaitu kegiatan pembelajaran tidak hanya menempatkan siswa sebagai penerima yang pasif dari berbagai ilmu pengetahuan yang diberikan

oleh guru. Akan tetapi pembelajaran harus dikemas dan ciptakan untuk membiasakan siswa menghadapi tantangan. Misalnya dengan diberikan

masalah untuk dipecahkan, soal yang harus dikerjakan, atau stimulus pembelajaran lain yang bersifat menantang siswa untuk memunculkan ide- ide baru, sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan secara optimal.

5. Memotivasi peserta didik; dalam pembelajaran guru harus memerankan diri sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran. Melalui peran sebagai

motivator dan fasilitator pembelajaran, siswa harus ditumbuhkan perhatian dan motivasi belajarnya, sehingga aktivitas belajar muncul dari keinginan yang kuat yang timbul dari dirinya sendiri (instrinsik). Apabila semangat belajar sudah muncul dari dirinya, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan secara efektif.

6. Prakarsa; yaitu pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada siswa

Pembelajaran Micro Teaching | 157

Modul 4 untuk mengambil inisiatif (prakarsa) melakukan berbagai aktivitas baik

dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas dengan memanfaatkan sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi. Dalam pembelajaran, prakarsa biasanya berhubungan dengan keinginan untuk melakukan aktivitas, inisiatif, terhadap hal-hal yang dianggap positif. Seperti pergi keperpustakaan untuk belajar, melakukan percobaan-percobaan, mempraktekkan pengalaman belajar yang sudah diperoleh kedalam situasi yang aktual, dan kegiatan lain yang muncul dari keinginan sendiri.

7. Kreativitas; yaitu kegiatan pembelajaran seharusnya mampu mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas sesuai dengan minat, bakan maupun potensinya masing-masing. Kreativitas dalam pembelajaran bisa terjadi bila lingkungan atau situasi pembelajaran yang dijelaskan sebelumnya sudah tercipta, seperti kondisi yang menyenangkan, demokratis, menantang, termotivasi. Melalui situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif maka

siswa akan terdorong untuk memunculkan ide-ide atau gagasan baru yang menjadi modal penting dalam kreativitas.

8. Kemandirian; yaitu pembelajaran harus diupayakan untuk mendorong siswa memiliki kemampuan, komitmen dan percaya diri. Pendidikan melalui upaya proses pembelajaran bertujuan antara lain adalah untuk proses pendewasaan. Pendewasaan memiliki makna yang luas, yaitu selain dari sisi dewasa secara biologis, juga dewasa dalam berpikir, mengambil prakarsa, inisiatif, tanggung

jawab dan lain sebagainya. Oleh karena itu orientasi pembelajaran bukan hanya sekedar untuk mencapai kemampuan-kemampuan pengetahuan yang

bersifat teoritis dan praktis, tapi juga sebagai upaya memandirikan siswa. Menurut pandangan konstruktivisme, bahwa setiap siswa sudah memiliki

banyak potensi yang siap untuk dikembangkan. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam kegiatan inti, semua lingkungan pembelajaran yang ada harus dimanfaatkan untuk mendorong siswa mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya. Adapun strategi atau prinsip dalam menerapkan teori konstruktivisme, yaitu:

1. Construktivism; yaitu siswa ketika masuk kedalam kelas tidak dalam keadaan kosong dari pengalaman. Setiap siswa dianggap sudah memiliki bekal, potensi

atau pengalaman yang didapatkan dari berbagai sumber atau lingkungan dimana ia hidup. Oleh karena itu dalam upaya membelajarkan siswa, guru sebagai fasilitator pembelajaran adalah mengembangkan pengalaman yang

telah dimiliki siswa yang ada hubungannya dengan materi yang diajarkan. Dorong dan beri kesempatan kepada siswa untuk memunculkan pengalaman dengan caranya sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi pengetahuan maupun keterampilan yang diperlukannya, sesuai dengan wawasan dan

158 | Pembelajaran Micro Teaching

Pembelajaran Micro Teaching pengalaman yang telah dimilikinya.

2. Inquiry; yaitu kegiatan inti pembelajaran harus mendorong siswa mampu bereksplorasi, menduga, maupun bereksperimen. Pembelajaran tidak sekedar menghapal konsep-konsep, atau fakta secara terlepas-lepas yang hanya diperlukan untuk kepentingan sesaat. Melalui pendekatan inquiry, tugas guru yang utama adalah memfasilitasi siswa untuk mencari dan menemukan sendiri. Proses mencari untuk menemukan, dalam kegiatan pembelajarannya harus disesuaikan dengan karakteristik siswa itu sendiri. Adapun untuk mendorong kegiatan belajar siswa melalui penerapan inquiry antara lain yaitu melalui observasi, mendorong keberanian untuk bertanya, membiasakan siswa untuk menduga, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.

3. Questioning; yaitu mengembangkan kebiasaan siswa untuk bertanya. Dalam pembelajaran, bertanya adalah belajar. Melalui kegiatan bertanya mendorong siswa untuk menggali informasi, membandingkan atau mengecek terhadap

apa yang sudah diketahuinya, atau mengarahkan perhatian siswa pada hal- hal yang belum diketahuinya. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pertanyaan dari guru kepada siswa, melainkan dari siswa kepada guru, bertanya terhadap dirinya sendiri, maupun bertanya terhadap lingkungan yang lebih luas lagi.

4. Learning Community; yaitu menciptakan suasana pembelajaran dengan memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi. Sumber ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya diperoleh dari guru, atau buku teks saja, akan tetapi bisa didapatkan dari teman, pakar, tokoh masyarakat dan sumber-sumber pembelajaran lainnya baik berupa orang (manusia) maupun benda. Dengan demikian yang dimaksud dengan learning community (masyarakat belajar), pada dasarnya adalah bagaimana siswa secara aktif mencari dan memanfaatkan sumber-sumber ilmu pengetahuan secara luas dan bervariasi, sehingga dapat menghasilkan pengalaman belajar yang luas dan mendalam.

5. Modeling; yaitu hasil pembelajaran siswa tidak hanya dianggap cukup dengan telah dikuasainya sejumlah materi pembelajaran melalui informasi yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi siswa membutuhkan pengalaman yang lebih konkrit dan manfaat yang dirasakan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu perlu proses pembelajaran yang dapat memberikan gambaran nyata seperti melalui strategi pemodelan (modeling ). Melalui strategi ini dalam kegiatan pembelaran ada sesuatu bentuk, contoh atau model yang dapat dilihat dan ditiru oleh siswa. Misalnya ketika mengajarkan ”takbirotul ihram” dalam pelajaran solat, maka pembelajaran akan lebih efektif jika siswa dapat melihat peragaan bagaimana takbirotul ihram dilakukan, dibandingkan

Pembelajaran Micro Teaching | 159

Modul 4

dengan hanya guru menjelaskan secara lisan cara-cara takbirotul ihram.

6. Reflektion; yaitu membiasakan siswa untuk melakukan perenungan terhadap apa-apa yang telah dipelajarinya. Refleksi dalam pembelajaran diperlukan untuk mengajak siswa menelaah ulang terhadap berbagai aktivitas, kejadian selama pembelajaran berlangsung. Selain itu melalui refleksi siswa dibiasakan untuk mengkaji terhadap hasil yang telah diperoleh baik berkenaan dengan pengetahuan, sikap maupun keterampilan, dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, termsuk kemungkinan- kemungkinan manfaat dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

7. Authentic Assesment; yaitu selama proses pembelajaran belangsung atau saat menjelang pembelajaran berakhir, pada kegiatan inti pembelajaran, guru melakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assesmen) melalui

mengidentifikasi data, berupa indikator-indikator yang menunjukkan perubahan perilaku yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. Melalui penilaian yang sebenarnya yang dilengkapi dengan berbagai data menyangkut dengan perkembangan siswa, guru maupun

siswa dapat memiliki gambaran yang jelas dan terukur kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki dari pembelajaran yang telah dilakukannya.

Ketujuh strategi kegiatan pembelajaran di atas, dalam kegiatan inti pembelajaran harus selalu mendapat perhatian, jika menggunakan pendekatan konstruktivisme. Tentu saja strategi yang dilakukan akan berbeda jika dalam pembelajaran menggunakan model, pendekatan, atau teori yang berbeda. Misalnya pendekatan proses, Pemecahan masalah, diskusi, maupun pendekatan- pendekatan pembelajaran lainnya.

Untuk terampil menarapkan strategi-strategi dari setiap model, teori, dan pendekatan pembelajaran apapun, tidak cukup hanya dengan dikuasainya teori, atau jenis-jenis strateginya saja. Akan tetapi perlu proses pembelajaran dan latihan, antara lain yaitu melalui pendekatan pembelajaran mikro.

160 | Pembelajaran Micro Teaching

Pembelajaran Micro Teaching