Prinsip penggunaan Penguatan

D. Prinsip penggunaan Penguatan

Penguatan sebagai salah satu bentuk keterampilan dasar mengajar dimaksudkan untuk memberikan informasi maupun koreksi terhadap proses belajar yang telah dilakukannya. Melalui penguatan siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya, sehingga akan menjdi pendorong untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari penguatan yaitu untuk lebih mengefektifkan proses dan hasil pembelajaran, maka dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Kehangatan dan keantusiasan Setiap pemberian penguatan baik penguatan verbal maupun non-verbal harus

disertai ketulusan dan keihlasan semata-mata menghargai perbuatan siswa. Oleh karena itu setiap memberikan penguatan harus disertai perasaan atau

mencerminkan perasaan senang dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira, suara yang meyakinkan, atau

isyarat yang menunjukkan tanda surprise, dan lain sebagainya. Dengan kata lain penguatan itu harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi.

2. Kebermaknaan Jenis dan bentuk penguatan yang diberikan harus memiliki makna bagi siswa,

yaitu setiap jenis atau bentuk penguatan yang diberikan, baik melalui kata- ata, isyarat maupun bentuk penguatan lain yang sejenis, harus dipilih dan disesuaikan dengan makna yang terkandung di dalamnya. Kebermaknaan ini baik dari segi akademik maupun non akademik. Kebermaknaan secara akademik yaitu melalui penguatan yang diberikan dapat mendorong siswa untuk lebih berprestasi, sedangkan makna non akademik bahwa dengan penguatan yang diberikan dapat memfasilitasi siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai aktivitas yang positif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3. Menghindari penguatan negartif Dalam memberikan penguatan sebaiknya guru harus menghindari dari

respon-respon negatif. Misalnya kata-kata kasar dan tidak mendidik, cercaan, hinaan, isyarat yang menyudutkan siswa. Dalam setiap proses pembelajaran sering terjadi proses dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga mengakibatkan guru merasa tidak puas dengan proses dan hasil yang ditunjukkan siswa. Kemudian secara spontan muncul keinginan untuk membentak, mengeluarkan kata-kata menyindir dan penguatan

nagatif lainnya. Mungkin maksudnya baik, yaitu untuk lebih meningkatkan 314 | Pembelajaran Micro Teaching

Keterampilan Dasar Mengajar 3 proses dan hasil pembelajarn secara lebih berkualitas, akan tetapi dengan

mengeluarkan kata-kata atau isyarat (penguatan negatif), harus dihindari. Apabila guru merasa kurang puas terhadap proses dan hasil pembelajaran

yang ditunjukkan oleh siswa dan ingin memperbaikya melalui bentuk penguatan, sebaiknya dicarai kata-kata atau isyarat (penguatan) yang dapat menyentuh perasaan siswa, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri siswa untuk merubah perilaku belajarnya. Misalnya guru berkata “saya tahu anda telah belajar secara maksimal, akan tetapi hasilnya ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan, mungkin masih ada yang kurang dan harus dicari cara lain yang lebih tepat dalam melakukan kegiatan belajarnya, sehingga hasilnya akan lebih baik dari hari ini”. Dengan demikian siswa tidak merasa sia-sia dengan bejalar yang telah dilakukannya, walaupun hasilnya belum memuaskan.

Tujuan menerapkan atau memberikan penguatan dalam pembelajaran, sasaran utamanya yaitu untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat meningkatkan mutu proses maupun hasil pembelajaran. Agar penerapan penguatan mencapai sasaran yang diharapkan, maka dalam pemilihan dan penerapannya selain harus mengikuti prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di atas, juga harus mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Sasaran penguatan Agar penguatan dapat berjalan secara efektif, maka setiap jenis dan bentuk

penguatn yang diberikan oleh guru harus tepat pada sasarannya. Ketepatan sasaran tersebut meliputi dua aspek, yaitu a) ketepatan jenis atau bentuk penguatan yang digunakan (verbal atau non-verbal), b) ketepatan pada siswa yang akan menrima penguatan tersebut, apakah kepada semua siswa dalam satu kelompok belajar, atau kepada kelompok tertentu, atau kepada siswa secara perseorangan.

Misalnya jika penguatan itu diberikan kepada salah seorang siswa, maka harus jelas siswa mana yang dituju dengan penguatan yang diberikan itu, demikian pula terhadap perbuatan atau perilaku belajarnya. Misalnya apakah penguatan itu terkait dengan hasil karyanya, cara penampilan, penguasaan

materinya, disiplin, kerjasama, kepemimpinan, dan bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan oleh siswa tersebut.

2. Dilakukan dengan segera Setiap penguatan yang diberikan oleh guru, hendaknya dilakukan dengan

segera, yaitu pemberian penguatan (verbal atau non-verbal) diberikan atau dilakukan bersamaan atau sesaat setelah perilaku belajar (respon) yang ditampilkan oleh masing-masing siswa. Misalnya apabila guru melihat siswa dengan kesadaran sendiri membuang sampah pada tempatnya, segera hampiri

Pembelajaran Micro Teaching | 315

Modul 8 siswa tersebut dan sampaikan penghargaan pada saat itu pula, misalnya

“terima kasih anda telah membuang sampah pada tempatnya”. Dengan kata lain bahwa antara penguatan yang diberikan oleh guru dengan perbuatan belajar siswa sebaiknya tidak menunggu waktu berlama-lama, tapi segera berikan penguatannya pada saat itu pula.

3. Penguatan secara bervariasi Perilaku yang ditunjukkan siswa dari proses dan hasil pembelajarannya

meliputi tiga unsur yaitu: a) pengetahuan,, b) sikap dan c) keterampilan. Ketiga jenis perilaku hasil belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, dan oleh karena itu maka jenis maupun bentuk penguatan yang diberikan oleh guru pun harus disesuaikan dengan karaktersitik perilaku belajar yang ditunjukkan oleh siswa itu sendiri (agar lebih bermakna). Untuk memilih dan menetapkan jenis atau bentuk penguatan yang tepat atau sesuai

dapat disiasati dengan menggunakan penguatan secara bervariasi. Misalnya, memadukan antara penguatan secara verbal dan non verbal, sehingga akan

memungkinkan dapat merespon terhadap segala bentuk atau aspek perilaku belajar siswa. Selain itu melalui pemberian penguatan yang menggabungkan (variasi) antara penguatan verbal dan non verbal, maka akan terjadi proses pembelajaran yang dinamis.