HASIL WAWANCARA DENGAN PEMBACA IDEAL 2

Lampiran 10 HASIL WAWANCARA DENGAN PEMBACA IDEAL 2

Nama Informan : Drs. Yant Mujiyanto, M. Hum. Status

: Dosen FKIP Bahasa & Sastra Indonesia UNS Tempat wawancara

: Kantor dosen, gedung E PBS FKIP UNS Tanggal Wawancara

: 14 Juni 2012

1. P : Apakah Bapak sebelumnya pernah membaca novel teenlit?

I : Belum pernah. Saya baru baca Rahasia Bintang ini. Tapi saya bisa

menilai secara keseluruhan novel teenlit lewat Rahasia Bintang. Ya karena novel ini sangat cocok untuk remaja dan pasti teenlit lainnya kurang lebih seperti ini.

2. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit?

I : Menurut saya novel teenlit cukup berguna ya untuk pembaca, khususnya remaja karena ini bisa digunakan sebagai media pembelajaran yang kedepannya menuju tinta sastra. Dimulai pada pendekatan karya-karya yang membahas dunia mereka. Saya tidak termasuk orang yang melarang anak-anak membaca teenlit, malah lebih condong menganjurkan, menjadikan anak gemar membaca. Kedepannya teenlit juga bisa digunakan ke arah pembacaan karya sastra.

3. P : Bagaimana perbedaan antara novel teenlit dengan novel serius?

I : Lebih pada diksi atau pemakaian bahasanya. Kalau teenlit banyak

menggunakan kata-kata gaul/prokem, yang fungsinya akrab dengan dunia remaja, mudah dicerna, ringan, dan mudah dipahami. Sedangkan novel serius, bahasanya juga serius, sangat nyastra, terpilih, kadang- kadang sulit dipahami tapi indah memesona, dan ada nuansa keagungan. Dari segi isi, novel teenlit hanya mengangkat dunia remaja, kisah anak- anak muda dengan cinta mereka, dunia cengeng mereka, dan gejolak hati mereka. Sementara, novel serius kebanyakan membahas kehidupan keluarga, lebih serius, dan ada bumbu-bumbu filosofisnya yang menggunakan kata-kata gaul/prokem, yang fungsinya akrab dengan dunia remaja, mudah dicerna, ringan, dan mudah dipahami. Sedangkan novel serius, bahasanya juga serius, sangat nyastra, terpilih, kadang- kadang sulit dipahami tapi indah memesona, dan ada nuansa keagungan. Dari segi isi, novel teenlit hanya mengangkat dunia remaja, kisah anak- anak muda dengan cinta mereka, dunia cengeng mereka, dan gejolak hati mereka. Sementara, novel serius kebanyakan membahas kehidupan keluarga, lebih serius, dan ada bumbu-bumbu filosofisnya yang

4. P : Manfaat apa yang dapat diperoleh pembaca setelah membaca novel teenlit?

I : Yang jelas dengan membaca novel teenlit, pembaca menjadi tahu dengan dunia remaja, warna-warni mereka, obsesi mereka, dan kerinduan mereka. Itu adalah sesuatu yang harus dipahami. Bagi orang tua, bisa menyayangi anak dengan tepat karena dalam teenlit mengungkap psikologis remaja yang sebenarnya. Jadi dengan novel teenlit, orang tua bisa lebih memahami dunia remaja.

5. P : Apa yang Bapak ketahui tentang kajian resepsi sastra?

I : Kajian yang memanfaatkan aspek pembacaan, jadi mengapresiasi dan menganalisis novel dari sudut pembaca. Pembaca ada yang awam, akademisi, dan praktis. Resepsi sastra dilihat dari sudut penerimaan pembaca.

6. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit Rahasia Bintang

karya Dyan Nuranindya?

I : Menurut saya ini novel yang cukup asyik , menarik, dan di situ ada kisah- kisah yang tak lepas dari dunia remaja tapi terdapat misteri. Rahasia bintang menunjukkan bahwa remaja sekarang dan masa akan datang ada rangkaiannya. Ada obsesi-obsesi tentang bagaimana tabiat yang baik, ada pengertian, apresiasi, dan dikembangkan sikap penuh pengertian. Jadi kedepannya bisa sama-sama berbenah. Ada tokoh yang dinilai kurang baik, bukan berarti untuk dibenci dan dijauhi.

7. P : Bagaimana cara pengarang melukiskan watak-watak para tokoh dalam

Rahasia Bintang?

I : Cukup hidup, tampil dengan sikap atagonis. Saya kira pengarang cukup piawai. Dalam penggambaran tokoh antagonis, sudah bisa menyulut konflik, ada konflik yang seru.

8. P : Bagaimana cara pengarang menceritakan setiap kejadian dan peristiwa 8. P : Bagaimana cara pengarang menceritakan setiap kejadian dan peristiwa

I : Cukup runtut. Plotnya cukup enak diikuti, tidak kelihatan bertabrakan, meskipun berliku-liku tapi tetap mengalir. Plot yang baik, meskipun berliku-liku tapi pembaca masih tetap bisa memahami. Ibarat kita menempuh perjalanan, meskipun berliku-liku tapi kita tetap bisa melaluinya.

9. P : Selain cerita cinta khas remaja, dalam Rahasia Bintang juga terdapat

muatan konformitas, bagaimana pendapat Bapak?

I : Di sini muatan konformitas memberikan penguatan pada karekter tokoh, tokoh-tokoh yang mempunyai karakter sama, condong menjalin cemistri. Konformitas lebih pada sikap kompromis, sikap bisa saling mengisi dan melengkapi, gambaran dari saya seperti itu. Jadi muatan konformitas didukung oleh anak-anak yang karakternya sama secara psikologis dan dekat secara ideologis, sehingga bisa menjalin satu kebersamaan.

10. P : Apakah jaman sekarang masih ada konformitas negatif di kalangan

remaja, khususnya anak SMA?

I : Saya kira ada ya karena di antara mereka sering terjadi tawuran, terjadi konflik yang berkepanjangan, seperti dendam, sikap syirik. Kesemua itu adalah perwujudan dari sikap konformitas. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi. Sesama remaja, anak Indonesia seharusnya tidak terjadi benturan- benturan yang dapat merugikan diri mereka sendiri.

11. P : Bagaimana tanggapan Bapak tentang konformitas negatif yang dilakukan remaja, khususnya anak SMA?

I : Perlu ditanggapi secara bijaksana, dalam arti jangan langsung menyalahkan. namun secara baik-baik mencari solusinya, perlu untuk mengajak ngomong mereka, apa yang dimau dan sebaiknya bagaimana. Menghadapi remaja, orang tua harus mempunyai sikap ngemong dan juga mempunyai sikap asah, asih, dan asuh.

12. P : Menurut Bapak, mengapa remaja melakukan konformitas negatif, seperti yang termuat dalam Rahasia Bintang?

I : Saya kira karena egoistis yang tinggi, merasa yang paling super. Remaja harus memiliki kematangan psikologis agar dapat meredam emosi dan ego mereka.

13. P : Bagaimana caranya agar terhindar dari konformitas negatif?

I : Menurut saya, perlu ditumbuhkan sikap humanitas dan religiusitas. Pendekatannya lebih ke edukatif. Humanitas itu rasa kemanusiaan, lebih ke solidaritas, kalau religiusitas pendekatan yang mengarah pada keagamaan. Antara hubungan vertikal dengan horisontal harus bisa seimbang. Jadi dengan kesadaran religiusitas yang tinggi, bisa mengurangi konflik, konformitas negatif, dan mengurangi hal-hal yang dapat memicu ketidakbaikan. Selain itu, guru dan orang tua tetap memberikan perhatian kepada mereka, jangan dibiarkan lepas dan jangan diabaikan. Saya kira itu yang dapat dijadikan media untuk mengurangi konformitas negatif di kalangan remaja.

Keterangan

P : Pewawancara

I : Informan