HASIL WAWANCARA TERHADAP PENGARANG

Lampiran 13 HASIL WAWANCARA TERHADAP PENGARANG

Nama Informan

: Dyan Nuranindya

Tempat & Tanggal lahir

: Jakarta, 14 Desember 1985

Status : Mahasiswa S2 Manajemen Komunikasi

Universitas Indonesia

Tanggal Wawancara

: 15 Mei 2012

Wawancara via e-mail

Alamat

: Jakarta

1. P : Kapan pertama kali Anda menulis novel? Pa : Saya menulis novel pertama kali adalah ketika saya SMP. Novel pertama saya yang saya tulis waktu itu adalah Dealova yang pada akhirnya diterbitkan ketika saya SMU tanggal 26 April 2004.

2. P : Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali novel Anda dapat dipublikasikan kemudian mendapatkan best seller (lewat novel Dealova)?

Pa : Pastinya senang ya, karena awalnya saya nggak pernah terpikir untuk jadi penulis. Dari kecil saya terbiasa menjadi penikmat buku dan merasa nggak punya bakat menulis. Tapi mungkin karena dasarnya suka menulis buku harian, terbiasa menceritakan pengalaman pribadi, nah dari situ mencoba menulis cerita novel. Dan kebetulan pada tahun 2004 itu, penerbit sedang mengeluarkan tema baru untuk novel yang ingin mereka terbitkan. Temanya teenlit atau novel-novel remaja. Sebelumnya memang sudah ada novel teenlit yang diterbitkan pada tahun 2004, tapi semuanya adalah novel remaja terjemahan. Nah ketika naskah saya masuk ke penerbit, mereka ingin mencoba menerbitkan novel saya. Mereka ingin mencoba apakah novel buatan lokal bisa menarik pembaca juga. Jadi dealova itu adalah novel teenlit lokal pertama yang terbit di pasaran. Nggak pernah menyangka bisa jadi bestseller. Bahkan awalnya pun penerbit saya nggak pernah tepikirkan.

3. P : Mengapa Anda suka menulis novel? Pa : Penulis itu adalah Tuhan bagi ceritanya sendiri. Kita bebas membuat jalan ceritanya seperti apa, tokohnya bagaimana, dan lain sebagainya. Dan menulis adalah media ekspresi ketika kita sedang emosi, bahagia, dan marah yang nggak bisa diungkapkan karena banyak hal. Saat ini kan sering sekali ucapan itu mulai jarang didengarkan atau menimbulkan sebuah permasalahan. Jadi dengan menulis novel, hal-hal seperti itu bisa lebih diminimalisir. Kita juga bisa menyampaikan pesan ke pembaca tanpa membuat pembaca merasa diceramahi atau digurui karena pesan tersebut dikemas dalam bentuk sebuah cerita fiksi.

4. P : Apa kegiatan Anda sekarang selain menulis novel? Pa : Saya bekerja sebagai marketing di sebuah agency iklan. Dan desainer

freelance . Saat ini juga saya sedang menyelesaikan kuliah S2 saya di Universitas Indonesia.

5. P : Bagaimana Anda mendapatkan imajinasi cerita dalam penulisan Rahasia Bintang? (dari pengalaman pribadi Anda atau sekedar fiktif?)

Pa : Rahasia Bintang sebetulnya cerita fiktif. Tapi memang ketika menulis

novel itu kan saya riset sana-sini untuk mendalami cerita. Banyak kejadian-kejadian di novel Rahasia Bintang itu yang memang terjadi di kehidupan sehari-hari. Seperti misalnya tokoh seorang petugas stasiun kereta yang mengabdikan hidupnya untuk pekerjaan itu. Hal itu betul- betul ada dalam kehidupan nyata yang nggak pernah diperhatikan orang.

6. P : Kapan dan berapa lama Anda menyelesaikan penulisan Rahasia Bintang? Pa : Proses pembuatan Rahasia Bintang memang agak lama ya... sekitar 2

tahun. Yang bikin lama adalah masalah risetnya dan bagaimana mengemas potongan-potongan ide cerita yang saya dapatkan ketika riset menjadi sebuah cerita remaja yang mengalir.

7. P : Apakah terdapat kesulitan dalam penulisan Rahasia Bintang? Pa : Kesulitannya adalah masalah waktu. Karena ketika menulis novel

Rahasia Bintang itu kan saya lagi kelas tiga SMU dimana lagi sibuk- sibuknya mempersiapkan ujian akhir. Selain itu, kesulitannya juga menyamai gaya penulisan saya dengan novel saya sebelumnya. Karena ketika saya menulis Dealova kan saya masih SMP. Dan ketika saya menulis Rahasia Bintang, saya sudah mau kuliah. Jadi pasti ada perbedaan pola pikir, tulisan, dll.

8. P : Bagaimana kesan Anda dapat menyeleseaikan novel Rahasia Bintang

yang juga menjadi best sellet teenlit? Pa : Beban seorang penulis yang ketika menerbitkan novel untuk pertama kalinya, dan menjadi best seller adalah pada saat mereka menulis novel yang kedua, mereka akan merasa terbebani. Berpikir apakah pembaca novel pertamanya akan menyukai novel yang kedua. Saya pun mengalaminya.Tapi ketika novel ini terbit dan ternyata alhamdulillah jadi best seller juga, saya mulai tenang dan santai ketika menulis novel-novel selanjutnya.

9. P : Siapa yang ada dalam benak Anda ketika menggambarkan tokoh-tokoh

Rahasia Bintang, seperti Keisha, Aji dan teman-temannya, Reno, Toby, dan lainnya? (Apakah kebanyakan remaja di Jakarta atau dari orang-orang di sekeliling Anda?)

Pa : Pastinya dari kebanyakan remaja di jakarta sih... tapi pada dasarnya ketika saya menciptakan seorang tokoh di novel adalah lebih dengan pertimbangan bahwa tokoh dengan karakter tertentu dapat menyampaikan sebuah pesan tersendiri di dalam cerita, atau kadang hanya sebagai penghubung agar cerita lebih seru. Jadi pemilihan karakter tokoh pasti selalu ada alasan dan latar belakang tertentu.

10. P : Bagaimana Anda mengetahui informasi adanya konformitas negatif

remaja yang kemudian memasukkan unsur konformitas dalam cerita Rahasia Bintang (tawuran, minum minuman keras, bolos sekolah, clubbing, dsb)?

Pa : Sebetulnya itu yang membuat waktu pengerjaan novel ini agak lama.

Karena banyak riset yang harus saya lakukan karena mengangkat hal-hal tersebut. Bahkan awalnya ada beberapa konflik di Rahasia Bintang yang pada akhirnya terpaksa dihapus karena menurut editor saya terlalu berat untuk sebuah novel teenlit.

11. P : Mengapa Anda memasukkan unsur konformitas tersebut dalam Rahasia Bintang? (apakah ada alasan khusus?)

Pa : Karena saya melihat unsur konformitas pada akhirnya menjadi sebuah

hal yang dianggap biasa oleh masyarakat, terutama di kota besar. Untuk orang tertentu, mungkin memandangnya hanya dari satu sudut pandang bahwa hal tersebut adalah negatif. Padahal suatu hal terjadi pasti karena ada hukum sebab-akibat. Di Rahasia Bintang saya ingin menunjukkan hal tersebut melalui tokoh Aji. Dimana Aji sebetulnya hanya butuh sebuah perhatian dari orang tuanya, pengakuan dari teman- temannya,sehingga ia melakukan hal-hal yang negatif. Padahal dia pun tidak nyaman melakukan hal itu. Jadi melalui cerita ini saya mengajak pembaca untuk melihat suatu peristiwa secara lebih menyeluruh. Bahwa kadang banyak hal negatif yang dilakukan seseorang itu justru dipicu oleh perilaku negatif orang disekelilingnya.

12. P : Bagaimana tanggapan Anda tentang banyaknya konformitas negatif

yang terjadi hingga sekarang yang dilakukan remaja, kususnya anak- anak SMA?

Pa : Terus terang saya tidak membenarkan perilaku tersebut. Namun balik

lagi bahwa pasti perilaku itu terjadi karena berbagai faktor penyebab yang mungkin tidak diperhatikan orang.

13. P : Menurut Anda, mengapa remaja melakukan konformitas dan bagaimana solusinya? Pa : Menurut saya remaja saat ini kehilangan tokoh panutan yang dekat dengan keseharian mereka. Dimana hal-hal negatif tentang public figure indonesia yang seharusnya bisa mereka jadikan panutan malahan lebih 13. P : Menurut Anda, mengapa remaja melakukan konformitas dan bagaimana solusinya? Pa : Menurut saya remaja saat ini kehilangan tokoh panutan yang dekat dengan keseharian mereka. Dimana hal-hal negatif tentang public figure indonesia yang seharusnya bisa mereka jadikan panutan malahan lebih

mengembangkan potensi lewat musik,tulisan,olahraga, dan apapun yang mereka sukai. Kompetisi misalnya. Jadi waktu untuk mereka melakukan hal negatif bisa diminimalisir.

remaja

untuk

14. P : Apa pesan yang Anda sampaikan untuk pembaca, lewat gambaran

konformitas yang terkandung dalam RB? Pa : Saya berharap remaja-remaja indonesia lebih perduli tentang masa depan mereka. Lebih memikirkan efek apa yang akan mereka hadapi di masa depan jika mereka melakukan tindakan negatif. Masih banyak hal-hal positif yang bisa mereka lakukan daripada menghabiskan waktu dan merusak masa depan mereka. Semua itu kan pilihan. Nah tinggal jalan apa yang mereka pilih pada sebuah tujuan yang sama. Misalnya; jadi ketua osis dengan jadi ketua tawuran itu sebetulnya sama-sama berefek pada sebuah pengakuan di lingkungan mereka. Perbedaannya adalah positif dan negatifnya.

Keterangan

P : Pewawancara Pa

: Pengarang

Lampiran 14