HASIL WAWANCARA DENGAN PEMBACA IMPLISIT

Lampiran 12 HASIL WAWANCARA DENGAN PEMBACA IMPLISIT

Nama Informan

: Budiyono, S. Pd.

Alamat : Perum Mutiara Sawit No. 24 B Jeruksawit

Gondangrejo, Karanganyar

Status : Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Surakarta Tempat wawancara

: Halaman SMAN 1 Surakarta

Tanggal Wawancara

: 22 Juni 2012

1. P : Apakah Bapak sebelumnya pernah membaca novel teenlit?

I : Belum. Tapi saya pernah baca novel populer seperti Catatan Si Boy atau Karmila . Teenlit itu perkembangan dari novel populer. Identik dengan bahasa gaul khas remaja sekarang.

2. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit?

I : Novel teenlit adalah bagian dari perkembangan kesusastraan Indonesia. Sebagai bagian dari perkembangan sastra, seharusnya memiliki nilai lebih dibanding jenis novel lain . Novel teenli t bukanlah karya murahan meskipun masih dianggap karya popular. Bahasa yang ringan tidak lantas

membuat novel teenlit dianggap tidak berkualitas. Novel teenlit dapat membantu perkembangan pemahaman sastra di kalangan remaja. Kegemaran membaca sastra di kalangan remaja semakin meningkat. Persoalannya sekarang adalah bagaimana penulis teenlit bisa menjadikan karya-karya mereka sebermutu karya novelis di jenis lain.

3. P

: Bagaimana perbedaan antara novel teenlit dengan novel serius?

I : Kita tidak bisa mengatakan novel teenlit sebagai karya tak serius dan novel serius sebagai karya sastra sebenarnya. Setiap karya teenlit yang digarap serius dengan tetap berpegangan pada kekuatan intrinsik sastra dan tidak mengesampingkan kebakuan bahasa, maka karya tersebut dapat menjadi karya yang bagus menurut pemahaman sastra.

4. P : Manfaat apa yang dapat diperoleh pembaca setelah membaca novel

teenlit?

I : Kalau saya memandang, manfaat yang paling memungkinkan adalah menambah pengetahuan tentang sastra dan kehidupan remaja perkotaan. Karena jika kita coba menelaah lebih jauh, kita cenderung mendapatkan kehidupan yang serba “wah” di dalamnya. Secara langsung, pembaca akan dihadapkan pada cerita-cerita dengan setting mewah.

5. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit Rahasia Bintang 5. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit Rahasia Bintang

I : RB menurut saya cukup menghibur dan mencerminkan kehidupan remaja di perkotaan yang sarat dengan kemewahan. Kehadiran bintang, Reno menyebutnya Dhruva yang bagi saya menjadi benang merah antar kisah didalamnya, menjadikan novel ini memiliki nilai lebih.

6. P : Bagaimana cara pengarang melukiskan watak-watak para tokoh dalam

Rahasia Bintang?

I : Watak yang dilukiskan penulis sedikit membingungkan. Ada nuansa egoisme di dalamnya. Penulis cenderung menjadikan Keysha sebagai sosok yang perfect. Jauh dari ketidaksempurnaan. Sebagai contoh saat Rendy dipukul Aji karena mengajak pergi Keysha, Keysha mengatakan yang intinya “seharusnya Aji tidak egois dan bisa memahami orang lain”, tetapi Keysha sendiri egois karena tidak memahami Aji.

7. P : Bagaimana cara pengarang menceritakan setiap kejadian dan peristiwa

dalam Rahasia Bintang?

I : Cara pengarang menceritakan setiap kejadian dan peristiwa cukup runtut dan logis. Pengarang menghadirkan lompatan beberapa setting tempat dalam waktu yang sama. Hal ini membuat pembaca selaksa menemukan citarasa baru, kerenyahan baru yang membuat novel ini cukup menarik untuk dibaca. Hanya saja tampaknya pengarang kurang mengeksplorasi citraan penglihatan, sehingga imajinasi tentang tempat terjadinya peristiwa masih cenderung kabur. Namun demikian, saya tertarik pada akhir novel ini. Meskipun sudah bisa ditebak ke-happy ending-annya, namun suasana yang dihadirkan cukup mengharukan.

8. P : Selain cerita cinta khas remaja, dalam Rahasia Bintang juga terdapat

muatan konformitas, bagaimana pendapat Bapak?

I : Konformitas kental sekali kita rasakan saat membaca novel ini. Tingkah laku Tokoh Aji dalam menemukan jatidiri dilakukan dengan bergaul dengan kalangan yang high class, hura-hura, mabuk-mabukan, dan ikut tawuran. Demi mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, Aji senang jika dianggap sebagai pecandu narkoba, meskipun dia tidak pernah melakukannya. Hal inilah, telah ikut andil dalam mengenalkan aktivitas yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Tanpa sadar pula konformitas negatif dihadirkan dari tokoh Keysha, Reno, dan Tasya. Selain dari bahasa “loe-gue” dan mudahnya gadis dan pemuda seusia Keysha dan Reno berpelukan tanpa menghiraukan kehadiran orang tua di dekatnya, Tasya yang digambarkan sebagai sosok yang anggun, ramah, dan sempurna luar- dalam ternyata juga mudah mengisyaratkan perasaan cintanya kepada Aji.

9. P : Apakah jaman sekarang masih ada konformitas negatif di kalangan 9. P : Apakah jaman sekarang masih ada konformitas negatif di kalangan

I : Tentu saja. Kehadiran konformitas negatif didasarkan pada dua hal besar. Pertama , perkembangan zaman. Kedua adalah ketidakpahaman. Remaja cenderung ikut-ikutan karena teman-temannya juga melakukan. Mereka mungkin tidak sepenuhnya paham dengan apa yang telah mereka lakukan, hanya saja perasaan “diakui” dalam kelompok hadir saat mereka beraktivitas seperti anggota yang lain. Di sini pencarian jatidiri menjadi kunci utama keberhasilan konformitas (baik positif maupun negatif).

10. P : Bagaimana tanggapan Bapak tentang konformitas negatif yang dilakukan remaja, khususnya anak SMA?

I : Saya kadang heran juga, melihat anak SMA membolos dan nongkrong di warung atau tempat-tempat rahasia hanya untuk merokok atau karena malas? Saya memandang konformitas negatif di kalangan remaja saat ini sudah dalam tingkat serius. Perlu penanganan berbagai pihak untuk menyelamatkan para penerus bangsa tersebut dari kebobrokan. Kehidupan sekolah belumlah cukup memberikan pengawasan dan pengajaran tentang norma yang seharusnya.

11. P : Menurut Bapak, mengapa remaja melakukan konformitas negatif, seperti yang termuat dalam Rahasia Bintang?

I : Usia remaja adalah usia pencarian jatidiri. Nah, dalam pencarian jatidiri ini, remaja senantiasa akan mengasah logika, pemikiran, kemampuan berinteraksi, dan kemampuan bersosialisasi dengan berbagai cara. Semakin zaman bertambah maju semakin pula banyak pilihan jika ingin mengikuti pengaruh negatif. Mengapa saya katakan demikian? Pengaruh negatif cenderung mudah diterima dan dilakukan remaja dibandingkan pengaruh positif.

12. P : Bagaimana caranya agar terhindar dari konformitas negatif?

I : Dari sisi di luar individu remaja, agama dan kontrol sosial sangat berpengaruh sebagai tameng. Orang tua dan lingkungan tidak boleh membiarkan kehidupan anak-anak di lingkungan masing-masing ataupun bertindak acuh tak acuh. Keluarga sebagai kelompok terkecil dalam masyarakat adalah kontrol utama yang wajib menanamkan budi pekerti dan religi pada anak. Sedangkan dalam diri remaja sendiri perlu adanya kesadaran akan kemandirian, perlunya memahami orang lain, teliti memilih teman, cerdas dalam menentukan pilihan, dan senantiasa sadar bahwa yang menjadikan diri hitam atau putih adalah diri sendiri. Hal ini tidak mudah, tapi juga tidak sulit, hanya tinggal kemauan.