HASIL WAWANCARA DENGAN PEMBACA IDEAL 3

Lampiran 11 HASIL WAWANCARA DENGAN PEMBACA IDEAL 3

Nama informan

: Yudhi Herwibowo

Tempat, tanggal lahir

: Palembang, 25 Juli 1976

Status : Penulis Novel dan Pemilik Persewaan Buku El

Toros

Tempat wawancara : Vila Bukit Cemara No. 1 Mojosongo Solo Tanggal Wawancara

: 15 Juli 2012

1. P : Apakah Bapak sebelumnya pernah membaca novel teenlit?

I : Ya..waktu nuda dulu saya termasuk penggemar teenlit.

2. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit?

I : Novel teenlit ada karena perkembangan dari genre novel chiklit. Novel chiklit yang masuk dari Amerika, setelah di pasarkan di Indonesia menjadi booming. Chiklit ditulis oleh penulis wanita dewasa, mapan, dan berpikiran lebih maju dan modern, begitupula sasaran pembacanya juga berkriteria mirip dengan penulis chiklit. Sejak chiklit booming, penerbit buku di Indonesia, seperti Gramedia, Gagas Media, dan Kata Kita mempunyai gagasan untuk menerbitkan novel khas remaja, novel teenlit. Novel teenlit adalah genre novel untuk remaja dan sebagian besar penulisnya remaja pula. Teenlit sangat dekat dengan kehidupan remaja. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan penulis dewasa juga menulis teenlit, misal saja 7200 Detik yang merupakan teenlit yang berkisah pencarian anak di gempa Jogja.

3. P : Bagaimana perbedaan antara novel teenlit dengan novel serius?

I : Tentu berbeda karena pasar yang dibidik juga berbeda. kalau novel serius banyak membidik pembaca dewasa, sedangkan novel teenlit cenderung menggunakan bahasa yang ringan karena terget pembaca adalah remaja. Novel serius banyak menggunakan bahasa-bahasa metafora, beda dengan teenlit yang banyak menggunakan bahasa sehari-hari remaja atau bahasa gaul walaupun ada juga teenlit yang menggunakan metafora namun I : Tentu berbeda karena pasar yang dibidik juga berbeda. kalau novel serius banyak membidik pembaca dewasa, sedangkan novel teenlit cenderung menggunakan bahasa yang ringan karena terget pembaca adalah remaja. Novel serius banyak menggunakan bahasa-bahasa metafora, beda dengan teenlit yang banyak menggunakan bahasa sehari-hari remaja atau bahasa gaul walaupun ada juga teenlit yang menggunakan metafora namun

4. P : Manfaat apa yang dapat diperoleh pembaca setelah membaca novel teenlit?

I : Menurut saya, ada beberapa manfaatnya. Contohnya pembaca jadi tahu kenakalan-kenakalan remaja yang masih dalam batasan masing-masing penerbit, remaja dapat menemukan dunianya setelah membaca novel teenlit, dan dapat mengatahui tema yang diangkat novel teenlit secara global.

5. P : Bagaimana pendapat Bapak mengenai novel teenlit Rahasia Bintang

karya Dyan Nuranindya?

I : Rahasia Bintang adalah novel bergenre teenlit yang cukup bagus dan

menarik. Di dalamnya banyak terdapat cerita yang sangat dekat dengan dunia remaja. Penulis mencoba menyampaikan kehidupan remaja yang sangat Jakartasentris, mungkin karena penulisnya juga berasal dari Jakarta. Penulis sudah mampu mengembangkan ide cerita utamanya tentang persahabatan.

6. P : Bagaimana cara pengarang melukiskan watak-watak para tokoh dalam

Rahasia Bintang?

I : Watak dan penokohan sangat kentara. Hal itu malah membuat pembaca seakan-akan hanyut dalam imajinasinya. Tokoh-tokoh utamanya sebagian besar adalah remaja, dan kehidupan yang mereka alami sangat dengan dengan kehidupan remaja di kota besar secara nyata. Di novel ini ada sisi-sisi nyata dalam kefiksiannya.

7. P : Bagaimana cara pengarang menceritakan setiap kejadian dan peristiwa

dalam Rahasia Bintang?

I : Dari tema utama, penulis dapat mengembangkan ke cabang cerita yang saling membangun menjadi satu cerita utuh. Walaupun ada beberapa peristiwa yang bikin saya penasaran tapi akhir cerita RB sudah bisa ditebak ke happy ending. Penulis juga mahir dalam membelokkan cerita utama ke cabang cerita, masih terdapat benang merah antara satu peristiwa dan peristiwa lain walau ada satu dua kejadian yang kurang masuk akal. Namun hal tersebut masih dapat dimaklumi karena novel juga terdapat sisi fiksinya.

8. P : Selain cerita cinta khas remaja, dalam Rahasia Bintang juga terdapat

muatan konformitas, bagaimana pendapat Bapak?

I : Hal ini bisa menjadi satu poin plus untuk novel ini. Walau konformitas bukan menjadi kejadian cerita utamanya tapi dengan ini penulis dapat menyiratkan kenakalan remaja yang masih sering terjadi. Namun kenakalan-kenakalan itu menurut saya masih dalam batasannya karena biasanya Gramedia sangat selektif pada saat editing buku.

9. P : Apakah jaman sekarang masih ada konformitas negatif di kalangan remaja, khususnya anak SMA?

I : Selalu ada Mas karena sifat remaja yang masih labil mudah terpengaruh teman dan lingkungan. Contohnya ada kisah di novel Bubin Lantang yang salah satu kejadiannya ada seorang siswa yang memukuli gurunya karena tidak terima temannya diolok-olok terus. Hal itu juga masih terjadi sekarang ini, murid yang berani kepada guru, tidak menghormati, menyepelekan guru. Ada kecenderungan remaja suka ngikut. Dalam kebiasaannya merokok, pertama kali remaja tidak bisa menikmatinya, tapi karena bujukan bahkan tuntutan teman-temannya, ia jadi terus merokok akhirnya jadi ketagihan dan merasa butuh.

10. P : Bagaimana tanggapan Bapak tentang konformitas negatif yang dilakukan remaja, khususnya anak SMA?

I : Konformitas bukan menjadi hal yang feomenal menurut saya. Sekarang

terasa wajar jika anak-anak muda sudah merokok, berkelahi, mabuk. Tapi sebagai orang dewasa, kita jangan hanya memberi wejangan saja, jangan hanya melarang saja, mereka juga perlu di arahkan. Sifat remaja suka memberontak, jadi semakin dilarang, mereka semakin melawan. Pertentangan secara frontal bagi saya itu adalah kebodohan yang dilakukan remaja. Selain itu, saya menekankan tentang penggunaan bahasa alay yang sudah menjamur dan mungkin menjadi kebiasaan remaja di kota-kota besar. Jika dibandingkan dengan remaja masa dahulu, remaja sekarang lebih bebas dalam pergaulannya, bebas menentukan teman, bahkan lebih bebas dalam bersikap dengan orang tua ataupun guru. Hal tersebut dapat menjadi dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya, remaja dapat mengembangkan diri lebih luas berdasarkan kepribadiannya dan lebih leluasa mendekatkan diri dengan orang tua atau guru. Namun dampak negatifnya, remaja menjadi mudah terpengaruh pada hal-hal yang melanggar norma dan lebih besar kemungkinan melakukan konformitas negatif karena lingkungan dan pergaulan.

11. P : Menurut Bapak, mengapa remaja melakukan konformitas negatif, seperti yang termuat dalam Rahasia Bintang?

I : Ya itu, karena mereka masih labil, suka ikut-ikutan, mencari jati diri. Kalau dilihat lebih luas lagi, ada juga pengaruh dari perkembangan teknologi informasi, televisi misalnya. Hanya dari menonton TV, remaja bisa jadi meniru apa yang ditanyangkan dari acara TV itu. Misal ada film yang menceritakan dua cewek yang berkelahi, hal itu mungkin sudah dianggap biasa oleh remaja kemudian mereka merasa wajar apabila meniru itu.

12. P : Bagaimana caranya agar terhindar dari konformitas negatif?

I : Peran orang tua lebih dominan karena orang tua lebih punya banyak waktu memperhatikan anak. Orang tua harus dapat mempoisikan diri lebih dekat dengan anak, lebih akrab. Jangan hanya melarang dan

membatasi gerak anak. Konsep pelarangan harus dapat dilakukan sesuai kapasitas umur anak. Pihak-pihak tertentu juga bisa memberi contoh, seperi duta remaja, duta narkoba. Nah duta-duta itu kan bisa dijadikan remaja sebagai patokan seseorang yang dijadikan contoh. Bisa juga kalau ada remaja yang mengidolakan Nikita Willy, artis muda, berbakat, dan berprestasi. Jika mereka mengidolakannya, secara tidak langsung mereka akan meniru Nikita Willy. Panutan-panutan itu bisa dijadikan simbolis remaja yang baik. Selain itu, pihak sekolah atau pemerintah juga dapat berperan dengan memberi pengembangan pada remaja untuk mengembangkan hobi-hobinya. Mereka biasanya punya hobi yang beda- beda dan itu harus diperhatikan untuk menekan tingkat konfprmitas negatif. Lepas dari itu, remaja bisa menghilangkan konformitas negatif seiring dengan perkembangan kepribadiannya menuju taraf kedewasaan. Mereka setelah dewasa jadi lebih bisa memilih sikap yang tepat atau tidak.

Keterangan

P : Pewawancara

I : Informan