Penetapan Status Tersangka Sebagai Alasan Pengajuan Pra Peradilan

Menurut Pedoman Pelaksanaan KUHAP, dalam hal ini maka surat permintaan tersebut setelah diterimadicatat dalam Register Kepaniteraan kemudian dikirim ke Pengadilan Tinggi dengan memperlakukan ketentuan- ketentuan pada acara permohonan banding, baik mengenai tenggang waktu serta tata cara lainnya. 84 Kehadiran lembaga praperadilan sama halnya dengan kehadiran KUHAP disambut dengan penuh kegembiraan oleh segenap bangsa Indonesia pada umumnya dan warga masyarakat pencari keadilan pada khususnya terutama warga masyarakat yang berstatus sebagai tersangka dan atau terdakwa. 85

B. Penetapan Status Tersangka Sebagai Alasan Pengajuan Pra Peradilan

Ditinjau Dari Hukum Acara Pidana Di Indonesia Alasan untuk mengajukan tuntutan praperadilan sebagaimana diatur di dalam pasal 77 yaitu: a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Menyimak bunyi pasal 77 diatas maka yang menjadi alasan untuk mengajukan suatu perkara sebagai perkara praperadilan yaitu: 84 Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Op. Cit., hlm. 130-131. 85 HMA Kuffal, Op. Cit., hlm. 254. 1. Mengenai sah tidaknya penangkapan, penahanan sebagaimana diatur dalam pasal 16 sampai dengan 31 KUHAP. 2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan. Penghentian penyidikan atau penuntutan terdiri dari: a. Penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan “demi kepentingan hukum” yang artinya penghentian itu dilakukan berturut-turut oleh penyidik atau penuntut umum karena masih perlu menemukan bukti lain; b. Penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan “demi hukum yang dapat terjadi karena untuk perkara yang bersangkutan: 1 Karena telah daluarsa 2 Karena tidak ada pengaduan pada delik aduan atau pengaduannya dicabut 3 Karena tersangkaterdakwa meninggal dunia 4 Karena keliru orangnya error in persona 5 Karena ne bis in idem 6 Karena bukan perkara pidana 7 Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum telah dicabut. 3. Tindakan lain Yang dimaksud dengan tindakan lain sebagaimana yang dimaksud dengan penjelasan pasal 95 ayat 1 yaitu kerugian yang ditimbulkan oleh pemasukan rumah, penggeledahan dan penyitaan yang tidak sah menurut hukum. Termasuk penahanan tanpa alasan ialah penahanan yang lebih lama daripada pidana yang dijatuhkan. 4. Ganti kerugian Tentang ganti kerugian perumusannya diatur dalam pasal 1 butir 22 KUHAP yaitu: “Ganti kerugian adalah hak seseorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”. 86 a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; Kembali kepada Pasal 77 KUHAP yang dalam rumusannya menunjukkan bahwa tidak semua tindakan-tindakan alat negara dalam hal ini penegak hukum yang berkenaan dengan hak asasi manusia itu dapatdiajukan praperadilan. Praperadilan sendiri berdasarkan Pasal 1 butir 10 KUHAP, merupakan wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus tentang: b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan; c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. 87 86 Moch. Faisal Salam, Op. Cit., hlm. 323-324. 87 Ratna Nurul Afiah, Op. Cit., hlm. 74-75. Tugas praperadilan di Indonesia memang terbatas. Dalam Pasal 78 yang berhubungan dengan Pasal 77 KUHAP dikatakan bahwa yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri memeriksa dan memutus tentang berikut: a. Sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; b. Ganti kerugian danatau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Praperadilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan dibantu oleh seorang Panitera. Dalam Pasal 79. 80, 81 diperinci tugas praperadilan itu yang meliputi tiga hal pokok, yaitu sebagai berikut: a. Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan yang diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya. b. Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum, pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya. c. Permintaan ganti kerugian danatau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan diajukan oleh tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya. Dalam penjelasan undang-undang, hanya Pasal 80 yang diberi komentar yaitu bahwa pasal ini bermaksud untuk menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran melalui sarana pengawasan secara horizontal. 88

C. Kasus Dan Analisis Kasus Studi Putusan Nomor:

Dokumen yang terkait

Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

9 92 134

Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

2 89 175

Pengajuan Praperadilan Oleh Pihak Tersangka Terhadap Sah Atau Tidaknya Penahanan Yang Dilakukan Penyidik Kejaksaan Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor.01/PID/PRA.PER/2011/PN. STB.)

1 81 145

Sinergi Antara Kepolisian, Kejaksaan Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia

3 82 190

Tinjauan Tentang Pemeriksaan Dan Putusan In Absentia Dalam Peradilan Tindak Pidana Korupsi

0 25 146

Sah Tidaknya Penetapan Status Tersangka Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Yang Diajukan Sebagai Alasan Pra Peradilan Ditinjau Dari Hukum Acara Pidana Di Indonesia (Studi Terhadap Putusan Nomor: 04/Pid.Prap/2015/Pn.Jkt.Sel – Pra Peradilan Budi Guna

2 61 130

Tinjauan Hukum Penyadapan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Sebagai Alat Bukti Ditinjau Dari Udang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 7 1

Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

0 2 13

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

0 0 44

Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

0 0 12