70
tindakan keperawatan. Hal ini, karena mempunyai kaitan erat dengan bebagai segi organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniasari 2001, bahwa beban kerja perawat tinggi 80,2 dapat mempengaruhi motivasi kerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Beban kerja perawat tersebut menyangkut pada jumlah pasien yang harus ditanganinya, jadwal kerja yang tidak
dilakukan rotasi serta tanggung jawab administrasi lainnya yang cenderung harus dilakukan oleh perawat sementara tugas nya justru lebih fokus pada perawatan pasien
di ruang rawat inap.
5.3. Pengaruh Karakteristik Organisasi dengan Motivasi Kerja Perawat
5.3.1 Pengaruh Supervisi dengan Motivasi Kerja Perawat
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji regresi linear berganda menunjukkan variabel supervisi tidak mempunyai pengaruh sterhadap motivasi kerja
perawat dalam menerapkan standar asuhan keperawatan di ruang rawat inap BPK- RSU Sigli. Namun hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan supervisi p=0,000, artinya supervisi yang dilakukan oleh manajemen RS dapat memberikan dorongan bagi perawat untuk bekerja secara maksimal.
Motivasi kerja perawat yang rendah 34,2 terdapat pada perawat dengan supervisi yang kurang baik, sedangkan motivasi kerja perawat yang tinggi 50,0
terdapat pada perawat dengan supervisi yang baik.
71
Menurut Azwar 1996, supervisi adalah adalah upaya yang dilakukan manajemen terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahan melalui pengamatan secara
langsung dan berkala sebagai informasi untuk evaluasi dan perbaikan.. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi linear berganda, bahwa variabel supervisi merupakan
variabel yang mempengaruhi motivasi kerja perawat dalam menerapkan asuhan keparawatan di RSU Sigli.
Tujuan supervisi adalah untuk melakukan orientasi kerja, melatih kerja, memimpin, memberi arahan dan mengembangkan kemampuan personil. Sedangkan
fungsinya untuk mengatur dan mengorganisir proses atau mekanisme pelaksanaan kebijaksanaan diskripsi dan standar kerja. Supervisi dilakukan langsung pada
kegiatan yang sedang berlangsung, pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan saat supervisi. Supervisi dapat juga dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui laporan baik
tertulis maupun lisan, supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Adriani 2003, bahwa bahwa
responden yang tidak pernah mendapatkan supervisi mempunyai motivasi kerja lebih tinggi daripada responden yang pernah mendapatkan supervisi. Supervisi dalam hal
ini merupakan bimbingan atau arahan yang diberikan atasan kepada bawahannya. Penyelesaian masalah-masalah yang terjadi dalam pekerjaan sangat berpengaruh
72
terhadap motivasi kerja karyawan, akan tetapi hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara supervisi dengan motivasi kerja. Dalam teori
tentang manusia Mc Gregor Siagian, 1989 yang mengemukakan teori X dan teori Y. Teori X mengatakan bahwa rata-rata karyawan malas bekerja, lebih suka dibimbing,
diperintah dan diawasi, Sebaliknya teori Y lebih bersifat manusiawi karena tidak ada unsur paksaan atau supervisi yang ketat. Pendekatan manusiawi akan mendorong
manusia menjadi manusia yang disiplin dan produktif serta memiliki motivasi kerja yang tinggi.
5.3.2. Pengaruh Insentif dengan Motivasi Kerja Perawat