memiliki sejarah yang sangat panjang. Seperti yang dikatakan oleh Nevins dalam Nazir 1988 :55 sejarah adalah pengetahuan yang tetap terhadap apa yang telah
terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari
kebenaran. Hal ini sangat penting untuk diketahui untuk mengntisipasi kesalahan- kesalahan yang terjadi di masa lalu agar tidak terjadi di masa kini dan di masa yang
akan datang.
2.3.1 Awal Hubungan Diplomasi Jepang Indonesia
Pada abad kesembilan belas sampai tahun 1920-an, negara Jepang adalah negara yang belum lama mengalami restorasi. Pengalihan kekuasaan dari shogun
pejabat militer tertinggi di Jepang kepada kaisar juga pembukaan diri besar-besaran kepada dunia luar setelah kurang lebih 350 tahun menutup diri memberikan dampak
yang cukup besar. Banyak pemuda-pemudi Jepang yang mencari kehidupan ekonomi yaang lebih baik di Hindia Belanda Indonesia dalam masa penjajahan Belanda.
Didominasi oleh pekerja wanita Jepang yang bekerja sebagai wanita penghibur bagi pekerja perkebunan Anonim, 2008: 34.
Orang Jepang, yang semula merupakan warga kelas dua di Hindia Belanda bersama-sama dengan orang China dan Arab Timur Asing, berubah statusnya pada
akhir abad ke-19 menjadi “The Most Favoured Nation” yang sejajar dengan bangsa Barat. Kemudian pemerintah Hindia Belanda pun mengeluarkan larangan pekerjaan
prostitusi karena merebaknya berbegai penyakit. Hal ini mengubah sikap dan mata pencarian orang Jepang di Hindia Belanda menjadi “lebih terhormat”, sebagian
beralih dari menjadi pembantu rumah tangga atau menjadi nyai pejabat Belanda. Perdagangan Jepang terus berkembang dengan munculnya toko-toko dan
berkembangnya perusahaan besar Jepang yang membuka cabang di Hindia Belanda.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Indonesia yang masih merupakan jajahan Belanda mengalami kesengsaraan. Pada tahun 1830-1870 Indonesia memasuki masa Culture stelsel. Pada
tahun 1870-1900, Indonesia memasuki masa ekonomi liberal Anonim, 2008: 34. Pada tahun 1930-an sampai awal 1940, dilatar belakangi oleh paham ultra
nasionalisme, munculah generasi muda militer Jepang yang menduduki posisi strategis, dengan karakater “anti-Barat” yang sangat kuat. Dunia Internasional pada
masa itu memberikan tekanan yang kuat terhadap Jepang secara ekonomi dan militer. Sedangkan latar belakang di Indonesia pada saat itu, pemerintahan Hindia Belanda
bertindak dengan sangat represif terhadap gerakan radikal pemuda Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi bersifat kooperatif terhadap Pemerintahan Hindia
Belanda Anonim, 2008: 34. Pada masa yang sama, Jepang melakukan gerakan ekspansif yang politis. Jepang
melakukan kegiatan propaganda melalui pers di Hindia Belanda dan memberikan dukungan terhadap pemuda Indonesia dengan beasiswa belajar ke Jepang. Jepang
memberikan perhatian terhadap kelompok dan organisasi Islam. Jepang juga melakukan gerakan spionese mata-mata untuk mengamati keadaan masyarakat
Indonesia dan system pertahanan Hindia Belanda Anonim, 2008: 34. Secara ekonomi, pada tahun 1930-an Jepang juga melancarkan ekspansinya ke
Hindis Belanda dengan berbagai cara. Jepang mendominasi pasar Hindia Belanda dengan menjual produk-produknya yang murah ke pasaran. Jepang menguasai rute
pelayaran dan perdagangan strategis. Beroperasinya perusahaan Jepang yang mengolah hasil hutan dan hasil laut Hindia Belanda. Banyak Bank Jepang yang
mendukung kegiatan perekomian Jepang di Hindia Belanda. Jepang juga melakukan diplomasi ekonomi dengan mengirim dua delegasi ekonominya ke Hindia Belanda
pada tahun 1940 dan 1941 karena kebutuhan mendesak Jepang akan hasil bumi dari
Universitas Sumatera Utara
Hindia Belanda, terutama minyak. Karena banyaknya upaya yang dilakukan Jepang termasuk dukungannya kepada organisasi pemuda menimbulkan “good image” imej
baik terhadap Jepang di Hindia Belanda di mata Indonesia. Karakter baik orang Jepang tersebut dikenal lewat interaksi orang Indonesia dengan pedagang atau tuan
toko Jepang yang tampak ramah dan baik Anonim, 2008: 34. Dilatar belakangi ideologis Jepang, Jepang memiliki cita-cita menjadi
pemimpin bangsa-bangsa di Asia. Secara ekonomis, Jepang berambisi memenangkanperang Asia Timur Raya melawan Barat untuk menjamin tersedianya
bahan mentah untuk kepentingn industry dan operasi militernya. Jepang pada akhirnya berhasil menduduki wilayah-wilayah Asia Pasifik. Kemenangan Jepang atas
wilayah Asia Pasifik dan kedatangannya di Indonesia pada awlanya diterima dengan sangat baik oleh bangsa Indonesia. Hal ini dilatar belakangi oleh imej baik yang
dibawa Jepang saat pemerintahan Hindia Belanda juga adanya ramalan kalau Jepang adalah negara yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan Anonim, 2008:
34. Pada akhirnya, “good image” yang ditunjukkan Jepang pada masa pemerintahan
Belanda hilang dan digantikan dengan kenyataan yang menyakitkan. Jepang datang layaknya negara-negara lain yang datang ke Indonesia yang tergila-gila dengan
kekayaan melimpah negara Indonesia, menjajah Indonesia dengan sangat kejam. Jepang menjajah Indonesia selama tiga setengah tahun tetapi penderitaan yang
ditimbulkan melebihi kesengsaraan 350 tahun dijajah Hindia Belanda. Selama masa penjajahan itu, secara politik Jepang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah
administrasi yang beerdiri sendiri, dengan penguasa militr sebagai pemegang kekuasaab tertinggi. Jepang melakukan penataan kembali pemerintahan dalam negeri
dari tingkat keresidenan Shu hingga rukun tetangga Tonarigumi. Didalam
Universitas Sumatera Utara
kemiliteran, Jepang merekrut dan melatih pemuda-pemuda Indonesia secara militer, dengan membentuk satuan-satuan semi militer maupun militer yang beranggotakan
para pemuda maupun pemudi Indonesia. Anonim, 2008: 34 Di bidang ekonomi, Jepang menerapkan ekonomi perang “War Economic
Policy” di Indonesia dengan tujuan untuk mengerahkan semua sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berada di Indonesia untuk kepentingan memenanggkan
perang dan bukan untuk kepentingan Indonesia. Di segi social, Jepang mengrahkan sumber daya manusia u ntuk tenaga romusha tenaga kerja paksa dan jugun ianfu
pekerja tuna susila. Jepang juga menggunakan masyarakat, baik dari kalangan elite maupun tingkat bawah untuk dijadikan tenaga propagandis Jepang melalui organisasi-
organisasi bentukan mereka. Di segi budaya, Jepang melarang kebudayaan Barat dan berupaya mengembangkan kebudayaan tadisional Indonesia untuk tujuan propaganda
Anonim, 2008: 34. Pada tahun 1945, Jepang menyatakan kalah dalam perang yang kita kenal
sebagai Perang Dunia II. Pernyataan kalah ini tidak lama setelah penjatuhan bom nuklir diatas kota Hiroshima danNagasaki. Pernyataan kalah perang ini menandai
akhir penjajahan Jepang di Indonesia. Indonesia yang mendengar pernyataan ini lewat radio segera memprokalmirkan kemerdekaan.
Pada pertengahan tahun 1945 sampai dengan 1950-an, keadaan Jepang sangat parah setelah kekalahannya dalam perang tersebut. Mereka melakukan upaya
pembangunan dan pemulihan di dalam negri setelah kekalahan yang meluluh lantakkan negara dan ekonomi mereka. Sedangkan Indonesia saat itu sedang
disibukkan oleh perang melawan kedatangan tentara Belanda dan pergolakan- pergolakan daerah, serta pertentangan antar elite nasional. Dikarenakan kekejaman
Jepang selama penjajahannya, memberikan imej buruk terhadap Jepang di mata
Universitas Sumatera Utara
indonesia. Walaupun demikian, memang ada kesadaran, bahwa penjajahan Jepang itu memberikan dampak positif terhadap kehidupan bangsa Indonesia, terutama secara
militer dan mental dalam menghadapi kedatangan tentara sekutu dan Belanda saat revolusi 1945-1949.
Pada awal 1950-an, kedua negara mulai membahas masalah pampasan perang sebagai bentuk penggantian kerugian yang diakibatkan oleh Jepang di Indonesia pada
masa perang. Indonesia membuka kantor perwakilan Indonesia di Tokyo dilanjutkan dengan Konsulat Jendral sebagai langkah awal mempermudah perundingan mengenai
pampasan perang Anonim, 2008: 34 Sejak bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1956, Jepang
telah memainkan peranan penting sebagai anggota masyarakat Internasional. Jepang juga menjadi anggota G8. Hubungan dengan negara-negara Asia lain merupakan
prioritas khusus bagi Jepang. Jepang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang ditunjukkan untuk mencapai perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas di dunia. Jepang
memberikan konstribusi bagi penyelesaian isu-isu global, misalnya memerangi terorisme, membantu menjamin pertumbuhan ekonomi dunia, dan melindungi
lingkungan. Pada bulan April 1958, diadakan penandatangan pembukaan hubungan
diplomatik antara Jepang dengan Indonesia. Sejak 1958, kedua Negara banyak melakukan penandatangan persetujuan dan pertukaran nota, yang mengatur tentang
kerja sama ekonomi. Kedua negara menyepakati pampasan perang sebesar lebih kurang 400 juta dollar AS. 223,08 juta dollar AS, dalam bentuk barang, modal dan
jasa, sisanya dalam bentuk pinjaman lunak. Beberapa kategori program yang disepakati dalam perjanjian pampasan perang antara lain; transportasi dan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi, pengembangan tenaga, pengembangan industri, pengembangan pertanian dan perikanan, pertambangan dan jasa atau pelayanan Anonim, 2008: 34.
2.3.2 Permasalahan dalam Hubungan Diplomasi Jepang Indonesia