Diplomasi Bahasa Realita Hubungan Diplomasi

Indonesia juga tidak ketinggalan menggunakan diplomasi kebudayaan. Indonesia adalah negar yang diberi keberagaman oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keberagaman inilah yang dijadikan aset dalam diplomasi kebudayaan yang dilakukan Indonesia. Beberapa kali, Dubes Indonesia di Jepang bekerjasama dengan Dinas Parawisata memperkenalkan beragam kesenian yang ada di Indonesia kepada masyarakat Jepang di Jepang. Pada tahun 2000-an Indonesia pernah membawa senimanwati asal Cirebon yang sangat mumpuni dan terkenal dalam menarikan tari topeng Cirebon yang hampir punah. Respon masyarakat Jepang sangat positif. Memanng mereka sudah tidak asing dengan tari yang mengunakan topeng karena merak punya Drama Noh. Hal ini menimbulkan perasaan memiliki kesamaan yang sangat penting dalam menjalin sebuah persahabatan sebagaimana diungkapkan Nakane Chie. Nakane Chie pada bab sebelumnya mengungkapkan arti penting persahabatan bagi orang Jepang. Mereka berusaha mencari persamaan bahkan membentuk persaan ituagar persahabatan terjadi. Upaya diplomasi kebudayaan memungklinkan terbentuknya perasamaan itu yang otomatis menimbulkan persahabatan. Karean itu pantaslah jika perayaan hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia dikatakan sebagai hubungan persahabatan.

3.1.2 Diplomasi Bahasa

Bahasa digunakan sebagai alat umntuk menyamapaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keingina kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain, tetapi hanya untuk diisi sendiri, sepertri saat bicara sendiri baik secara lisan ataupun dalam hati. Yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa Sutedi, 2003: 2. Universitas Sumatera Utara Bahasa sebagimana fungsinya sebagai alat komunikasi juga punya peranan yang sangat penting dalam diplomasi masa kini. Saat ini adalah masa berkurangnya jarak dan semakin membesarnya kesaling tergantungan antara bangsa-bangsa. Peranan penerjemah bahasa juga memiliki peranan yang penting dalam setiap perundingan diplomasi. Orang-orang yang diminta untuk menerjemahkan satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya menghadapi berbagai persoalan Masao, 1981:16. Pada suubab sebelumnya yang menceritakan realita hubungan diplomasi di bidang kebudayaan kita dapat melihat peranan kebudayaan yang sangat besar dalam diplomasdi. Salah satu cara untuk mempelajari kebudayaan adalh dengan cara mempelajari bahasanya . bahasa sering mencerminkan kebudayan dimana bahsa itu berasal. Keduanya adalah sebuah kesatuan pentiang yang tidak dapat dipisahkan seperti koin bermata dua. Kunihiro Masao 1981:16 mengungkapakan penglamannya sebagai penerjemah dalam perundingan antara Jepang dengan Amerika. Semua pengalamannya ini memeperkaya uraiannya mengenai usaha bangsa Jepang maupun bangsa-bangsa lainnya untuk berkomunikasi satu sama lain. Hasilnya adalah suatu rangkaian perbedaan yang sangat rumit di bidang-bidang linguistik dan hal itu dipersulit lagi oleh sekian banyak konflik yang lebih mendalam di bidang pola-pola serta sistem logika. Bahasa mengambil peranan pentiang dalam diplomasi. Selain itu, bahasa menempati kedudukan yang unik diantara sekian banyak unsur dalam suatu kebudayaan tertentu. Antroplogi kebudayaan biasanya membedakan kelima unsur kebudayaaan sebagai berikut: “kebudayaan realitas”, yang mencakup teknologi, ekonomi, dan seterusnya; “kebudayaan nilai”, yang mencakup hukum dan nilai-nilai Universitas Sumatera Utara dan agama; masyarakat sebagai suatu kerangka; dan kemudian dua unsur yang berinteraksi tapi terlepas dari unsur-unsur lainnya – bahasa dan watak nasioanla. Keduanya dipandang sebagai sesuatu yang istimewa tangguhnya dan paling sulit berubah Masao, 1981:19. Bahasa dan komunikasi mengandung sesuatu yang tdak dilakukannya reduksi kepada suatu model atau simulasi; suatu sifat yang bersumber dari ketidakmampuan kita untuk menjelaskan dan menghintung tiap pemakaian. Dalam ukuran-ukuran perencanaan sistem, apakah hakikat suatu objek diketahui atau tidak, kita bisa memastikan hukum-hukum gerakannya. Dengan kata lain, selam kita mengetahui output dalam kaitannya dengan input, kita bisa menangkap bagaimana sistem itu bekerja. Tetapi manakala perasaan manusia turut berperan, seperti halnya dalam bahasa dan komunikasi, para ahli sekalipun sulit menguraikan hubungan input dan outputnya Masao, 1981:20 Bahasa Jepang khususnya tampakanya diapandang lebih kompleks dan kabur dengan sekian bahasa alamiah natural languages lainnya, dan jika demikian halnya, maka perundingan atau komunikasi antar-kebudayaan yang meliputi bahasa Jepang akan lebih banyak menimbulkan persoalan. Salah satu ciri dari bangsa Jepang terhadap bahasa, ialah penekanan yang boleh dikata tidak begitu keras pada ungkapan linguistik yang mempunyai makna yang jelas. Bagi orang Jepang bahasa adalah suatu alat komunikasi, sementara bagi bangsa-bangsa dari sekian banyak kebudayaan lainnya memang bahsa itulah alatnya. Orang Jepang cendrung bersikap diam, dan punya pandangan bahwa tidak banyak bicara banyak bersandar kepada sarana nonlinguistik buat menyampaikanm yang selebihnya adalah suatu kebajikan. Ungkapan verbal acap kali fragmentaris sifatnyadan tidak sistematis, dengan poila- pola komunikasi yang sifatnya emosional dan komunal Masao, 1981:22. Universitas Sumatera Utara Bahkan orang jepang yang cukup menguasai bahasa asing sekalipun menunjukkan kecendrungan ini di dalam bahasa asing tersebut. Mereka beranggapan bahwa orang lain akan memahaminya meskipun tidak mengucapkannya dan bahwa menjelasakan maksud bisa membosankan oirang. Suatu percakapan singkat seperti “kore do?”-“suki” “bagaimana pendapatmu tentang ini?-“saya suka”. cukup wajar di Jepang, tetapidalam bahasa Inggrisnya sering terasa tidak lengkap jika tidak diberi pendapat mengapa menyukainya. orang Jepang cendrung mengatakan diri secara ad naeseum sampai orang merasa bosan Masao, 1981:22. Robert Hutchins, bekas rektor Universitas Chicago, dalam Masao 1981:22 pernah berkata: Arah yang hendak dituju oleh masyarakat Barat ialah peradaban dialog. Semangat peradaban Barat adalah semangat mempertanyakan. Unsur dominannya adalah Logos. Segala sesuatu harus dibicarakan. Tiap orang harus menyatakan pikirannya. Tidak ada proposisi yang boleh dibiarkan tidak diamati. Tukar-menukar pendapat dipandang sebagai jalan menuju realisasi dari seluruh propesionalitas ras. Hal ini sangat berbeda dengan bangsa Jepang . semacam rasa estetis tertentu oarang Jepan gmenghormati perasaan orang lain, dan itulah sebanya mereka lebih senang menebak-nebak daripada menanyainya: pertentangan terbuka antara pandangan yang berbeda-beda seringkali dipandang ofensif, tidak cocok dengan rasa keindahan Jepang. Orang mencoba sedapat mungkin untuk mempertahankan keserasian hubungan pribadi malalui cara-cara nondialektis. Akibatnya ialah perdebatan dialektis serta lat-lat linguistis yang diperlukan dalam berdebat tidaklah dihargai, dan sedikit sekali diberi kesempatan untuk berkembang. Bentuk-bentuk kumunikasi diam seperti haragei seni konunikasi halus dan me wa kuchi hodo ni Universitas Sumatera Utara mono o ii mata berbicara sama jelasnya dengan mulut senantiasa digunakan, dan itu semua mendukung rasa estetis Jepang. Masao, 1981:24. Komunikasi antara beebagai kebudayaan diatas segala-galanya adalah komunikasi antar berbagai sistem logika yang berbeda-beda. Sebagaimana dinyatakan oleh E.S. Glennn, interpreter Amerika yang terkenal untuk beberapa presiden jika kita hanya menangani kegiatan juru bahasa interprenter pada tingkat linguistik, dan mengira bahwa jika interprenter dan penterjemah yang tepat untuk dimanfaatkan segala sesuatunya akan masukl pada tempatnya, niscaya usaha pembangunan jembatan akan mengalami kegegean. Hambatan yang paling besar berada pada tingkat yang berbeda, yakni tingkat logika dan pemikiran. Bagaimana pun keadaannya di masa lampau tyang indah, taktal politik luar negri pasif, keadaan tridaklah semudah itu sekarang disaat Jepang berada ditengah-tengah pergolakan internasional Masao, 1981:35. Pemerintahan Jepang yang menyadari perlunya keterlibatan internasioanal ini menciptakan Yayasan Jepang Japan Foundation bulan Oktober 1972. Pada akhir 1973 dananya sudah berjumlah 15milyar Yen, yang kebanyakan disumbangkan oleh pemerintah. Yayasan ini menjadi pusat pertukaran petugas, untuk mendorong pengajaran bahasa Jepang di berbagai negara, untuk mnegtengahkan aspek artistik dan aspek-aspek lain dalam kebudayaan Jepang, serta untuk penterjemahan, penerbitan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan itu Tadao, 1981:94. Yayasan ini mewariskan para pelopor pertukaran internasional yang usaha- usahanya yang amat baik bertahun-tahun yang lalu memperlihatkan perlunya kegiatan-kegiatan demikian bagi kelompok pemerintah atau swasta. Dengan adanya yayasan yang memabantu penyerapan bahasa Jepang diberbagi negara, kesalah pahaman karena perbedaan budaya yang suka bicara dan Jepang yang tidak suka Universitas Sumatera Utara bicara diharapkan berkurang. Ini adalah salah satu bentuk diplomasi Jepang dalam bidang bahasa. Jepang juga mengadakan lomba pidato bahasa Jepang di berbagai negara disamping mengirimkan tenag-tenaga khusus untuk mengajarkan bahasa Jepang. Lomba pidato ini mendapatkan respon yang baik, setiap tahunnya, USU bekerjasama dengan Kantor konsul Jepang melakukan kedaan serupa. Selain itu, Jepang juga memberikan beasiswa berupa pelatihan kepada guru-guru Indonesia yan gmengajar bahasa Jepang. Mereka diberi pelatihan langsung di Jepang dan saemua biayannya ditanggun pemerintah Jepang. Jepang juga mengadakan ujian bahasa Jepang seperti TOEFL yang versi Jepangnya noryokosiken untuk mengetes seberapa jauh pemahaman bahasa Jepang peserta ujian tersebut. Sertifikat yang didapat bila lulus nantinya dapat diguankan untruk mendaptar beasiswa ke Jepang. Diplomasi bahasa yang dilakukan menunjukkan upaya Jepang untuk dan Indonesia dalam membentuk saling pengertian. Saling pengertian yang ditimbulkan oleh kesamaan dalam mengartikan. Dapat dikatakan diplomasi bahasa ini menunjukkan kultur Awase dan kultur masyarakat vertikal-horizontal.

3.1.3 Diplomasi Ekonomi Nicholson dalam S.L Roy 1994: 199 mengunkapakan salah satu tipe