Permasalahan dalam Hubungan Diplomasi Jepang Indonesia

komunikasi, pengembangan tenaga, pengembangan industri, pengembangan pertanian dan perikanan, pertambangan dan jasa atau pelayanan Anonim, 2008: 34.

2.3.2 Permasalahan dalam Hubungan Diplomasi Jepang Indonesia

Hubungan Diplomasi Jepang dengan Indonesia memang sudah berlangsung lama. Tetapi tetap saja tidak terlepas dari permasalahan. Permasalahan yang terjadi sangat banyak tetapi tidak sampai membawa keduanya dalam hubungan paling buruk berupa pemutusan hubungan diplomatik kedua Negara. Buktinya, kedua negara masih tetap menjalin hubungan diplomatik hingga saat ini. Permasalahan yang paling awal dalam hubungan kedua negara adalah imej buruk yang ditinggalkan Jepang di masa penjajahannya. Catatan masa lalu itu dengan segala eksesnya, termasuk yang masih sering digugat sampai saat ini. Seperti yang dikatakan sebelumnya, penjajahan Jepang di Indonesia sangatlah menyengsarakan rakyat Indonesia. Mulai dari kekejaman yang dialami para pekerja paksa yang dikenal dengan nama romusha sampai dengan pelecahan seksual yang dialami perempuan Indonesia yang dihimpun dalam jugun ianfu. Permasalahan ini tidak akan pernah dapat dilupakan bahkan dihapus oleh sejarah hubungan diplomatik kedua negara. Hal tersebut akan selalu diingat oleh rakyat Indonesia Sukarjapura, 2008: 33. Permasalahan yang lain adalah tragedi 15 Januari tahun 1974 yang dikenal dengan Pristiwa Malari. Tragedi Malari adalah salah satu lembaran hitam hubungan Indonesia denag Jepang, yang juga terkait denga sejarah masa lalu kedua Negara. Ekspansi ekonomi Jepang yang luar biasa di Indonesia diasosiasikan kembali dengan penjajahan Jepang terhadap Republik Indonesia, tetapi dalam bentuk lain, yaitu penjajahan ekonomi Sukarjapura, 2008: 33. Universitas Sumatera Utara Peristiwa Malari Malapetaka Lima Belas Januari adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri PM Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta 14-17 Januari 1974. Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara. Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia IGGI, Jan P. Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan Anonim, 2008:1. Kasus 15 Januari 1974 yang lebih dikenal “Peristiwa Malari”, tercatat sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka-luka, 775 orang ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor dirusakdibakar, 144 bangunan rusak. Sebanyak 160 kg emas hilang dari sejumlah toko perhiasan Adam, 2008: 1. Pristiwa Malari tidak terlepas dari potret hubungan kedua negara yang tetap saja asimetris. Jepang dengan dana bantuan pembangunannya ODA sangat berperan besar dalam proses pembangunan di Indonesia. Sebaliknya, kekayaan alam Indonesia dalam bentuk gas, minyak, dan lainnya sebagian besar dijual ke Jepang Sukarjapura, 2008: 33. Di sisi lain, ODA Jepang itu pun sebagian besar diberikan dalambentuk pinjaman berkisar antara 65-68 persen sehingga Republik Indonesia praktis terus menumpuk utang kepada Jepang untuk membiyai pembangunannya, terutama pada era pemerintahan Soeharto. Dalam kondisi demikian, “perlawanan” dilakukan sejumlah warga Indonesia dengan membuat dan menampilkan film yang Universitas Sumatera Utara menggambarkan kekejaman Jepang saat menjajah Republik Indonesia. Hasilnya hubungan Republik Indonesia dengan Jepang praktis terganggu karena banyak politisi Jepang yang gerah dan menganggap ada “aksi perasaan anti Jepang” di Indonesia pada akhir 1983 hiungga awal 1984. Akan tetapi, hubungan ekonomi kedua Negara yang sangat kuat tidak lantas membuat hubungan kedua Negara terganggu Sukarjapura, 2008: 33 . Universitas Sumatera Utara BAB III HUBUNGAN DIPLOMASI JEPANG INDONESIA SETELAH PERANG DUNIA KE II Di dalam zaman modern diplomasi telah dikategorikan menurut metode yang dipakai dalam hubungan-hubungan diplomatik. Kategori-kategori ini diberi nama yang berbeda-beda dan dikelaskan dalam berbagai tipe. Menurut S.L Roy 1991: 119 ada beberapa tipe yaitu diplomasi komersial, diplomasi demokratis, diplomasi totaliter, diplomasi melalui konferensi, diplomasi diam-diam, diplomasi preventif dan diplomasi sumberdaya. Diplomasi komersial dan diplomasi sumberdaya adlah sangat penting setelah perang dunia kedua berakhir pada tahun 1945. terutama untuk melakukan hubungan diplomasi denga negar-negara dunia ketiga yang pada umumnya sangat membutuhkan dana untuk membangun kesejahtraan negaranya . selain itu, S.L Roy 1991:12 juga mengungkapkan peranan penting budaya dalam dalam diplomasi. Menurut Djelantik 2008: 161-227 juga ada beberapa jenis diplomasi yaitu diplomasi biulateral, diplomasi multilateral, diplomasi preventif, diplomasi publik, juga diplomasi ekonomi dan perdagangna. Diplomasi publik bertujuan menumbuhkan opini masyarakt yang positrif di negara lain melalui interaksi dengna kelompok- kelompok kepentingan. Diplomasi publik termasuk mengoptimalkan komunikasi internasional, yaitu menggumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi demi kepentingan negara Djelantik, 2008:191-192. Informasi ini juga dapat menegenai kebudayaan suatu negara untuk menimbulkan kesan positif di negara- negara lain. Oleh karena itu, bab III ini akan menjelaskan hubungan-hubungan diplomasdi yang dilakukan antara Indonesia dengan Jepang beserta permaslah maupun pemecahan yang terjadi antara keduanya. Universitas Sumatera Utara

3.1 Realita Hubungan Diplomasi