Diplomasi Budaya Realita Hubungan Diplomasi

3.1 Realita Hubungan Diplomasi

Jenis diplomasi yang diungkapkan oleh S.L Roy dan Djelantik tersebut ada yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia. Dalam realita diplomasi keduanya, yang dilakukan adalah diplomasi di bidang kebudayaan, bahasa, ekonomi dan kota kembar sister city. Untuk memperjelas, realita ini dijelaskan dalam subbab-subbab selanjutnya.

3.1.2 Diplomasi Budaya

Di dunia modern delegasi kebudayaan sering dibina untuk membina huungan baik dengan negara-negara lain. Mereka bertindak sebagai duta semangat kebaikan. Oleh karena itu pertukaran kebudayaan memungkinkan rakyat masing-masing untuk mengetahui pandangan satu sama lain dengan cara yang baik Roy, 1991: 12. Tujuan diplomatik dengan mengirimkan diplomasi kebudayaan adalah untuk memamerkan kebagungan kebudayaan suatu negara dan apabila mungkin untuk mempengaruhi pendapat umum negara yang didatangi. Apabila suatu negara dapat mengesankan suatu negara dengan warisan kebudayaannya dan mengeskpornya ke bagian dunia lain, hal itu bisa mempermudah pembangunan basis yang kuat untuk memperoleh dukungan dalam masalah-masalah lain. Eksebisi kebudayaan sering berguna daripada pameran kekutan militer. Inilah mengapa J.W Fulbright dalam Roy 1991:12 berkomentar: “bentuk dunia, satu generasi sesudah ini akan lebih dipengaruhi oleh seberapa baik kita mengkomunikasikan nilai-nilai masyarakat kita kepada negara lain. Masalah besar tentang bagaimana aspirasi ummat manusia bias dipenuhi sebaik-baiknya dan diputuskan….., di fikiran manusia, tidak di medan tempura atau di meja konperensi”. Universitas Sumatera Utara Napoleon mengetahui nilai penaklukan kebudayaan. Dalam sebuah refleksinya di St, Helena berkata, “ Aku terpaksa menaklukkan Eropa dengan pedang; orang yang berikutnya akan menaklukkan dengan jiwa. Karena jiwa selalu lebih kuat daripada pedang”. Bagi Napoleon dan pemimpin-pemimpin Perancis sesudah dia, hal ini bukanlah nostalgia atau sentiment, tetapi kenyataan. “Ekspansi intelektual dan moral” seperti yang disebut negara Perancis ditunjukkan kepada anggota elit masyarakat dan menjadi instrumen utama dalam memebangun dan mengasimilasikan imperium kolonial kedua di akhir abad sembilan belas. Kapan saja memungkinkan, penetrasi kebudayaan akan menjadi suatu kekuatan. “ aspirasi politik dan invasi militer apa yang berhasil, dengan pengorbanan yang sedikit, untuk menghasilkan hasil-hasil yang demikian penting dan bertahan lama?” Tanya seorang deputi Perancis kepada temannya di tahun 1900. Memang imperialism kebudayaan merupakan suatu usaha untuk menaklukkan jiwa menusia serta sebagai sebuah instrument untuk mengubah hubungan power kekuasaan antara kedua negara. Hubungan kebudayaan bisa banyak membawa dua bangsa menjadi lebih dekat. Hal ini sekarang sudah diakui. Ini sebabnya mengapa negara-negara sekarang sibuk untuk memapankan hubungan kebudayaan. Mereka menyelenggarakan program-program pertukaran kebudayaan dan membangun pusat-pusat kebudayaaan permanen di negara lain. Pusat-pusat kebudayaan ini sekarang telah menjadi alat diplomasi yang efektif. Jepang sebagai negara yang besar di Asia melakukan hal yang sama. Jepang bersama Indonesia kerap melakukan even-even kegiatan-kegiatan yang melibatkan kebudayaan dan usaha-usaha pertukaran kebudayaan ini terus berkembang. Banyak acara kebudayan yang dilakukan oleh Jepang dan Indonesia. Salah satu acara yang dilakukan Jepang di Indonesia khususunya Sumatera Utara adalah acara pesta Universitas Sumatera Utara kebudayaan Jepang atau lebih dikenal dengan istilah Jepangnya yaitu bunkasai 文化祭 yang diadakan di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 14 samapi 16 Februari 2008 Aneka Jepang, 2008: 12. Acara tersebut diselenggarakan atas kerjasama Konsulat Jendral Jepang, dan mahasiwa-mahasiswi Sastra dan Diploma Bahasa Jepang juga tidak lepas dari bantuan dosen-dosen berikut Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Acara ini diselenggarakan untuk memperingati sekaligus merayakan hubungna diplomatik Jepang dan Indonesia yang kelima puluh tahun. Didalam acara itu terdapat pameran mainan tradisional Jepang, seminara manga komik Jepang, pemutaran film Jepang, kelas origami, membuat kue mochi dan sebagainya Aneka Jepang, 2008:12. Kesemuanya ini adalah upaya Jepang untuk mempewrkenalkan kebudayan Jepang kepada masyarakat umum. Memang acara ini diperuntukkan bagi masyarakat umum tanpa pungutan biaya. Acara ini tergolong even yang besar adi Sumatera Utara yang menyedot perhatian banyak orang. Acara yang berlangsung selama 3 hari ini dikunjungi kurang lebih sembilan ribu orang dan diliput oleh beberapa stasiun televisi dan radio. Banyak pengunjung yang memberi respon positif kepada acara besar ini. Penulis yang berkesempatan menjadi anggota panitia pameran mainan Jepang melihat antusiasnisme ini secara langsung. Banyak yang begitu tertarik kepada maian Jepang dan sejarah Jepang bahkan banyak yang ingin membeli barang sejenis. Mereka melihat adanya persamaan antara jenis-jenis mainan yang ada dan dimainkan di Indonesia dengan mainan-mainan yang ada di mainkan di Jepang. Mereka juga menyanyangkan acara ini hanya berlangsung tiga hari saja. Menanggapi respon positif ini, acara ini diselenggarakan kembali pada tahun 2009 dan diharapkan dapat menjadi agenda tahunan di Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Acara-acara setara bunkasai ini jugsa dilaksanakan di beberapa daerah pada tahun yang sama seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makkasar. Acara-acara di kota tersebut tidak kalah menarik dengan yang dilaksanakan di Medan. Semua acara tersebut diselenggarakan untuk memperkenalkan kebudayaan Jepang dan mendapat respon yang baik dari masyarakat Indonesia terhadap Jepang adan kebudayaannya Aneka Jepang, 208: 12-13. Selain acara besar sekaligus untuk memperingati hubungan diplmatik kedua negara, konsulat-konsulat Jepang untuk Indonesia melakukan upaya-upaya memperkenalkan kebudayan Jepang di kantor-kantor konsulat di kota diman mereak ditempatkan. Konsulat Jendral Jepang yang berada di Medan misalnya, sering melakukan kegiatan yang bersifat kebudayaan. Mereka sering mengadakan pameran seperti pameran bonea kokeshi dan pameran boneka hina matsuri. Mereka juga merngadakan pemutaran film Jepang, film yang menggambarkan situasi Jepang dan film yang menceritakan kebudayaan Jepang. Beberapa acara tersebut pernah dikunjungi oleh penulis. Jika kita melihat upaya-upaya Jepang dalam diplomasi di bidang kebudayaan, kita akan melihat adanya unsur awase. Unsur awase ini tercermin dari cara Jepang yang tidak memaksa kebudayaannya untuk diikuti oleh Indonesia demikian juga sebaliknya, mereka mau menerima dan menghargai kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Hal ini menimbulkan respon yang baik dari masyarakat. Banyak kalangan pemuda yang sangat antusias dengan kebudayaan Jepang dengan cara berpakaian ala Jepang modern seperti harajuku style atau dengan mendengarkan musik Jepang bahkan menggemari komik-komik Jepang. Jepang juga menyediakan beasiswa untuk insan kesenian untuk mempelajari kesenian Jepang seperti yang didapatkan oleh penari papan atas Indonesia, Didi Nini Thowok. Universitas Sumatera Utara Indonesia juga tidak ketinggalan menggunakan diplomasi kebudayaan. Indonesia adalah negar yang diberi keberagaman oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keberagaman inilah yang dijadikan aset dalam diplomasi kebudayaan yang dilakukan Indonesia. Beberapa kali, Dubes Indonesia di Jepang bekerjasama dengan Dinas Parawisata memperkenalkan beragam kesenian yang ada di Indonesia kepada masyarakat Jepang di Jepang. Pada tahun 2000-an Indonesia pernah membawa senimanwati asal Cirebon yang sangat mumpuni dan terkenal dalam menarikan tari topeng Cirebon yang hampir punah. Respon masyarakat Jepang sangat positif. Memanng mereka sudah tidak asing dengan tari yang mengunakan topeng karena merak punya Drama Noh. Hal ini menimbulkan perasaan memiliki kesamaan yang sangat penting dalam menjalin sebuah persahabatan sebagaimana diungkapkan Nakane Chie. Nakane Chie pada bab sebelumnya mengungkapkan arti penting persahabatan bagi orang Jepang. Mereka berusaha mencari persamaan bahkan membentuk persaan ituagar persahabatan terjadi. Upaya diplomasi kebudayaan memungklinkan terbentuknya perasamaan itu yang otomatis menimbulkan persahabatan. Karean itu pantaslah jika perayaan hubungan diplomatik Jepang dan Indonesia dikatakan sebagai hubungan persahabatan.

3.1.2 Diplomasi Bahasa