3.2. Bahan Penyusun Beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen Portland, agregat halus, agregat kasar dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan
admixture yang sangat bervariasi untuk mendapatkan sifat – sifat beton yang diinginkan.
Perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan penyusun beton yang lebih ekonomis dan efektif.
3.2.1. Semen
Semen adalah suatu bahan pengikat hidrolis hydraulic binder yang jika
dicampur dengan air akan membentuk suatu pasta semen yang mengikat agregat, dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat
CaSiO
2
dan satu atau dua buah bentuk kalsium sulfat CaSO
4
sebagai bahan tambahan.
3.2.1.1 Sifat – sifat Semen
Semen Portland termasuk semen yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker yang terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas
tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Sifat – sifat fisik semen yaitu :
1. Kehalusan butir Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen.
Rahmi Karolina : Analisa Dan Kajian Eksperimental Hubungan Momen - Kurvator Pada Balok Beton Bertulang, 2008 USU e-Repository © 2008
Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat mengurangi
bleeding kelebihan air yang bersama dengan semen bergerak ke permukaan adukan beton segar, akan tetapi menambah
kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.
2. Waktu ikatan Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tahap
dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan . Waktu tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen
dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikatan awal, dan waktu sampai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu
ikatan akhir. Pada semen Portland biasa batas waktu ikatan semen adalah: a. Waktu ikat awal 60 menit
b. Waktu ikat akhir 480 menit Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu
waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan. 3. Panas hidrasi
Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media
perekat ini disebut hidrasi. Panas hidrasi didefinisikan sebagai kuantitas panas dalam kalori gram pada
semen yang terhidrasi.
Rahmi Karolina : Analisa Dan Kajian Eksperimental Hubungan Momen - Kurvator Pada Balok Beton Bertulang, 2008 USU e-Repository © 2008
4. Pengembangan volume lechathelier
Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton, karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar
± 0,8 A.M Neville, 1995. Akibat perbesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan timbul retak –
retak. Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan oleh kondisi lokasi
ataupun kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan konstruksi, dalam perkembangannya dikenal berbagai jenis semen Potrland, antara lain :
1. Tipe I digunakan pada konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus lainnya.
2. Tipe II digunakan pada konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi yang sedang.
3. Tipe III digunakan jika menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
4. Tipe IV digunakan jika menginginkan panas hidrasi yang rendah. 5. Tipe V jika menginginkan daya tahan terhadap sulfat yang tinggi.
Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen tipe I yang diproduksi oleh PT. Lafarge Semen Andalas dalam kemasan 1 zak 40 kg.
Rahmi Karolina : Analisa Dan Kajian Eksperimental Hubungan Momen - Kurvator Pada Balok Beton Bertulang, 2008 USU e-Repository © 2008
3.2.1.2 Komposisi Kimia