Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
101 3.
Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Di bidang lingkungan, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 sebagai ketentuan payung umbrella provision. Artinya undang-undang
tersebut hanya memuat ketentuan pokok di bidang pengelolaan lingkungan hidup, namun pengaturan yang bersifat sektoral tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang telah
dirumuskan dalam undang-undang tersebut.
66
Implikasi pembangunan berwawasan lingkungan ini terkandung dalam ketentuan Pasal 3, 4, 5, 6 ,7, 8 , 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, serta Pasal 23 Undang-undang No.
4 tahun 1982 . Dengan demikian berdasarkan kepada ketiga unsur dan empat prinsip di atas. Untuk dapat mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan ini, maka Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL adalah merupakan sarana yang ampuh yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 291986.
D. Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara dengan UU No. 4 Tahun 1982UU No. 23 Tahun 1997
1. Dari Segi Wewenang Kelembagaan
Lembaga yang mempunyai wewenang menangani pengelolaan lingkungan hidup secara keseluruhan, ada dua tingkatan yaitu:
a. Lembaga yang mengelola lingkungan hidup di tingkat nasional, dan
b. Lembaga yang mengelola lingkungan hidup ditingkat daerah.
66
Lihat St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I, Bandung : Binacipta, 1980, hlm. 180
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
102 Wewenang kelembagaan ditingkat Nasional ini diatur dalam ketentuan Pasal 16
ayat 1 UULH yang berbunyi : “Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara terpadu
oleh perangkat kelembagaan yang dipimpin seorang Menteri dan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan”.
Ketentuan ini mengandung arti bahwa wewenang pengelolaan lingkungan hidup ditingkat nasional, berada ditangan Menteri. Dalam hal ini, berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 25 Tahun 1983, adalah Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup MENKLH, yang menurut ketentuan Pasal 1 ayat 4 Kepres ini mempunyai tugas
pokok, menmgenai hal-hal yang berhubungan dengan kependudukan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 2 Kepres tersebut ditentukan,
bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas pokok sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1 di atas, MENKLH mempunyai fungsi merumuskan kebijaksanaan, membuat perencanaan
dan mengkordinasikan segala kegiatan di bidang kependudukan dan lingkungan hidup
67
. Dari tugas dan fungsi yang harus dijalankan oleh MENKLH itu nyata terlihat
demikian luas lingkup tugas koordinasi yang menjadi tanggungjawab MENKLH. Hal mana memerlukan kerjasama yang serasi dan terpadu dengan berbagai Departemen dan
lembaga pemerinta Non Departemen, terutama dalam kaitan dengan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup secara sektoral sebagaimana di atur dalam Pasal
18 ayat 2 UULH.
67
Isi selengkapnya fungsi MENKLH, lihat Pasal 2 Kepres No. 25 Tahun 1983
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
103 Adanya ketentuan ini jelas mengakui wewenang pengelolaan lingkungan hidup
tersebar pada berbagai Departeman dan lembaga pemerintah Non Departemen. Untuk mewujudkan kerjasama tersebut di atas, jelas diperlukan keterpaduan integration, yaitu
penyatuan dari wewenang fusion of competences. Masing-masing Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait, yang dipimpin oleh MENKLH
seperti yang dikehendaki oleh ketentuan Pasal 18 ayat 1 UULH di atas. Sementara fungsi MENKLH berdasarkan Kepres tersebut di atas, lebih bersifat koordinatif, yaitu
kerjasama dalam pelaksanaan wewenang yang bersifat mandiri working together in the ezertion of autonomous competences
68
. Dengan demikian dari segi Hukum Administrasi Negara, maka wewenang kelembagaan yang mengelola lingkungan hidup di Indonesia
dewasa ini, lebih bersifat koordinatif dari pada keterpaduan sebagaimana disyaratkan oleh UULH.
Sebagai contoh koordinatifnya wewenang MENKLH dapat kita lihat Teknis Kawasan Industri. Dalam Kepres itu ditegaskan kewajiban dari Perusahaan Kawasan
Industri, yang antara lain ditentukan keharusan membuat analisis dampak lingkungan AMDAL dan membangun fasilitas pengolahan limbah industri.
Sehubungan dengan itu, meskipun izin pendirian perusahaan kawasan industri berada ditangan Menteri Perindustrian, namun dengan adanya kewajiban seperti yang
disebutkan diatas, paling tidakMenteri Perindustrian mengadakan koordinasi dengan MENKLH.
68
A.V. van den berg, Untregeted Licensing System and Procedures, terpetik dalam Siti Sundari Rangkuti, Hukum…….., op. cit, hlm. 59
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
104 Demikian pula dalam hal perusahaan kawasan industri yang berlakasi di daerah,
membutuhkan tanahlahan yang luas maka penetapan letak kawasan industri, menjadi wewenang Gubernur setelah berkonsultasi dengan Bappeda selaku pengelola di daerah
berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat 3 UULH dan Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan MENKLH.
23 tahun
1979 Nomor
----------------------------------------- seperti diuraikan dibawah ini Kep.00MNPPLH21979
Wewenang Kelembagaan di Tingkat Daerah Menurut ketentuan Pasal 18 ayat 3 UULH : “Pengelolaan lingkungan hidup,
dalam kaitan dengan keterpaduan pelaksanaan kebijaksanaan nasional tentang pengolahan lingkungan hidup di Daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan perkataan lain pengelolaan lingkungan hidup di daerah dilakukan oleh Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, sesuai dengan pengertian Pemerintah Daerah menurut ketentuan Pasal 13 ayat 1 UU No. 5 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, yang berbunyi:
“Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”
Ketentuan di atas bila dikaitkan dengan bunyi Penjelasan ketentuan Pasal 18 ayat 2 UULH ternyata bahwa pengelolaan lingkungan hidup di daerah tidak
mengikutsertakan DPRD, karena dilakukan dibawah koordinasi Kepala Wilayah.
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
105 “Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup sektoral di Daerah dilakukan di
bawah koordinasi Kepala Wilayah dalam kaitan dengan keterpaduan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup”.
Maksud dari ketentuan itu tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan dianutnya Asas Dekonsetrasi di Undangundang No. 5 tahun 1974, khususnya ketentuan Pasal 79
dan 80. Pasal 79 ayat 1 :
“Kepala Daerah Tingkat I karena jabatannya adalah Penguasa Tunggal di bidang pemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan
pembangunan dan membina kehidupan masyarakat di segala bidang”. Dengan demikian, Gubernur sebagai Kepala Daerah Tingkat I merupakan pula
Kepala Wilayah Propinsi yang mempunyai wewenang di bidang pengelolaan lingkungan hidup secara sektoral di daerah.
Dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, sebelum ditetapkannya UU No. 4 Tahun 1982, telah dikeluarkan berturut-turut:
Pertama, Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan Lingkungan Hidup
22 tahun
1978 Nomor ________________________ Tentang Pemeliharaan
002PPLH1978
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
106 Keserasian
Dalam Penanggulangan Masalah Lingkungan Hidup di Daerah
dengan Kebijaksanaan di Tingkat Nasional;
Kedua Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan Lingkungan Hidup 23
tahun 1979
Nomor ________________________ Tentang Instansi Pengelola KEP-002MNPPLH21979
Sumber Alam dan Lingkungan Hidup di Daerah. Berbeda dengan Instruksi Bersama yang pertama, Instruksi Bersama yang kedua
itu lebih memberikan penegasan wewenang pengelolaan lingkungan hidup di Daerah, sebagaimana isinya antara lain sebagai berikut :
Pasal 1: Para Gubernur, BupatiWalikotamadya Kepala Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup di daerah masing-
masing; Pasal 2 : Pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup yang dimaksudkan
dalam Pasal 1 meliputi tugas pengaturan, perencanaan dan pelaksanaan pendayagunaan sumber-sumber alam bagi kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat, dalam hubungan dengan pemeliharaan kelestarian, pengembangan dan peningkatan mutu lingkungan di daerah yang bersangkutan.
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
107 Pasal 4: Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan yang dimaksud dalam Pasal 2 dan 3
Gubernur Kepala Daerah dibantu : a.
Dalam bidang staf oleh Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat;
b. Dalam bidang perencanaan, oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tingkat I; c.
Dalam bidang operasional pelaksanaan oleh Dinas-dinas Daerah dan Instansi-instansi vertikal yang bersangkutan;
d. Dalam bidang koordinasi dan pengawasan oleh Bupati Walikotamadya
Kepala Daerah untuk daerahnya masing-masing.
2. Pelaksanaan Dari Segi Penetapan Sarana Kebijaksanaan Lingkungan