Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
108 Dalam hal ini, Hukum Administrasi Negara telah menyediakan berbagai sarana untuk
maksud tersebut di atas. Sarana-sarana yang dimaksud dan yang terpenting adalah: a.
Perizinan, dan b.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL
a. Perizinan
Pengelolaan lingkungan hidup hanya dapat berhasil menunjang pembangunan yang berkesinmambungan, jika administrasi pemerintahan berfungsi secara efektif dan
terpadu. Salah satu sarana yuridis administratif untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan adalah sistem perizinan. Jenis perizinan yang erat hubungannya
dengan pengelolaan lingkungan hidup dewasa ini adalah izin usaha yang diatur dalam Ordonansi Gangguan Hinder Ordonnantie Stb. 1926 No. 226 yang kemudian
diubahditambah, terakhir dengan Stb. 1940 No. 450. Mengingat begitu banyaknya hal-hal yang menyangkut perizinan itu diatur dalam
HO yang tak mungkin seluruhnya dibahas disini, maka yang akan dikemukakan hanya terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
Dalam Pasal 1 ayat 1 H.O. ditetapkan larangan mendirikan tempat usaha tanpa izin yang jenisnya secara enunsiatif disebutkan sebanyak 20 dua puluh macam.
69
. Kemudian dalam hal wewenang memberi izin, menurut Pasal 1 ayat 3 H.O. berada
ditangan Gemeenten dan Burgemeester, yang berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 berarti wewenang Bupati dan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
69
Lihat Irawan Soejito, Undang-undang Gangguan H.O, Jakarta : Noordhoff-Kolff NV, 1955, hlm. 18-19.
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
109 Dengan demikian peranan Kepala Daerah Tingkat II di bidang pengelolaan lingkungan
hidup dewasa ini terutama terletak pada pemberian izin H.O. yang didasarkan pada pertimbangan lingkungan hidup, sesuai dengan Pasal 7 ayat 2 UULH..
Dalam Pasal 5 H.O. terdapat pengaturan sederhana mengenai peran serta masyarakat dalam bentuk pernyataan pendapat atau keberatan inspraak sebelum
permohonan izin diputuskan.. Akhirnya
sarana administratif yang cukup penting dalam rangka peran serta
masyarakat adalah Banding terhadap penetapan beschikking penguasa, seperti misalnya pemberian izin untuk tempat usaha yang menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup. Prosedur banding diatur dalam Pasal 10 ayat 2, 3, dan 4 H.O. yang pada intinya menentukan bahwa banding kepada Gubernur KDH Tingkat I diajukan
dalam 14 empat belas hari setelah izin ditetapkan. Dengan ditetapkannya Undang- Undang No. 4 Tahun 1982, maka H.O. perlu disesuaikan. Penyesuaian itu disebabkan
banyaknya kelemahan yang terdapat di dalamnya maupun dalam praktek pelaksanaanya seperti :
a. H.O. sifatnya semacam hukum tetangga Burenrecht, karena jangkauan
teritorialnya terbatas pada jarak 200 meter dari suatu tempat usaha serta dalam batas DT II.
b. H.O. dilaksanakan terbatas pada Pemda Tingkat II Kotamadya atau Kabupaten,
sedangkan pencemaran lingkungan tidak mengenal batas daerah;
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
110 c.
H.O. hanya ditujukan kepada bahaya , kerusakan, dan gangguan yang timbul dari tempat usaha dan tidak meliputi pencemaran yang diakibatkan oleh kenderaan
bermotor, pesawat terbang dan lain sebagainya, d.
H.O. merupakan ordonansi yang bersifat individual, artinya diajukan kepada bahaya atau gangguan yang ditimbulkan oleh perusahaan secara mandiri dan tidak
terhadap beban derita yang dibuatoleh pencemar secara kolektif, sehingga pada saat pertimbangan izin tidak diperhitungkan hubungan antara pencemaran yang
diakibatkan oleh perusahaan yang satu terhadap pencemaran dari perusahaan- perusahaan yang lain.
70
3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL Merupakan Suatu Instrumen Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Keterkaitan AMDAL dengan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan
adalah merupakan suatu sistem analisis tentang sejauh mana dampak atau pengaruh yang timbul terhadap suatu kegiatan yang akan direncanakan dan sistem itu didasarkan pada
Analisis Dampak Lingkungan AMDAL
71
Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 menyatakan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL dan AMDAL adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan terhdap lingkungan hidup yang dipergunakan
bagi proses pengambilan keputusan.
70
Siti Sundari Rangkuti, Hukum ….., op.cit, hlm. 96
71
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1985 hlm.175
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
111 Jadi pejabat yang bertanggungjawab untuk memberi keputusan, boleh tidaknya suatu
kegiatan dilaksanakan berkaitan dengan pelestarian kemampuan lingkungan di dasarkan atas hasil studi AMDAL. Oleh karena ini merupakan dokumen yang sangat strategis
dalam mencegah terjadinya perusakan atau pencemaran lingkungan hidup disebabkan oleh perbuatan manusia.
AMDAL terdiri dari beberapa proses yang merupakan satu kesatuan yaitu: Penyajian Informasi Lingkungan PIL adalah telaahan secara garis besar tentang
rencana kegiatan, rona lingkungan, kemungkinan timbulnya dampak dan rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya.
Kerangka Acuan ANDAL KA ANDAL adalah pedoman kerja yang disepakati bersama antara pemrakarsa, konsultan, dan pemerintah dalam penyusunan Analisis
Dampak Lingkungan. Di dalam AMDAL ini terkandung beberapa prinsip yang harus mendapatkan
perhatian, yaitu
72
: a.
Suatu rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, baru dapat dilaksanakan setelah dipertimbangkan dampaknya
terhadap lingkungan. Kegiatan ini baru diijinkan untuk dapat dilaksanakan setelah adanya persetujuan atas RKL dan RPL oleh instansi-instansi bertanggungjawab.
72
Gunawan Susanto, Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada University, 1987, hlm. 31-32
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
112 b. Amdal merupakan bagian dari proses perencanaan dan adalah bagian dari studi
kelayakan yang meliputi analisis teknis, analisis ekonomi dan analisis lingkungan. c.
Kriteria dan prosedur untuk menentukan apakah suatu kegiatan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup harus secara jelas dirumuskan dalam
peraturan perundang-undangan. d. Prosedur AMDAL harus mencakup tata cara penilaian yang tidak memihak
tercermin dalam susunan Komisi AMDAL e.
AMDAL bersifat terbuka kecuali yang menyangkut rahasia negara oleh karena itu masyarakat secara luasd harus diberitahukan mengenai hasil AMDAL ini
f. Keputusan tentang AMDAL harus tertulis dengan mengemukakan dasar
pertimbangan pengambilan keputusan Dokumen RKL dan RPL serta keputusan mengenai hal ini merupakan hal yang penting dalam hal penegakan hukum.
g. Pelaksanaan AMDAL yang telah disetujuai harus dipantau secara terus menerus. h.
Penempatan AMDAL dilaksanakan dalam rangka kebijaksanaan nasional lingkungan hidup yang telah digariskan dalam GBHN dan Repelita.
i. Untuk penerapan AMDAL dibutuhkan aparat yang memadai.
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
113 Dokumen AMDAL disusunoleh pemrakarsakonsultan berdasarkan peraturan
yang berlaku sesuai dengan Keputusan Nomor 50MENKLH61987 tersebut diatas dan ketentuan lainnya, diajukan kepada instansi yang bertanggungjawab melalui Komisi.
Untuk kegiatan-kegiatan yang menjadi wewenang daerah diajukan kepada gubernur melalui Komisi AMDAL Daerah.
Untuk kegiatan yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri yang bersangkutan perlu membuat PIL, maka keputusan dari instansi yang bertanggungjawab melalui
Komisi AMDAL, mempunyai dua kemungkinan : a.
Tidak ada dampak penting sehingga tidak perlu membuat AMDAL maka proses selanjutnya harus dilengkapi dengan pembuatan RKL dan RPL.
b. Apabila ada dampak penting , maka proses selanjutnya harus dilengkapi dengan pembuatan KA-ANDAL- RKL dan RPL.
Kegiatan baru diijinkan apabila RKL dan RPL mendapat persetujuan dari instansi yang bertanggungjawab. Dengan demikian, maka dalam merencanakan pembangunan
sudah seharusnya disadari bahwa penetapan instansi di masa yang akan datang . Berdasarkan uraian diatas patut di sadari akan penting AMDAL dan ANDAL
sebagai proses pengambilan keputusan pemberian izin dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan termasuk industri dengan fasilitas PMA dan PMDN.
Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008
BAB III UPAYA UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH KOTA MEDAN
TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN A. Gambaran Umum Kota Medan, Keadaan Umum Daerah
1. Kota Medan Secara Geografis
Kota Medan memiliki 26.510 Hektar 265,10 Km2 atau 3, 6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kotakabupaten
lainnya, Kota Medan memiliki luas yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3o 30’ Lintang Utara dan
98o35 – 98o-44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-7,5 meter diatas permukaan laut.
Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang
wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terdapat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah
satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam SDA, khusunya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan di dukung oleh
daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Langkat, Asahan, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Tapanuli
Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Dairi, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi
114