menyelesaikannya secara damai di antara kedua belah pihak yang bersengketa. Yang dimaks
idak bertentangan dengan
2. Ke
elitian ini, maka dirasa perlu untuk m
diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhlu
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berked
ud dengan penyelesaian sengketa damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa pelaku usaha dan konsumen tanpa melalui
pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen, dan t Unndang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
rangka Konsepsi
Kerangka konseptual ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arah dalam pen
emberikan batasan judul penelitian yaitu sebagai berikut : Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
30
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
k hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan..
31
Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
udukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia,
30
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
31
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
32
Produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainy
gan, bahan baku pangan
han adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode
, dan membahayakn kesehatan manusia.
36
a dalam proses produksi dan menjadi hasil akhirnya dari proses produksi tersebut.
33
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pan , dan bahan lain yang digunakan, dalam proses penyiapan, pengolaha, dan atau
pembuatan makanan dan minuman.
34
Pangan ola tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
35
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan mengubah bentuk pangan.
37
32
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen nesia, Jakarta: Balai
Pustaka,
33
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indo 1996, hlm. 254.
34
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
35
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
36
Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
37
Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual
pangan, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan mempe
r kriteria keamanan pangan
anusia.
40
ahan tambahan panganmakanan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam garuhi sifat ataupun bentuk makanan.
41
rbahaya adalah setiap produk yang tidak dapat memen
roleh imbalan.
38
Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasa , kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan,
makanan, dan minuman.
39
Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya, yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan m B
makanan untuk mempen Sedangkan produk be
uhi tujuan pembuatannya baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredaran, atau tidak
menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaan sebagaimana diharapkan orang.
42
38
Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
39
Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
40
Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
41
Nurheti Yuliarti, Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007, hlm. 7.
42
Ema Suratman, Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan tentang Tanggung Jawab Produsen di Bidang Farmasi Terhadap Konsumen, Jakarta: Jurnal Departemen Kehakiman RI,
1990-1991, hlm. 9.
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian