Perlindungan Konsumen PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT PRODUK

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT PRODUK

A. Perlindungan Konsumen

rlindungan Konsum masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN-BAHAN BERBAHAYA Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Pe en, Pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan konsumen adalah : 80 “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. n 80 Lihat Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsume Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Pengertian konsumen dalam penjelasan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah konsumen akhir bukan konsumen antara sebagaimana yang terdapat dalam kepustakaan ekonomi. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsum jasa”, atau “seseorang atau sesuatu perusah yuridis, dalam Kitab Undang-Undang en yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses suatu produksi lain. Para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah pemakai terakhir dari benda atau jasa Uiteindelijke gebruiker van goerderen en diesten yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha ondernamer. 81 Kata konsumen merupakan alih bahasa dari kata “consumer” Inggris- Amerika, atau consumentkonsument Belanda, secara harfiah arti kata consumer adalah setiap orang yang menggunakan barang. Pengertian konsumen secara harfiah berarti “seseorang yang membeli barang atau aan yang membeli barang tertentu atau menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”. Dalam arti lain konsumen dikenal juga dengan pengertian “setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”. 82 . Pengertian masyarakat umum saat ini, bahwa konsumen itu adalah pembeli, penyewa, nasabah penerima kredit, lembaga jasa perbankan atau asuransi, penumpang angkutan umum, pada pokoknya langganan dari para pengusaha. Pengertian ini tidaklah salah sebab secara 81 BPHN, 1986, Hasil-Hasil Pertemuan Ilmiah Simposium, Seminar, Lokakarya, Jakarta, hlm. 57. 82 AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Jakarta : Diadit Media, 2002, hlm. 3. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Hukum pembeli, penyewa, peminjam pakai. Dalam Kitab Undang- nnya juga dibedakan berdasarkan unsur kegunaan yang dikenal dengan konsum juan mempr tiap orang yang mendapatkan Rancangan Akademik Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen yaitu : Perdata, terdapat subjek-subjek hukum dalam hukum perikatan Buku Ketiga yang bernama Undang Hukum Dagang juga ditemukan istilah penumpang yang pengertia dikelompokkan pada konsumen pemakai jasa. Konsumen dapat en antara dan konsumen akhir. Perbedaan itu tergantung untuk kegunaan apakah suatu barang atau jasa itu diperlukan. Apabila kegunaan itu untuk tu oduksi barangjasa untuk dijual kembali tujuan komersial, maka konsumen itu adalah konsumen antara. Begitu pula jika kegunaannya untuk tujuan memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangga serta tidak untuk dijual kembali, maka konsumen tersebut adalah konsumen akhir. Dari hal-hal yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pengertian konsumen : 1. Konsumen yang menggunakan barangjasa untuk keperluan komersial; 2. Konsumen yang menggunakan barangjasa untuk keperluan diri sendirikeluarga dan non komersial; Menurut AZ. Nasution, konsumen adalah “se secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk suatu kegunaan tertentu”. 83 Darodjatun memberikan pengertian konsumen dalam tanggapannya terhadap 83 AZ. Nasution, Konsumen dan Hukum, Cetakan Pertama, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 69. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Konsumen adalah “pemakai barang atau pihak-pihak yang mendapat barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau untuk diserahkan kepada pihak lain”. enentukan bahwa konsumen adalah “setiap n untuk keperluan pribadi, keluarga atau rum en itu Tetapi kan dengan konsumen akhir diartikan sebagai atau keuangan baik sebagian maupun seutuhnya, dari barang tertentu yang dibelinya itu; Dalam berbagai perundang-undangan di negara-negara lain, secara tegas ditetapkan siapa yang dimaksud dengan konsumen yang harus dilindungi : 84 a. Undang-Undang Konsumen India, m orang pembeli barang yang disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual kembali atau lain-lain keperluan komersil”; b. Dari Undang-Undang Jaminan Produk di Amerika serikat menunjukkan bahwa konsumen itu adalah : “setiap pembeli produk produsen, yang tidak untuk dijual kembali, dan pada umumnya digunaka ah tangga”; c. BW baru Belanda NBW mengartikan konsumen sebagai “orang alamiah yang dalam mengadakan perjanjian tidak bertindak selaku orang yang menjalankan profesi atau perusahaan”; d. Hukum Inggris, tidak secara tegas menentukan batasan dari konsum dari berbagai peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud pembeli pribadi private purchaser yang pada saat membeli barang tertentu, tidak menjalankan bisnis dagang 84 Ibid, hlm. 722. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Tinjauan pada perundang-undangan di negara tersebut menunjukkan bahwa konsumen yang dirumuskan di dalam masing-masing perundang-undangan adalah sesuai konsumen akhir antara lain: 85 a. Pem embali; c. Set perlindungan hukum yang diberikan kepada konsum dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah-masalah antara dengan konsumen akhir, atau end user sebagaimana yang diuraikan dalam literatur ekonomi. Berbagai studi dilakukan berkaitan dengan perlindungan konsumen telah berhasil membuat batasan tentang akai akhir dari barang, digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain dan tidak untuk diperjual belikan; b. Pemakai barang atau jasa yang tersedia atau keluarganya atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan k iap orang atau keluarga yang mendapat barang untuk dipakai dan tidak diperdagangkan; Perlindungan konsumen adalah en, dalam kegiatannya untuk memenuhi kebuthan hidup dan hal-hal yang dapat merugika konsumen itu sendiri. Menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum konsumen adalah “keseluruhan asas-asas berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup”. 86 id, hlm. 64. 85 Ibid, hlm. 71. 86 Ib Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Perlindungan konsumen merupakan bagian dari Hukum Konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat melindungi kepentingan konsumen. 87 Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas meliputi perlindungan terhadap konsumen barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga ke akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa tersebut. Perlindungan konsumen berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat 1 yaitu : 88 “Perlin hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. consumer operation due to alleged atas kerugian diri atau hilangnya penghasilan bila pihak tersebut menduga bahwa kerusakan produk menyebabkan kerugian. dungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian Perlindungan konsumen yang diberikan produsenpelaku usaha oleh berbagai penulis diberi istilah product liability dalam bahasa Inggris, misalnya oleh Charles O. Smith dalam bukunya Product Liability, yang menyatakan sebagai berikut : “The term products liability also includes commercial loss by a failure or inadeguate performance of a product”. 89 Maksudnya tanggungjawab produk adalah istilah yang sah yang menguraikan aksi tanggungjawab bilamana pihak yang dirugikan mencari atau menemukan kerusakan 87 Ibid, hlm. 65. en. 88 Lihat Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsum 89 Charles O. Smith, Product Liability, New Jersey Prentice Hall: Englewood cliff, 1920, hlm. 1. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Dalam bahasa Indonesia “product liability” diterjemahkan menjadi tanggungjawab produk. Sedangkan menurut Sudargo Gautama dalam pembahasannya mengen es M. Toar memberikan batasan pemahaman tentang tanggungjawab produk sebagai berikut: “Tanggungjawab produk ialah tanggungjawab para produsen bawanya ke dalam peredaran, yang menim en merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan hanya dapat dibedakan, kupan pengertian perlindungan kon

B. H