Kerangka Teori Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Dalam pembangunan nasional ada 3 tiga hal penting yang mendasar yaitu, berdaya saing tinggi, barang yang makin bermutu, dan bernilai tambah tinggi. Ketiga hal tersebut berkaitan erat dengan masalah tanggung jawab produsen atau pelaku usaha karena adanya kesadaran dari para produsen atau pelaku usaha terhadap tanggung jawabnya secara hukum product liability akan berakibat pada adanya sikap penuh kehati-hatian precision, baik dalam menjaga kualitas produk, penggunaan bahan, maupun dalam kehati-hatian kerja. Tidak adanya atau kurangnya kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai produsen atau pelaku usaha akan kredibi m antara litas usahanya. Rendahnya kualitas produk atau adanya cacat defect pada produk yang dipasarkan sehingga menyebabkan kerugian bagi konsumen, di samping akan menghadapi tuntutan kompensasi ganti rugi juga akan berakibat bahwa produk tersebut akan kalah bersaing dalam merebut pasar. 24 Sebagai konsekuensi hukum dari pelanggaran yang diberikan oleh undang- undang tentang perlindungan konsumen dan sifat perdata dari hubungan huku pelaku usaha dan konsumen maka setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang merugikan konsumen memberikan hak kepada konsumen yang 24 Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm. 42. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 dirugikan tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikan serta menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen. 25 Harkristuti Harkrisnowo membedakan berbagai perilaku yang merugikan konsumen yaitu merupakan perbuatan yang melawan hukum sebagai kasus perdata dan tindak pidana. Undang-undang perlindungan konsumen telah memberikan akses dan kem nyangkut kepentingan konsumen dengan dirumuskan sistem uct liability. 26 Oleh karena itu kualifikasi n atas adanya dalil jawab dalam hukum dapat dibedakan . Kesalahan liability based on fault; b. Praduga selalu bertanggungjawab presumption of liability; c. Praduga selalu tidak bertanggungjawab presumption of non liability; d. Tanggung jawab mutlak stricht liability; e. Pembatasan tanggung jawab limitation liability; udahan bagi hak-hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dan sejumlah tuntutan yang me pertanggungjawaban pelaku usaha prod gugatan yang lazim digunakan secara konvensional didasarka wanprestasi default dan perbuatan melawan hukum tort fault. Secara umum prinsip-prinsip tanggung sebagai berikut : 27 a 25 Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 3. 26 Harkristuti Harkrisnowo, Perlindungan Konsumen Dalam Kerangka Sistem Peradilan di Indonesia, Jakarta: Lokakarya Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Indonesia dengan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1996, hlm. 6. 27 Ibid. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan hukum perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1365, 1366 dan 1337 KUH gang teguh. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang baru an secara hukum jika ada unsur kesalahan yang ilakukan. b. Adanya unsur kesalahan; c. Ad d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian; anggungjawab ini didapat diterima karena adalah of liability Perdata, prinsip ini dipe dapat dimintakan pertanggung jawab d Menurut Pasal 1365 KUH Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, adanya unsur kesalahan mengharuskan terpenuhinya 4 empat unsur pokok yaitu : 28 a. Adanya perbuatan; anya kerugian yang diderita; Secara common sense, asas t adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita orang lain. Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab presumption principle sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah, dengan demikian beban pembuktian ada pada si penggugat. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab adalah kebalikan dari prinsip di atas. Prinsip Praduga selalu tidak bertanggungjawab presumption of non 28 Pasal 1365 KUHPerdata. Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 liability hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan. solut absolute liability. Prinsip ini adalah prinsip Namu lnya kondisi force insip tangg Kons Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku 2 Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di 3 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 – undang; gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut bersengketa; Pada mumnya dalam setiap proses penyelesaian sengketa, selalu diupayakan untuk Prinsip tanggungjawab mutlak stricht liability sering diidentikkan dengan prinsip tanggungjawab ab tanggungjawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. n ada pengecualian yang memungkinkan untuk bertanggung, misa majeure. Sebaiknya prinsip tanggungjawab absolut adalah pr ungjawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualian. Pasal 45 Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan umen, menyatakan : 29 1 atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum; luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa; tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang 4 Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 45 Ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini, tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian secara damai oleh para pihak yang bersengketa. u 29 Pasal 45 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 menyelesaikannya secara damai di antara kedua belah pihak yang bersengketa. Yang dimaks idak bertentangan dengan

2. Ke