undan kepad
pemb kesul
bentu nggungjwaban perbuatan tidak saja merupakan perbuatan sendiri tetapi
yag dimaksud dalam Pasal 1365 bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang
ntuk kerugian yang disebabkan karena
ng jawab yang dikenal,
gung jawab atas dasar kesalahan the based on fault, liability based g membebankan pembuktian kesalahan orang lain dalam peristiwa tersebut
a mereka yang menggugat ganti rugi. Adanya pengakuan terhadap beban uktian terbalik akan menguntungkan kepada konsumen, terutama mengenai
itan dalam membuktikan bahwa produsen telah melakukan kesalahan dalam k memproduksimenjual makanan yang mengandung bahan berbahaya.
Perta juga karena kelalaian atau kurang hati-hati seperti
KUHPerdata “Setiap orang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga u
kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
147
D. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Produsen Dalam Ilmu Hukum
Dalam ilmu hukum setidaknya ada lima prinsip tanggu yaitu:
148
a. Prinsip tang
on fault principle, yaitu: “Tanggung jawab atas dasar kesalahan adalah prinsip yang umum dianut.
Prinsip ini menyatakan “seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara hukum jika erdapat unsur kesalahan yang dilakukannya”.
147
Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya 1996, hlm. 44.
Endang Saefullah Wiradipraja, Tanggung jawab Pengangkut dalam Hukum Udara sia, Bandung: Eresco, 1991, hlm.17.
Bakti,
148
Indone
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
Tanggung jawab atas dasar kesalahan ini pembuktiannya harus dilakukan oleh penggugat orang yang dirugikan. Contoh di Indonesia dalam pasal 1365 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, tentang perbuatan melawan hukum onrechtmatigedaad. Pasal ini mengharuskan pemenuhan unsur-unsur
menyediakan suatu perbuatan melanggar hukum dapat dituntut ganti-kerugian yaitu:
1 Adanya perbuatan yang melawan hukum;
2 Adanya kesalahan;
3 Adanya kerugian yang ditimbulkan;
4 Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan yang satu dengan kerugian;
Yang dimaksud dengan kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan
kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat. b.
sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Hal ini tentunya hukum, pengartian “hukum” tidak hanya bertentangan dengan undang-undang,
tetapi juga Prinsip tanggung jawab atas dasar praduga rebuttable presumption of liability
principle; “Prinsip praduga yang dimaksud kemudian oleh beberapa pakar dikategorikan
kepada dua macam, yaitu prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, yakni prinsip yang menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung
jawab, sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah”. Dengan demikian pembuktiannya dibebankan kepada pihak tergugat. Dasar pemikiran
dari teori pembuktian beban pembukian adalah seseorang dianggap bersalah,
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah yang lazim dikenal dalam hukum. Namun jika diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas
ebagai tergugat. Namun demikian tidak berarti konsumen
c.
liability principle hanya dikenal
tetap dapat dimintakan pertanggung jawaban sepanjang bukti kesalahan pihak demikian cukup relevan. Jika teori digunakan, maka beban pembuktiannya ada
pada pelaku usaha s selalu dapat mengajukan gugatan terhadap pelaku usaha dengan sesuka hati,
karena posisi konsumen selaku penggugat tetap terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha apabila ia gagal menunjukkan kesalahan pelaku usaha
sebagai tergugat. Bagian lain dari prinsip praduga adalah prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab. Prinsip ini kebalikan dari prinsip praduga untuk
selalu bertanggung jawab, dimana beban pembuktiannya dibebankan kepada pihak penggugat.
Prinsip Praduga untuk tidak selalu Bertanggung Jawab presumption of non liability;
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab persumption of non
dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan. Prinsip praduga
untuk tidak selalu bertanggung jawab ini, tidak lagi diterapkan secara mutlak, dan mengarah kepada prinsip tanggung jawab dengan pembatasan uang ganti
rugi setinggi-tingginya satu juta rupiah. Artinya, bagasi kabinbagasi tangan
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
pengangkut pelaku usaha dapat ditunjukkan. Pihak yang dibebankan untuk membuktikan kesalahan itu ada pada si penumpang konsumen.
c. utlak no-fault liability, strict liability absolute
“Dalam prinsip tanggung jawab mutlak strict liability memberikan pengertian bahwa tergugat selalu bertanggung jawab tanpa melihat ada atau tidaknya
kesalahan atau tidak melihat siapa yang bersalah, tanggung jawab yang memandang “kesalahan” sebagai sesuatu yang tidak relevan untuk
dipermasalahkan apakah pada hakekatnya ada atau tidak ada. Namun
demikian hal ini tidak selamanyaditerapkan secara mutlak karena dalam tanggung jawab mutlak sekalipun masih tetap ada pengecualian yang
membebaskan tergugat dari tanggung jawabnya. Pengecualian yang dimaksudkan antara lain adalah keadaan force majeure, atau suatu kondisi
terpaksa yang terjadi karena keadaan alam dan tidak mungkin untuk dihindari”. d.
Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan; Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan limitation of liability principle
sangat disenangi oleh pelaku usaha, untuk dicantumkan sebagaimana klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci
cetak film misalnya ditentukan, bila film yang ingin dicuci dan atau dicetak itu hilang atau rusak termasuk akibat kesalahan petugas, maka konsumen hanya
Prinsip tanggung jawab m liability principle;
149
149
Endang Saefullah Wiradipraja, Op. Cit, hlm.33.
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
dibatasi ganti kerugiannya sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Prinsip ini biasanya dikombinasikan dengan prinsip-prinsip tanggung jawab lainnya.
a Produk Makanan
Terjadinya sengketa akibat adanya perbedaan pandangan atau pendapat antara para pihak tertentu mengenai hal tertentu. Itulah pendapat orang pada umumnya jika
ditanya akan apa yang dimaksud dengan sengketa. Sengketa akan timbul apabila salah satu pihak merasa dirugikan hak-haknya oleh pihak lain, sedangkan pihak lain
engketa berkenaan dengan
maksud ta-kata ”sengketa konsumen” dijumpai pada beberapa
agian dari UUPK, yaitu : 1.
Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan institusi administrasi pelaku usaha dan
5. Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pad
tidak merasa demikian. Menurut Az. Nasution.
150
, sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha publik atau privat tentang produk
konsumen, barang dan atau jasa konsumen tertentu. Sedangkan Sidharta
151
menyatakan bahwa sengketa konsumen adalah s pelanggaran hak-hak konsumen. Lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik
keperdataan, pidana maupun tata negara. UUPK tidak memberikan batasan yang jelas tentang apakah yang di
dengan sengketa konsumen. Ka
152
b
negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara
150
Az.Nasution, Op-Cit., hlm.221. an
Umum
151
Shidarta, Op.Cit., hlm.135.
152
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Bagian Penjelas
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009