dibatasi ganti kerugiannya sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Prinsip ini biasanya dikombinasikan dengan prinsip-prinsip tanggung jawab lainnya.
a Produk Makanan
Terjadinya sengketa akibat adanya perbedaan pandangan atau pendapat antara para pihak tertentu mengenai hal tertentu. Itulah pendapat orang pada umumnya jika
ditanya akan apa yang dimaksud dengan sengketa. Sengketa akan timbul apabila salah satu pihak merasa dirugikan hak-haknya oleh pihak lain, sedangkan pihak lain
engketa berkenaan dengan
maksud ta-kata ”sengketa konsumen” dijumpai pada beberapa
agian dari UUPK, yaitu : 1.
Penyebutan sengketa konsumen sebagai bagian dari sebutan institusi administrasi pelaku usaha dan
5. Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pad
tidak merasa demikian. Menurut Az. Nasution.
150
, sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha publik atau privat tentang produk
konsumen, barang dan atau jasa konsumen tertentu. Sedangkan Sidharta
151
menyatakan bahwa sengketa konsumen adalah s pelanggaran hak-hak konsumen. Lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik
keperdataan, pidana maupun tata negara. UUPK tidak memberikan batasan yang jelas tentang apakah yang di
dengan sengketa konsumen. Ka
152
b
negara yang mempunyai menyelesaikan sengketa antara
150
Az.Nasution, Op-Cit., hlm.221. an
Umum
151
Shidarta, Op.Cit., hlm.135.
152
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Bagian Penjelas
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
kon
pelaku usaha menurut UUPK, Berikut kutipan batasan
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, orang lain, maupun makhluk hidup adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri berbagai bidang ekonomi”.Pasal 1 angka 3 UUPK.
Kedua, batasan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Pasal 1 angka 11
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen”
sumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, Pasal 1 Butir UUPK jo. Bab XI UUPK;
2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur penyelesaian
sengketa konsumen secara konsisten, yaitu Pasal 45 Ayat 2 dan Pasal UUPK. Pemahaman pengertian ”sengketa konsumen” dalam kerangka UUPK dapat
kita lakukan dengan menggunakan metode penafsiran : Pertama, batasan konsumen dan
keduanya : ”Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
lain dan tidak untuk diperdagangkan”.Pasal 1 angka 2 UUPK”,
153
”Pelaku usaha hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
154
UUPK mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ”Sengketa konsumen, yaitu sengketa pelaku usaha dan konsumen”. Pelaku usaha yang dimaksud adalah :
1. setiap orang atau individu;
2. badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum;
Selengkapnya Pasal 1 angka 11 berbunyi :
155
”
153
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konssumen
154
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
155
Pasal 1 angka 11
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
Jadi, sengketa sesama pelaku usaha adalah bukan sengketa konsumen, karena itu ketentuan-ketentuan yang ada dalam UUPK tidak dapat digunakan untuk
menyelesaikannya. Menurut UUPK, penyelesaian sengketa konsumen memiliki kekhasan. Karena sejak awal, para pihak yang berselisih, khususnya dari pihak
konsumen, dimungkinkan menyelesaikan sengketa itu mengikuti beberapa lingkungan peradilan, misalnya peradilan umum dan konsumen dapat memilih jalan
pihak yang bersengketa pelaku usaha dan kosumen tanpa melibatkan pengadilan atau pihak ketiga yang netral.
ukum Perdata. penyelesaian di luar pengadilan.
Hal mana dipertegas oleh Pasal 45 Ayat 2 UUPK Tentang Penyelesaian Sengketa, yang mengatakan :
156
Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak
yang bersengketa. Dengan demikian berdasarkan ketentuan Pasal 45 Ayat 2 UUPK dihubungkan dengan penjelasannya, maka dapat disimpulkan penyelesaian sengketa
konsumen dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
157
a. Penyelesaian damai oleh para
Penyelesaian sengketa konsumen melalui cara-cara damai tanpa mengacu pada ketentuan Pasal 1851 sampai Pasal 1864 Kitab Undang-undang H
Pasal-pasal tersebut mengatur tentang pengertian, syarat-syarat dan kekuatan hukum dan mengikat perdamaian dading;
b. Penyelasaian melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen melalui
pengadilan mengacu kepada ketentuan-ketentuan peradilan umum yang berlaku; c.
Penyelesaian di luar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK.
156
Lihat Pasal 45 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan onsumen.
157
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, Cetakan Pertama, Jakarta: Djambat
K an, 2000, hlm.224.
Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009
Sebagaimana sengketa hukum pada umumnya, sengketa konsumen harus diselesaikan. Penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan dengan menempuh
salah satu dari ketiga cara penyelesaian yang ditawarkan oleh Pasal 45 Ayat 2 di atas, sesuai keinginan dan kesepakatan para pihak yang bersengketa sehingga dapat
menciptakan hubungan baik antara perusahaanpelaku usaha dengan konsumen.
1. Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan Umum