Pelatihan yang pernah di ikuti

SLTPsederajat atau diatasnya,tidak ada yang berada dibawah tingkat tersebut. Seperti yang telah disebutkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 1999 dan PP No.72 pasal 25 dan 26 tahun 2005 bahwa kepala desa dan kepala dusun berpendidikan serendah-rendahnya tamat SLTPsederajat dan sekretaris desa serendah-rendahnya tamat SLTAsederajat. Tabel 11: Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak jenis pendidikan yang pernah ditempuh aparat desa dengan jabatan yang dipegang sekarang No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1 Sesuai 32 100 2 Kurang sesuai - - 3 Tidak sesuai - - Jumlah 32 100 Sumber: Kuesioner Oktober 2008 Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas atau lebih tepatnya dikatakan keseluruhan dari responden menjawab sesuai antara jenis pendidikan yang pernah ditempuh aparat desa dengan jabatan yang dipegang aparat desa yaitu yang menjawab sesuai sebanyak 32 orang 100. Hal ini ada kaitannya dengan pertanyaan sebelumnya yang secara umum responden menjawab bahwa pekerjaan para aparat desa sudah sesuai dengan pendidikan aparat desa karena didalam jabatan tersebut mencakup tugaspekerjaan dan wewenang dari aparat desa. Dengan demikian dapat dikatakan pendidikan formal yang pernah ditempuh aparat desa sudah memenuhi kriteria yang diinginkan masyarakat.

b. Pelatihan yang pernah di ikuti

Tabel 12: Tanggapan responden mengenai sesuai atau tidak pelatihan yang pernah diikuti aparat desa dengan jenis pekerjaannya No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1 Sesuai 14 44 2 Kurang tahu 13 41 3 Tidak sesuai 5 15 Jumlah 32 100 Sumber: Kuesioner Oktober 2008 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab sesuai pelatihan yang pernah diikuti aparat desa dengan jenis pekerjaan dari aparat tersebut. Hal ini terlihat dengan banyaknya responden yang menjawab sesuai dengan jumlah 14 0rang 44, kemudian yang menjawab sesuai berjumlah 13 orang 41 sementara sisanya 5 orang 15 menjawab kurang sesuai. Menurut pernyataan dari key informan mengatakan bahwa pelatihan yang pernah diikuti aparat desa sudah sesuai dengan jenis pekerjaannya tapi khusus dalam konteks program BBR ini. Namun secara umum kurang sesuai karena pelatihan yang diikuti aparat tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya tentang penerapan Qanun No. 3 tahun 2003 qanun=perda. Didalam pelatihan diamanatkan bagi aparat desa, kecamatan dan kabupaten untuk mentaati dan menjalankan qanun no. 32003 tersebut dimana Qanun tersebut menyatakan bahwa didalam pembangunan daerah Pemerintah Kabupaten yang merencanakan pembangunan bagian wilayah desa wajib mengikutsertakan Pemerintah desa dan BPD dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya,namun dalam pelaksanaannya pemerintah desa maupun BPD tidak pernah dilibatkan, dan biasanya yang melaksanakan kegiatan pembangunan tersebut adalah pihak kecamatan. Tabel 13: Tanggapan Responden mengenai menunjang atau tidak pelatihan yang pernah di ikuti aparat desa dalam pelaksanaan tugas sehari-hari No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1 menunjang 13 41 2 Kurang tahu 11 34 3 Tidak menunjang 8 25 Jumlah 32 100 Sumber:Kuesioner Oktober 2008 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sebanyak 13 orang 41 responden menjawab dapat menunjang pelatihan yang pernah di ikuti aparat desa dalam pelaksanaan tugas aparat desa sehari-hari. Kemudian 11 orang 34 menjawab kurang tahu, dan sisanya 8 orang 25 menjawab tidak menunjang menunjang. Seperti halnya pertanyaan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan ini, dimana sebelumnya key informan menyebutkan bahwa sudah sesuai antara pelatihan yang diikuti aparat desa dengan pekerjaannya dan dapat menunjang aparat desa tersebut dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dalam konteks program BBR ini walaupun secara umum yang lainnya tidak dapat menunjang karena salah satu alasan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pada pertanyaan sebelumnya tentang qanun no.3 yang tidak berjalan.

c. KetrampilanKeahlian khusus yang dimiliki

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI KEGIATAN PEMBERDAYAAN SOSIAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (PS KAT) (Di Desa Kaliwenang Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan)

1 14 161

STRATEGI PEMASARAN PISANG SALE DI DESA LHOK NIBONG KECAMATAN PANTE BIDARI KABUPATEN ACEH TIMUR.

13 69 32

KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SRAGEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM)

2 26 132

REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 0 37

ringkasan - REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 1 1

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN (P2FM) TERHADAP PRILAKU TANGKAP DAN PENDAPATAN NELAYAN DI NAGARI ULAKAN KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

0 0 7

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN DESA (Studi Pemberdayaan Perempuan Miskin Pada LSPBM Tomporoso Desa Kalawara, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

0 0 1