107
3. Pola Hubungan Penyaluran Pembiayaan
Untuk menghasilkan sinergi kerja antar BMT dan aliansi dengan Bank Muamalat Indonesia yang lebih luas, maka BMI membangun jaringan kerja BMT
Shar-E diseluruh Indonesia. Jaringan kerja BMT Shar-E ini dibangun dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas untuk dapat mengakses produk bank
muamalat melalui mitra BMI. Salah satunya melalui BMT Shar-E. Sebagai mitra aliansi, BMI menjadikan BMT Shar-E sebagai jaringan kerja dalam mengakses
produk-produk BMI. Produk BMI yang bisa diakses oleh masyarakat umum tersebut adalah tabungan kartu Shar-E.
145
BMT Shar-E dalam hal ini berperan sebagai agen yang menjual kartu tabungan Shar-E dalam rangka menghimpun dana pihak ketiga
dari anggota maupun masyarakat luas. Selain itu BMT Shar-E juga menjadi jaringan bagi BMI untuk menyalurkan
dana dari masyarakat pemodal yang telah dihimpun BMI untuk kemudian disalurkan kepada usaha-usaha produktif masyarakat, lembaga dan UMKM melalui pembiayaan
linkage program. Kerjasama kemitraan yang terjalin antara BMI dan BMT Shar-E ini dilakukan
dalam 3 hal yakni :
146
1. Inisiasi pendirian BMT Shar-E dan membantu penguatan BMT Shar-E dalam perjalanan operasionalnya.
2. Sinergi produk BMI yakni BMT Shar-E sebagai agen penjual tabungan Shar-E dengan mendapatkan ujrahfee.
145
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010.
146
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010.
108 3. Penyaluran pembiayaan melalui linkage program.
Fasilitas pembiayaan dari bank umum syariah bagi BMT merupakan salah satu hal penting dalam membantu penguatan dan pemberdayaan BMT. Fasilitas
pembiayaan ini memiliki peran dalam menjaga likuiditas, penguatan permodalan serta meningkatkan kapasitas pembiayaan usaha BMT.
Menyadari pentingnya fasilitas pembiayaan ini, maka program kemitraan yang terjalin antara BMI dengan BMT Shar-E juga dilakukan dalam hal kerjasama
akses pemberian fasilitas pembiayaan dari BMI kepada BMT Shar-E. Dalam hal kerjasama pembiayaan, BMI berkomitmen dalam melakukan pembiayaan linkage
program kepada BMT Shar-E. Komitmen ini tertuang dalam MOU perjanjian antara BMI dengan BMT Shar-E diawal kerjasama yakni bahwa BMI akan memberikan
akses fasilitas pembiayaan kepada BMT Shar-E dan BMT Shar-E hanya akan menyalurkan dana linkage program yang berasal dari Bank Muamalat dan dana
program pemerintah selain bank.
147
Penyaluran dana linkage program yang hanya berasal dari Bank Muamalat ini dinilai sebagai sebagai hal yang baik dan positif bagi BMT Shar-E, karena memiliki
beberapa keuntungan bagi BMT Shar-E jika dibandingkan dengan BMT non Shar-E. Beberapa keuntungan tesebut yakni :
1. Akses untuk mendapatkan pembiayaan linkage program dari BMI lebih mudah karena terdapat komitmen perjanjian diawal serta adanya unsur bank yakni
147
Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 6.
109 bendahara yang merupakan perwakilan BMI di BMT. Sedangkan akses
pembiayaan bagi BMT non Shar-E lebih sulit, karena BMT non Shar-E harus mencari bank yang bersedia melakukan pembiayaan ke BMT tersebut, akses ke
bank sulit karena tidak ada unsur bank yang membantu dan kemungkinan ditolak bila tidak memenuhi persyaratan yang diinginkan.
148
2. Kepercayaan Bank Muamalat kepada BMT Shar-E lebih baik bila dibandingkan dengan BMT non Shar-E, karena program BMT Shar-E ini merupakan program
kemitraan yang diprakarsai Bank Muamalat dan Bank Muamalat ikut menempatkan wakilnya sebagai bendahara. Serta Bank Muamalat mendapat
laporan keuangan berkala dari BMT Shar-E sehingga BMI mengetahui kondisi dari BMT Shar-E yang akan dibiayai.
3. Persyaratan pengajuan pembiayaan yang lebih mudah karena BMT Shar-E mendapat perlakukan khusus dalam memperoleh akses pembiayaan.
149
Sebagai contoh misalnya tidak ada batasan mengenai umur BMT Shar-E yang dibiayai.
Sedangkan untuk BMT non Shar-E diharuskan telah beroperasi selama 2 tahun. Strategi yang terjalin ini memberikan kemudahan bagi BMI dalam
menyalurkan dana yang dimilikinya kepada masyarakat luas melalui jaringan BMT Shar-E. Disisi lain, pembiayaan linkage program kepada BMT Shar-E ini, dapat
148
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Eko Manager BMT El Muchtar. Bekasi, 12 November 2010
149
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010.
110 menguatkan permodalan BMT dan meningkatkan kapasitas pembiayaan BMT Shar-E
kepada anggota UMKM dan masyarakat luas. Hal ini kemudian menjadikan kinerja BMI dan BMT Shar-E dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi menjadi
maksimal dan produktif bagi pemberdayaan UMKM dan masyarakat luas. Pembiayaan BMI sendiri kepada BMT Shar-E per April 2010 telah mencapai
sebesar Rp.4,299 Miliar.
150
Pembiayaan tersebut dilakukan bisa dengan pola executing maupun channeling. Namun dari ke dua pola tersebut, BMI dalam
penyaluran pembiayaannya kepada BMT Shar-E hampir semuanya menggunakan pola executing.
151
Proses aliansi pembiayaan BMI dengan BMT Shar-E dilakukan dalam skema sebagai berikut :
Proses aliansi pembiayaan BMI dan BMT Shar-E:
152
9 1. Akad Mudharabah musyarakah
5 4
3 6
7 2 8
Keterangan : 1. Kerjasama perjanjian pembiayaan BMI-BMT Shar-E dengan akad mudharabah
dan musyarakah
150
Ibid.,
151
Ibid.,
152
Pembiayaan Linkage ke BPRS dan Koperasi Peluang dan Tantangan.ppt, BMI Seminar oleh Muchtar MD Siswoyo, hal. 3.
BMI BMT
Shar-E
UK Mikro
111 2. Nasabah usaha kecil mikro mengajukan pembiayaan kepada BMT Shar-E
3. BMT melakukan analisa terhadap pengajuan pembiayaan anggota 4. BMI mengajukan pembiayaan kepada BMI
5. BMI melakukan analisa terhadap pengajuan pembiayaan yang diajukan BMT 6. BMI droping ke BMT
7. BMT droping ke anggota nasabah UK Mikro 8. Nasabah membayar angsuran ke BMT
9. BMT membayar angsuran ke BMI
Proses aliansi pembiayaan BMI dan BMT Shar-E ini dilakukan dengan
konsep penyaluran pembiayaan melalui tabungan Shar-E Bank Muamalat. Hal ini dilakukan dengan cara menggalang dan menghimpun dana masyarakat secara umum
baik anggota maupun non anggota melalui tabungan Shar-E Bank Muamalat, dimana dana tersebut akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan ke KJKS BMT Shar-E dan
dipergunakan oleh KJKS BMT Shar-E untuk pembiayaan kepada anggota dan calon anggota.
153
Dari posisinya sebagai agen penjual ini, maka ada beberapa manfaat yang diterima BMT Shar-E dari bank muamalat, diantaranya yakni BMT Shar-E mendapat
keuntungan fee 1 dari akumulasi penjualan tabungan Shar-E. Keuntungan lain BMT dari penjualan kartu Shar-E adalah BMT mendapatkan selisih dari harga
pembelian dengan harga penjualan kartu Shar-E. Sebagai contoh, BMT membeli kartu Shar-E di BMI dengan harga Rp. 116.000 kemudian BMT menjualnya kepada
nasabah dengan harga Rp. 125.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 9000,-. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia berkomitmen untuk memberikan pembiayaan kepada
BMT Shar-E dari dana akumulasi penjualan tabungan Shar-E yang berhasil
153
Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 5-6.
112 dihimpun. Sedangkan keuntungan BMI adalah terjualnya produk tabungan Shar-E
kepada masyarakat sehingga dana masyarakat tersebut terhimpun di BMI dan juga nasabah pengguna layanan BMI menjadi bertambah.
Permasalahan lain yang perlu menjadi perhatikan dalam kerjasama ini adalah terkait fee 1 dari akumulasi penjualan tabungan Shar-E yang diperoleh BMT.
Dalam hai ini, terjadi keluhan atau komplain dari salah satu ketua pengurus BMT Shar-E yang mempertanyakan tentang mekanisme dan waktu memperoleh fee 1
tersebut kepada pihak BMI. Untuk itu, maka diawal kerjasama ini hendaknya realisasi dan implementasi program dilakukan dengan transparan disertai dengan penjelasan
program secara detail diawal, baik kelemahan maupun kelebihan yang diperoleh dari kemitraan ini sehingga masing-masing pihak mengetahui fungsi, tugas, hak serta
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak agar tidak terjadi kesalah pahaman, perselisihan dan kekecewaan dalam pelaksanaan kemitraan ini.
Berikut adalah Konsep Aliansi BMI-BMT terkait tabungan Shar-E :
154
Shar-E Anggota UK Mikro 3
2 5 6
1 4
7 Keterangan :
1. BMT membeli Shar-E rabat ke Bank Muamalat 2. BMT menjual Shar-E ke anggota free income
154
Presentasi Bali Mei 2009, Microfinancing Acceleration Throught Alliance Program ppt, oleh Bpk. Agus Khalifatullah, hal. 16.
BMI BMT Shar-E
113 3. Dana Shar-E terakumulasi di DP3 BMI, dalam hal ini BMT mendapat fee 1 dari
akumulasi dana Shar-E yang dihimpun 4. BMI Financing kepada BMT dengan akad mudharabah atau musyarakah
5. BMT financing kepada anggota BMT 6. Anggota membayar angsuran kepada BMT
7. BMT membayar angsuran anggota kepada BMI
Dalam melakukan pembiayaan linkage program kepada BMT Shar-E, Skim penanaman dana yang digunakan antara BMI dengan BMT Shar-E adalah dengan
akad mudharabah atau musyarakah dengan pola executing atau channeling. Sedangkan hubungan pembiayaan BMT Shar-E dengan anggotanya menggunakan
akad murabahah, mudharabah atau musyarakah. Namun hampir seluruh pembiayaan linkage program yang dilakukan BMI kepada BMT Shar-E menggunakan pola
executing dibandingkan dengan pola channeling. Hal ini didasarkan atas pertimbangan yakni analisis pembiayaan dengan pola executing menurut bank lebih
menguntungkan dibandingkan dengan pola channeling. Disamping itu, pola executing yang dilakukan memiliki perhitungan resiko yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan pola channeling, karena dalam pola executing Bank tidak berhadapan langsung dengan nasabah BMT
155
terkait pembiayaan yang disalurkan, tetapi Bank hanya berurusan dengan BMT sebagai pihak yang menerima pembiayaan dari BMI.
Dalam optimalisasi peran linkage program BUS kepada BMT, penulis berpendapat hendaknya BMI tidak hanya sebatas menggunakan pola executing, tetapi
juga sebaiknya dilakukan pula dengan pola channeling. Walaupun menurut
155
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010.
114
BMI Modal 100
BMTKOP Modal 0
Dealer motor
Anggota BMTKOP
Akad jual beli murabahah
Modal
Bagi hasil keuntungan jual beli 40 Juta
KOP beli 20
perhitungan resiko pola executing lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola channeling. Namun pola channeling ini lebih memperlihatkan komitmen BMI untuk
lebih bermanfaat bagi masyarakat kecil dan UMKM. Hal ini dikarenakan, dalam pola channeling ini, BMI akan berhubungan secara langsung dalam melakukan penyaluran
pembiayaan kepada masyarakat dan UMKM melalui perantara BMT. Resiko kerugian dan keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan ini pun secara langsung
dapat dirasakan oleh BMI. Selain itu, pola ini juga memberikan kemudahan resiko dan keuntungan fee
yang baik bagi BMT karena BMT dalam hal ini hanya sebagai agen yang menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat dan UMKM.
Berikut adalah skema aliansi executing dan channeling yang dilakukan
BMI- BMT Shar-E :
156
Skema Aliansi Executing BMI-BMT dengan akad mudharabah
Akad mudharabah
200 jt Kirim 20 motor
Rp 240 juta
Nisbah 75
Nisbah 25 Rp. 30 Juta
Rp. 10 Jt
Pengambilan modal pokok 100 Rp. 200 Jt
156
Pembiayaan Linkage ke BPRS dan Koperasi Peluang dan Tantangan.ppt, BMI Seminar oleh Muchtar MD Siswoyo, hal. 9-10.
115
BMI Modal 80 Rp. 400 Jt
BMTKOP Modal 20
Rp. 100 Jt
DeveloperKSU
Anggota BMTKOP
Akad jual beli murabahah
Modal
Bagi hasil keuntungan jual beli
Rp 300 Juta JW 5 thn
KOP beli 10 Rumah
BMI Rp. 900 Jt
BMTKOP
Developerlainnya
Anggota BMTKOP
Bagian sewa nasabah
keuntungan sewa Untuk
BMI 15 100 juta
Skema aliansi Executing dengan akad musyarakah
Akad Musyarakah
Rp. 500 Jt Kunci Rumah Rp. 800 Jt
Margin ALCO Nisbah 50
Nisbah 50 Rp. 150 Jt Rp. 150 Jt
Pengambilan Modal Pengambilan Modal
pokok 80 Rp. 400 Jt pokok 20 Rp. 100 Jt
Skema aliansi Channeling
157
Referensi
Akad syirkatul Milk
Margin KPR 13
Ujroh 2
U akuisisi Porsi BMI
157
Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009.
116
Bank Muamalat
Rek. Giro Escrow BMT
Shar-E BMT Shar-E
Anggota Rek. Aktif
Anggota Rek.
Aktif BMT
Alurproses reaslisasi dan pembayaran angsuran kewajiban pembiayaan linkage program BMI dan BMT dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
158
1 4
3 2
3 2
Keterangan : : Alur realisasi dan pembayaran angsuran secara garis besar
: Alur realisasi dan pembayaran angsuran secara teknis
Realisasi dari Bank Muamalat Indonesia ke BMT Shar-E adalah melalui rekening giro berdasarkan daftar nominatif anggota dari BMT Shar-E yang telah
ditandatangani oleh pengurus dan diverifikasi oleh BMI dengan dibubuhi stempel verifikasi, maka Bank Muamalat Indonesia kemudian melakukan pemindah bukuan
rekening giro escrow BMT Shar-E ke rekening masing-masing anggota. Pembayaran angsuran kewajiban dari anggota langsung disetor ditransfer ke
rekening giro Escrow BMT. Bank Muamalat mendebet rekening giro Escrow BMT sebesar kewajiban dari BMT Shar-E. BMT Shar-E juga wajb mengaktifkan mutasi
keuangan usahanya melalui BMI dengan menggunakan rekening aktif BMT Shar-E
158
Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009.
117 Catatan :
Rekening giro Escrow adalah rekening giro penampungan untuk merealisasi penyaluran pembiayaan dan penampungan untuk sumber pengembalian pembiayaan,
tanpa dilengkapi dengan cek dan bilyet giro, sehingga mutasi transaksi rekening giro Escrow terutama pendebetan hanya dapat dilakukan oleh BMI.
Adapun kebijakan umum pembiayaan BMI terhadap BMT sebagai berikut :
159
1. BMT telah beroperasi minimal 2 tahun 2. BMT harus sudah berbadan hukum
3. BMT telah memiliki perizinan terkait lainnya 4. BMT melampirkan daftar nominatif pengajuan dari anggota dan harus sama
dengan plafond pengajuan ke BMI 5. BMT yang telah memilki asset lebih dari 5 Miliar maka laporan keuangannya
harus sudah diaudit oleh akuntan publik 6. NPF BMT maksimal 5 dan BMT dalam keadaan sehat atau tidak dalam
pengawasan pihak terkait 7. BMT harus melakukan mutasi di BMI
8. Nominal pengajuan minimal 40 juta 9. Jangka waktu pembiayaan max 5 tahun
10. Jaminan BMT ke BMI berupa fixed asset An. Salah satu pengurus, minimal
25 dari plafond pengajuan. Sedangkan ketentuan umum bagi BMT Shar-E adalah sebagai berikut :
1. Tujuan penggunaan untuk modal kerja penyaluran pembiayaan kepada anggota 2. Skim penanaman dana :
A. BMI dengan BMT Shar-E : dengan akad mudharabah atau musyarakah dengan pola executing atau channeling.
B. BMT Shar-E dengan anggota : menggunakan akad murabahah, mudharabah atau musyarakah.
3. Sumber pengembalian berasal dari anggota yang telah dievaluasi dan di seleksi oleh BMT Shar-E dengan porsi bagi hasil sesuai kesepakatan antara BMI dengan
BMT Shar-E.
159
Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009.
118 Ketentuan khusus bagi BMT Shar-E dalam mengajukan dan memperoleh
pembiayaan sebagai berikut :
160
1. Usia BMT Shar-E tidak dibatasi 2. BMT Shar-E yang lebih dari 1 tahun memiliki nilai kesehatan cukup sehat
3. Manajemen BMT Shar-E tertib administrasi dan memiliki skill dan track
record yang baik. 4. BMT Shar-E yang meilki asset lebih dari 5 Miliar wajib diaudit oleh akuntan
publik 5. Pengurus BMT Shar-E membuat pernyataan kesanggupan untuk melakukan
penagihan secara maksimal dari anggota yang menunggak 6. Pernyataan dari pengurus BMT Shar-E apabila ada pelunasan dari anggota
maka harus dibayarkan ke BMI sebagai pelunasan juga 7. Pernyataan dari pengurus BMT Shar-E memberikan fidusiacessie dari
anggota yang dibiayai BMI dan BMT sebagai jaminan 8. BMT Shar-
E wajib melakukan cross selling dengan model “close loop transaction”
Persyaratan pembiayaan yang harus di penuhi, yakni :
161
1. Surat permohonan 2. Fotocopy NPWP, SIUP, TDP
3. ADART Koperasi sesuai dengan ADART pedoman BMT Shar-E 4. Surat pengesahan dari Departemen Koperasi
5. Susunan pengurus yang disahkan Dinas Koperasi 6. Laporan keuangan terakhir
7. Laporan RAT bagi yang telah RAT 8. Proyeksi cash flow selama masa pembiayaan
9. Data jaminan dan dokumen lainnya yang menunjang usaha 10. BMT El Shar-E harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat
11. Telah menjual Shar-E minimal 100 kartu 12. Telah memilki modal Simpoksus, Simpok, Simwa minimal Rp. 75 Juta
13. Menyerahkan daftar nominatif dan analisa ringkas anggota yang akan dibiayai
160
Pembiayaan Linkage ke BPRS dan Koperasi Peluang dan Tantangan.ppt, BMI Seminar oleh Muchtar MD Siswoyo, hal. 5.
161
Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009
.
119 Ketentuan Umum anggota yang dibiayai sebagai berikut :
162
1. Target market disesuaikan dengan BMI 2. Tujuan penggunaan untuk modal kerja, investasi, atau konsumtif
3. Lama usaha minimal 1 tahun 4. Memiliki performance usaha yang baik
5. Kebutuhan anggota sudah jelas di nominatif yang diajukan BMT dan telah
diseleksi BMT 6. Bukti pembelian barang penggunaan dana diserahkan ke BMT Shar-E dan
BMT Shar-E membuat surat pernyataan telah menerima bukti dari anggota kepada BMI
7. Kewajiban anggota tidak melebihi 40 dari take home pay untuk pegawai Konsumtif serta 70 dari laba usaha untuk usaha
8. Untuk pembiayaan karyawan harus ada MOU dengan perusahaan tempat anggota bekerja dibuktikan dengan MOU
9. Anggota wajib membuat SK potong gaji yang ditandatangani oleh bendahara dan atasan bendahara perusahaan
10. Anggota yang mendapat pembiayaan harus dicover asuransi Persyaratan terkait hubungan dengan lembaga lainnnya, yakni :
163
1. BMT Shar-E dilarang membiayai anggota yang terbukti atau diketahui memiliki pembiayaan bermasalah baik dari BMT atau lembaga lainnya
2. BMT Shar-E dilarang memiliki dan mengaktifkan rekening di bank atau lembaga keuangan lainnya
Ketentuan jangka waktu pembiayaan :
164
1. Jangka waktu pembiayaan dari BMI ke BMT maksimal 5 tahun 2. Jangka waktu pembiayaan dari BMT ke anggota tidak boleh melebihi fasilitas
dari BMI ke BMT 3. Jangka waktu anggota yang akan dibiayai tidak boleh melebihi masa usia
pensiun bagi karyawanpegawai
162
Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009.
163
Presentasi Bali Mei 2009, Microfinancing Acceleration Throught Alliance Program.ppt, oleh Bpk. Agus Khalifatullah, hal. 18.
164
Ibid., hal. 18.
120 Ketentuan jaminan :
165
1. Fidusia atau tagihan kewajibanpiutang atas anggota yang dibiayai BMI- BMT 2. Cash collateral bila diperlukan
3. Fixed asset bila diperlukan harta pengurus yang di jaminkan 4. Asuransi penjaminan
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa pola hubungan penyaluran pembiayan yang terjalin antara BMI dan BMT Shar-E dilakukan dengan beberapa ketentuan dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh BMT Shar-E. Ketentuan dan persyaratan diatas harus dipenuhi oleh BMT Shar-E dengan tujuan agar BMT memperoleh pembiayaan
linkage program dari BMI. Dan dari sisi BMI, ketentuan dan persyaratan tersebut menjamin dana pembiayaan yang diberikan oleh BMI agar tetap aman dalam
pengelolaannya dan memperoleh keuntungan dari bagi hasil usaha yang dikelola oleh BMT Shar-E. Disamping itu, penulis menilai bahwa persyaratan yang harus dipenuhi
BMT Shar-E lebih mudah bila dibandingkan dengan BMT non Shar-E karena BMT Shar-E diberikan perlakukan khusus dalam pengajuan pembiayaan kepada BMI.
Namun yang perlu menjadi perhatian dalam hal penyaluran pembiayaan linkage program ini yakni pembayaran angsuran BMT kepada BMI dimana dilakukan
dengan system pembayaran angsuran diawal yang besar melebihi nisbah bagi hasilnya dan selanjutnya mengalami penurunan pembayaran angsuran setiap
bulannya. Sistem seperti ini menurut penulis agak memberatkan BMT Shar-E dalam pembayaran angsuran diawal, karena harus mengeluarkan biaya angsuran yang besar
165
Ibid., hal. 19.
121 melebihi keuntungan bagi hasil yang diperoleh BMT dari nasabah. Walaupun untuk
bulan-bulan selanjutnya mengalami penurunan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam linkage program antara BMI
dengan BMT shar-E diantaranya adalah paradigma BMT terkait kerjasama ini yang dalam pendiriannya biasanya ingin dibiayai oleh BMI. Sedangkan BMI memberikan
pembiayaan jika sesuai dengan juknissyarat-syarat yang dibuat. Sehingga kemudian ada kesan sulit bagi BMT Shar-E dalam mengajukan dan mendapatkan pembiayaan
BMI.
166
Hal ini disebabkan karena kendala intern BMT Shar-E sendiri yang belum bisa memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditentukan BMI dalam
memperoleh pembiayaan linkage program diantaranya belum memiliki legalitas badan hukum, kondisi keuangan BMT yang kurang baik dan lain-lain. Sedangkan
permasalahan dari pihak BMI sendiri yakni pemberian pembiayaan kepada BMT terkadang tidak cepat lama proses dan jangka waktunya karena harus melalui
prosedur yang telah ditetapkan.
166
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010.
122
B. Analisis