Mudharabah muthlaqah, yaitu mudharabah untuk kegiatan usaha yang Mudharabah muqayyadah, yaitu mudharabah untuk kegiatan usaha yang Usaha Ekonomi Produktif Analisis

37

3. Bentuk-Bentuk Mudharabah

Bentuk mudharabah ada 2 jenis, yakni : 54

A. Mudharabah muthlaqah, yaitu mudharabah untuk kegiatan usaha yang

cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana.

B. Mudharabah muqayyadah, yaitu mudharabah untuk kegiatan usaha yang

cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana.

B. KONSEP

PENYALURAN PEMBIAYAAN MELALUI LINKAGE PROGRAM 1. Pengertian linkage program Linkage program adalah kerjasama penyaluran dana dari bank umum kepada atau melalui BPRBPRS dalam rangka pembiayaan kepada nasabah mikro dan kecil. 55 Linkage tidak dikenal didalam literatur Islam, namun jika dilihat dari maknanya yaitu mengaitkan dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan dengan cara sharing resource, maka linkage memiliki kedekatan dengan pengertian ukhuwah yang artinya persaudaraan sebagai lawan dari khushuwah atau permusuhan. 56 54 Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, hal. B-1. 55 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM, hal. 309. 56 Bank Indonesia, Linkage Antar LKS, Jakarta :Bank Indonesia, 2004, hal. 22. 38 Sebagaimana dalam surat al-Hujuraat 49 ayat 10 :             Artinya : ”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” Linkage p rogram yang dicanangkan semenjak tahun 2002 merupakan kerjasama antara bank umum dan BPRS yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran kredit BPRS dan efisiensi pelaksanaan skim kredit bank umum, terutama untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil UMK. Dengan linkage program ini, maka pembiayaan bank umum kepada UMK diharapkan lebih optimal karena BPRBPRS memiliki keahlian dan pengalaman dalam menangani pembiayaan UKM. Dan juga, diharapkan bisa menjadi sinergi berkesinambungan antara bank umum dan BPRBPRS untuk menggerakkan sektor riil. 57 Selain Linkage Program antara Bank Umum dengan BPR, Bank Indonesia juga telah memfasilitasi penandatanganan SP3K antara Bank Umum dengan Koperasi dan Baitul Maal Wa Tamwil BMT sejak bulan Agustus 2007. Melalui Linkage Program, keterbatasan jaringan yang dialami oleh bank umum dalam menyalurkan kreditnya dapat diatasi. Sedangkan keterbatasan pembiayaan yang dirasakan oleh BPRS, Koperasi, BMT dan lembaga keuangan lainnya dapat pula teratasi melalui 57 Bank Indonesia, “Lampiran Siaran Pers No.1111PSHMHumas : Daftar Bank Umum Pelaku Penandatangan Linkage Program pada Rabu, 1 April 2009 ”. 39 program ini, sehingga melalui Linkage Program dapat tercipta sinergi yang akhirnya mampu mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan dan mengembangkan potensi UMK. 58 Linkage program BUS dengan koperasi ini dilatarbelakangi oleh kendala yang dihadapi UMKM dalam menjalankan dan mengembangkan usaha yakni masalah permodalan baik keterbatasan kepemilikan modal maupun kesulitan dalam mengakses sumber pembiayaan yang sampai saat ini masih merupakan kendala bagi Usaha Mikro dan Kecil UMK dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh UMK di bidang pembiayaan antara lain: a. Masih rendahnya kredibilitas UMK dari sudut analisis perbankan; b. Persyaratan administrasi dan prosedur pengajuan usulan pembiayaan yang rumit dan birokratis; c. Adanya persyaratan kesediaan jaminan berupa agunan yang sulit untuk dipenuhi oleh UMK; d. Informasi yang kurang merata asimetri tentang layanan perbankan dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh UMK, serta e keterbatasan jangkauan pelayanan dari lembaga keuangan, khususnya perbankan. 59 Untuk mengatasi kendala di bidang pembiayaan tersebut, maka perlu dilakukan upaya peningkatkan dan perluasan akses kepada sumber-sumber pembiayaan, dengan mensinergikan lembaga keuangan bank termasuk bank umum peserta Kredit Usaha Rakyat KUR dengan Koperasi, melalui Linkage Program 58 Ibid., 59 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, hal. 1. 40 antara Bank Umum dengan Koperasi, khususnya Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi KSPUSP-Koperasi dan Koperasi Jasa Keuangan SyariahUnit Jasa Keuangan Syariah Koperasi KJKSUJKS-Koperasi, yang saling mendukung, memperkuat serta menguntungkan, baik dengan pola konvensional maupun pola syariah. 60 Tujuan dari linkage program bank umum dengan koperasi ini adalah : 61 1. Memperluas dan meningkatkan akses UMK terhadap fasilitas kreditpembiayaan modal kerja dan atau investasi melalui Linkage Program antara bank umum dengan koperasi; 2. Mengembangkan kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR dengan koperasi; 3. Meningkatkan peran KSPUSP-Koperasi dan KJKSUJKS-Koperasi sebagai lembaga keuangan mikro yang mampu melayani UMK dalam mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan, terutama untuk daerah- daerah yang jauh dari layanan perbankan. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam linkage program bank umum dengan koperasi ini yakni : 62 1. Tersalurnya kreditpembiayaan untuk modal kerja dan atau investasi dari bank umum termasuk bank umum peserta KUR kepada UMK melalui Linkage Program antara bank umum dengan koperasi; 2. Terwujudnya kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR dengan koperasi; 3. Terwujudnya peningkatan modal kerja dan atau investasi bagi UMK yang disalurkan melalui koperasi; 4. Terwujudnya peningkatan produktivitas koperasi, usaha mikro dan kecil anggota koperasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. 60 Ibid., hal. 1. 61 Ibid., hal. 2 62 Ibid., hal. 2. 41

2. Manfaat Linkage Program

Ada dua implikasi manfaat dalam pelaksanaan linkage program ini, yakni :

a. Manfaat bagi bank umum

63 Program linkage ini tidak saja memberikan manfaat bagi pengguna jasanya, tetapi juga memberikan manfaat bagi bank umum itu sendiri, yaitu: 1. Diversifikasi portofolio kredit jenis kredit, sektor ekonomi, wilayah 2. Profitable, karena pinjaman diberikan dengan suku bunga pasar untuk konvensional dan bagi hasil untuk bank syariah 3. Potensi pasar cukup besar dan nasabah UKM dapat naik kelas menjadi nasabah baru bank umum 4. Overhead dan handling cost relatif rendah 5. Salah satu alternatif merealisasikan bussiness plan untuk pembiayaan usaha mikro

b. Manfaat bagi BPRBPRS, KoperasiKoperasi Syariah dan BMT

Manfaat linkage program bagi BPRS, KoperasiKoperasi Syariah dan BMT diantaranya : 1. Meningkatkan kapasitas penyaluran kreditpembiayaan BPRBPRS, KoperasiKoperasi Syariah dan BMT dan lembaga keuangan mikro lainnya dalam pembiayaan usaha mikro dan kecil UMK 2. Teratasinya keterbatasan pembiayaan yang dirasakan oleh BPRBPRS, KoperasiKoperasi Syariah dan BMT dan lembaga keuangan mikro lainnya 64 63 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM, hal. 308. 64 Bank Indonesia, “Lampiran Siaran Pers No.1111PSHMHumas : Daftar Bank Umum Pelaku Penandatangan Linkage Program pada Rabu, 1 April 2009 ”. 42

3. Bentuk Linkage Program

Modal linkage program yang dilakukan antara bank umum dengan koperasi KJKS sama dengan model linkage program yang dilakukan antara BUS dengan BPRS. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, model linkage program yang dilakukan ada 3 bentuk, yakni : Executing, Channeling dan Joint Financing Model-Model Linkage Program BUSUUS-Koperasi 65 Executing Channeling Joint Financining BUSUUS BUSUUS BUSUUS KOPKJKSBMT KOPKJKSBMT KOPKJKSBMT UMK UMK UMK Berikut adalah penjelasan dari masing-masing pola linkage program :

a. Executing

Executing adalah pembiayaan yang diberikan oleh bank umum kepada koperasi dalam rangka pinjamanpembiayaan untuk disalurkan kepada anggota 65 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program, Jakarta : Direktorat Penelitian dan Pengaturan Tim Arsitektur Indonesia. 43 koperasi dimana KoperasiKJKSBMT memiliki kewenangan memutus pembiayaan ke UMK. Pencatatan di Bank Umum sebagai pembiayaan kepada koperasi, sedangkan pencatatan di koperasi sebagai pinjaman kepada anggota koperasi. 66 Aqad yang terjadi antara BUS dengan KJKSBMT adalah mudharabah sedangkan aqad antara KJKSBMT dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. Dalam hal resiko pembiayaan, apabila kegagalan pembiayaan karena kerugian bisnis secara normal normal business loss, maka risiko ditanggung oleh KJKSUJKS-Koperasi. 67 Bentuk executing ini relatif paling banyak dipilih oleh bank yang menyediakan dana dengan pertimbangan untuk mengurangi resiko yang disebabkan yakni adanya pembiayaan bermasalah. Mengingat resiko menjadi beban bagi bank penyalur, maka bank penyalur harus bekerja keras agar pembiayaan yang disalurkan tidak macet. Meskipun tidak selalu terjadi, namun pola executing menempatkan bank penyedia dana lebih tinggi posisi tawar menawarnya dibandingkan bank penyalur. 68 66 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, hal. 8. 67 Ibid., hal. 11. 68 Bank Indonesia, Linkage Antar LKS, hal. 31. 44 Model Linkage Program antara BUS dan KJKSBMT dengan pola Executing 69 Laporan Bank Umum Syariah Bank Indonesia Supervisi KJKSBMT UMK Perjanjian pembiayaan Bank Umum KJKSBMT Pembukuan pembiayaan BUS : pembiayaan ke KJKSBMT KOPKJKSBMT: Pembiayaan kepada anggota Risiko KJKSBMT KJKSBMT

b. Channeling

Channeling adalah pinjamanpembiayaan yang diberikan oleh bank umum kepada anggota koperasi melalui koperasi yang bertindak sebagai agen dan tidak mempunyai kewenangan memutus pembiayan kecuali mendapat surat kuasa dari Bank Umum. Pencatatan di Bank Umum sebagai pinjamanpembiayan kepada anggota koperasi, sedangkan pencatatan di koperasi pada off balance sheet. 70 69 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM, hal. 309. 70 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, Hal. 8. 45 Aqad yang terjadi antara BUSUUS dengan KoperasiKJKSBMT adalah waqalah. Sedangkan aqad antara KoperasiKJKSBMT dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. Risiko pembiayaan kepada anggota koperasi, apabila kegagalan pembiayaan karena kerugian bisnis secara normal normal business loss, maka risiko ditanggung oleh BUSUUS. 71 Pola channeling financing adalah pengimplementasian syirkah mudharabah dan dapat pula digunakan dengan akad wakalah. Mudharabah berarti yang dihasilkan adalah bagi hasil sedangkan wakalah medapatkan fee. Berikut adalah skema pada masing-masing bentuk kerjasama dengan pola channeling financing. 72 SKEMA 1 73 Akad Mudharabah Dana bank 100 KOPKJKSBMT BUSUUS Akad mudharabahbagi hasil Nisbah KOPKJKSBMT : Pengusaha = 25 : 75 Proyeksi Usaha Yield 15 Proyeksi keuntungan 100 Pengusaha Nisbah 40 Proyeksi Nisbah Bagi hasil Nisbah 60 KOPKJKSBMT 25 71 Ibid., hal. 12. 72 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM, hal. 312-315. 73 Ibid., hal. 312. 46 Keterangan: Dalam skema ini, kerjasama dilakukan menggunakan pola channeling dengan akad mudharabah bagi hasil dengan dengan jangka waktu tertentu. Porsi dana yang berasal dari BUS sebesar 100 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT sebesar 0. Pengembalian dana kepada BUS sesuai dengan angsuranpembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima tersebut kemudian akan dibagihasilkan antara BUS dengan KOPKJKSBMT sesuai kesepakatan. Pencatatan dalam skema ini di BUSUUS sebagai pembiayaan kepada KOPKJKSBMT, sedangkan pencatatan di KOPKJKSBMT sebagai pembiayaan ke UKM. SKEMA 2 74 Akad mudharabah Dana bank 100 KOPKJKSBMT BUSUUS Akad murabahah Ekuivalent Yield 15 Nasabah Usaha Nisbah 40 Keuntungan Nisbah 60 Harga jual 25 Keterangan : Dalam skema ini, kerjasama dilakukan menggunakan pola channeling dengan akad mudharabah bagi hasil dengan jangka waktu tertentu. Porsi dana yang berasal dari BUS sebesar 100 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT 74 Ibid., hal. 313. 47 sebesar 0. Selanjutnya KOPKJKSBMT menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui BUSUUS dengan skim murabahah jual beli. Dalam hal ini, nasabah melakukan pembayaran melalui KOPKJKSBMT sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. KOPKJKSBMT kemudian mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuranpembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima oleh KOPKJKSBMT selanjutnya akan dibagihasilkan antara BUS dengan KOPKJKSBMT sesuai kesepakatan. Pencatatan di BUSUUS sebagai pembiayaan ke KOPKJKSBMT dan pencatatan di KOPKJKSBMT sebagai pembiayaan ke UKM. SKEMA 3 75 Akad wakalah KOPKJKSBMT BUSUUS O Akad Murabahah Dana Bank 100 Ekivalent Nasabah Usaha Ekuivalent Yield 10 Yield 15 FeeUjrah 40 Keuntungan Feeujrah 40 Harga Jual 25 Keterangan: Dalam skema ini, kerjasama dilakukan menggunakan pola channeling dengan akad pembiayaan wakalah. Porsi dana yang berasal dari BUS sebesar 100 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT sebesar 0. Selanjutnya 75 Ibid., hal. 314. 48 KOPKJKSBMT menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui BUSUUS dengan skim murabahah jual beli. Dalam hal ini, nasabah melakukan pembayaran melalui KOPKJKSBMT sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. KOPKJKSBMT kemudian mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuranpembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima seluruhnya untuk BUS, sedangkan KOPKJKSBMT diberikan feeujrah sesuai kesepakatan. Pencatatan di BUSUUS sebagai pembiayaan ke UKM 100 dan pencatatan di KOPKJKSBMT sebagai rekening administratif KOPKJKSBMT secara off BS. SKEMA 4 76 Akad wakalah KOPKJKSBMT BUSUUS O Akad Mudharabah Dana Bank 100 Nisbah KOPKJKSBMT : Pengusaha = 25 : 75 Ekuivalent Ekuivalent Yield 10 Usaha dengan Yield 15 proyeksi keuntungan 100 FeeUjrah 40 Pembagian keuntungan Feeujrah 40 BUSUUS =25 Keterangan : Dalam skema ini, kerjasama ini dilakukan menggunakan pola channeling dengan akad pembiayaan wakalah. Porsi dana yang berasal dari 76 Ibid., hal. 315. 49 BUS sebesar 100 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT sebesar 0. Selanjutnya KOPKJKSBMT menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui BUSUUS dengan skim mudharabah bagi hasil. Nasabah melakukan pembayaran melalui KOPKJKSBMT sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. KOPKJKSBMT kemudian mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuranpembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima seluruhnya untuk BUS, sedangkan KOPKJKSBMT diberikan feeujrah sesuai kesepakatan. Pencatatan di BUSUUS sebagai pembiayaan ke UKM 100 dan pencatatan di KOPKJKSBMT sebagai rekening administratif KOPKJKSBMT secara off BS. Kesimpulannya, kerjasama channeling antara BUSUUS dengan KOPKJKSBMT ini dapat dilakukan dengan akad mudharabah ataupun wakalah. Porsi dana BUSUUS sebesar 100 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT sebesar 0. Bila dilakukan dengan akad mudharabah, KOPKJKSBMT akan mendapatkan bagi hasil dari pendapatan yang diperoleh sedangkan bila menggunakan akad wakalah maka KOPKJKSBMT akan mendapatkan imbalan berupa feeujrah sesuai kesepakatan bersama.

c. Joint Financing

Joint financing adalah pembiayaan bersama oleh bank umum dan koperasi terhadap anggota koperasi. Kewenangan memutus pembiayaan ada 50 pada BUSUUS dan KOPKJKSBMT. Pencatatan outstanding credit bagian Bank Umum dan bagian Koperasi sebesar porsi pembiayaan kepada anggota koperasi. 77 Aqad yang terjadi antara BUSUUS dengan KOPKJKSBMT adalah musyarakah sedangkan aqad antara KOPKJKSBMT dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. Risiko pembiayaan kepada anggota Koperasi, apabila kegagalan pembiayaan karena kegagalan bisnis secara normal normal business loss, maka risiko ditanggung bersama antara BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi sesuai dengan porsinya. 78 Model linkage program dengan pola joint financing dilakukan dengan skema sebagai berikut : SKEMA 1 79 Akad Musyarakah Partial dana 20 Partial dana 80 KOPKJKSBMT BUSUUS Akad mudharabah Nisbah KOPKJKSBMT: Pengusaha = 24:76 Proyeksi Usaha Proyeksi laba 100tahun Yield 15 Nisbah KOPKJKSBMT: BUSUUS = 50:50 Nisbah 50 Proyeksi Nisbah Bagi hasil Nisbah 50 KOPKJKSBMT 25 77 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, hal. 8. 78 Ibid., hal. 12-13. 79 Ibid., hal. 317-318. 51 Keterangan : Dalam skema ini, kerjasama ini dilakukan menggunakan pola joint financing dengan akad pembiayaannya adalah musyarakah bagi hasil. Porsi dana yang berasal dari BUS sebesar 80 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT sebesar 20. Selanjutnya KOPKJKSBMT menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui BUSUUS dengan skim mudharabah bagi hasil. Nasabah kemudian melakukan pembayaran melalui KOPKJKSBMT sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. KOPKJKSBMT selanjutnya mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuranpembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima seluruhnya kemudian akan dibagihasilkan antara BUSUUS dan KOPKJKSBMT sesuai kesepakatannya. Pencatatan di BUSUUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya dan pencatatan di KOPKJKSBMT sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya. Sedangkan pembiayaan dari BUSUUS dicatat di rekening administratif KOPKJKSBMT secara off BS. 52 SKEMA 2 80 Akad Musyarakah Partial dana 20 Partial dana 80 KOPKJKSBMT BUSUUS Akad Murabahah Proyeksi Yield Nasabah Usaha Nisbah 50 Keuntungan Nisbah 50 Harga jual 24 Keterangan : Dalam skema ini, kerjasama ini dilakukan menggunakan pola joint financing dengan akad pembiayaannya adalah musyarakah bagi hasil. Porsi dana yang berasal dari BUS sebesar 80 sedangkan porsi dana KOPKJKSBMT sebesar 20. Selanjutnya KOPKJKSBMT menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah yang telah disetujui BUSUUS dengan skim murabahah jual beli. Nasabah kemudian melakukan pembayaran melalui KOPKJKSBMT sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama. KOPKJKSBMT selanjutnya mengembalikan dana kepada BUS sesuai dengan angsuranpembayaran yang diterima dari nasabah. Pendapatan yang diterima seluruhnya kemudian akan dibagihasilkan antara BUSUUS dan KOPKJKSBMT sesuai kesepakatannya. 80 Ibid., 317-318. 53 Pencatatan di BUSUUS sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya dan pencatatan di KOPKJKSBMT sebagai pembiayaan ke UMK sesuai porsinya. Sedangkan pembiayaan dari BUSUUS dicatat di rekening administratif KOPKJKSBMT secara off BS. Berikut adalah rangkuman ketentuan linkage program BUSUUS dengan Koperasi-KJKS 81 No Kriteria Executing Channeling Joint Financing 1. Definisi Pinjaman yang diberikan oleh bank umum kepada koperasi dalam rangka pinjamanpembiayaan untuk disalurkan kepada anggota Koperasi. Pencatatan di Bank Umum sebagai pinjaman kepada Koperasi, sedangkan pencatatan di koperasi sebagai pinjaman kepada anggota koperasi. Akad antara BUSUUS dengan KOPKJKSBMT adalah mudharabah Akad antara KOPKJKSBMT dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK Pinjamanpembiayaan yang diberikan oleh bank umum kepada anggota koperasi melalui koperasi yang bertindak sebagai agen dan tidak mempunyai kewenangan memutus pembiayan kecuali mendapat surat kuasa dari Bank Umum. Pencatatan di Bank Umum sebagai pinjamanpembiayan kepada anggota koperasi, sedangkan pencatatan di Koperasi pada off balance sheet. Aqad antara BUSUUS dengan KoperasiKJKSBMT adalah Waqalah. Aqad antara KoperasiKJKSBMT dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. Pembiayaan bersama oleh bank umum dan koperasi terhadap anggota koperasi. Kewenangan memutus pembiayaan ada pada BUSUUS dan KOPKJKSBMT. Pencatatan outstanding credit bagian Bank Umum dan bagian Koperasi sebesar porsi pembiayaan kepada anggota koperasi. Aqad antara BUSUUS dengan KOPKJKSBMT adalah Musyarakah Aqad antara KoperasiKJKSBMT dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. 2. Resiko kredit kepada nasabah Apabila kegagalan pembiayaan karena normal bussiness loss, maka resiko ditanggung oleh : KOPKJKSBMT BUSUUS Bersama antara BUSUUS dengan KOPKJKSBMT sesuai dengan porsinya 3. Distribusi pendapatan sesuai dengan nisbah yang disepakati antara BUSUUS dan BUSUUS memperoleh pendapatan dari nisbah bagi hasilmargin yang disepakati BUSUUS memperoleh pendapatan dari nisbah bagi hasilmargin yang 81 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi. 54 KJKSUJKS-Koperasi dengan UMK; KJKSUJKS-Koperasi mendapatkan fee yang besarnya disepakati antara BUSUUS dengan KJKSUJKS-Koperasi; disepakati dengan UMK; Pembagian pendapatan antara BUSUUS dengan KJKSUJKS-Koperasi sesuai dengan porsi yang disepakati; 4. Penentuan besarnya nisbah bagi hasilmargin bagi anggota koperasi, merupakan kesepakatan bersama dengan mempertimbangkan harga pasar untuk sektorbidang usaha UMK yang dibiayai; 5. Target nasabah pembiayaan Sepenuhnya wewenang KJKSUJKS-Koperasi Sepenuhnya wewenang BUSUUS Kesepakatan antara BUSUUS dengan KJKSUJKS-koperasi 6. Limit plafond pembiayaan Besar kreditpembiayaan yang dapat disalurkan kepada Peserta Linkage Program dengan Bank Umum sesuai kesepakatan, 7. Jaminan utama KJKS UJKS- koperasi kepada BUSUUS Jaminan, sesuai Undang- undang Perbankan dan ketentuan perbankan yang berlaku; -------------------------------------- ----------------------------------- 8. Jaminan anggota Koperasi, sesuai yang dipersyaratkan KJKSUJKS-Koperasi; Jaminan anggota Koperasi, sesuai Undang-undang Perbankan dan ketentuan perbankan yang berlaku; Jaminan anggota Koperasi, sesuai Undang- undang Perbankan dan ketentuan perbankan yang berlaku; 9. Akad pembiayan kepada UMK Akad Pembiayaan kepada anggota koperasi, dilakukan oleh KJKSUJKS-Koperasi; Akad pembiayaan kepada anggota Koperasi, dilakukan oleh KJKSUJKS-Koperasi untuk dan atas nama BUSUUS; Akad pembiayaan kepada anggota Koperasi, dilakukan oleh KJKSUJKS-Koperasi untuk dan atas nama BUSUUS; 10. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka Linkage Program, Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka Linkage Program, maksimal 1 satu bulan setelah data dan persyaratan dipenuhi secara lengkap. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka Linkage Program, maksimal 1 satu bulan setelah data dan persyaratan lengkap dipenuhi. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka Linkage Program, maksimal 1 satu bulan setelah data dan persyaratan lengkap dipenuhi. 55

4. Pola Luas Linkage Program antara Lembaga Keuangan Syariah

Pola luas linkage program yang terjadi antara lembaga keuangan syariah yang ada, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Dalam menyalurkan pembiayaan, Bank Umum Syariah dapat bermitra dengan BPRS untuk kemudian disalurkan kepada LKMS BMT dan LKMS BMT menyalurkannya kepada UMKM 2. Bank Umum Syariah dapat bermitra dengan BPRS untuk kemudian langsung disalurkan sendiri oleh BPRS kepada UMKM 3. Bank Umum Syariah dapat bekerjasama dengan IPTA Institusi Penyedia Technical Assistance seperti PINBUK, Permodalan BMT, dan lain-lain untuk bermitra dengan LKMS BMT yang kemudian dari BMT akan disalurkan kepada UMKM 4. Bank Umum Syariah juga dapat menyalurkan pembiayaan dengan cara membentuk unit mikro bank yang kemudian melalui unit tersebut pembiayaan dapat disalurkan kepada UMKM. Dibawah ini adalah bagan pola luas linkage program bank syariah : 82 82 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program, Jakarta : Direktorat Penelitian dan Pengaturan Tim Arsitektur Indonesia, hal. 12. 56

5. Kode Etik Peserta Linkage Program Pola Syariah

Dalam mendukung suksesnya linkage program ini, ada beberapa kode etik yang harus dipenuhi oleh para peserta linkage program diantaranya : 83 1. Bagi anggotamitra pembiayaan KJKSUJKS yang telah naik kelas dari debitur mikro menjadi kecils dan memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar, namun KJKSUJKS-Koperasi tidak mampu membiayai, maka BUSUUS dapat membiayai anggota KJKSUJKS-Koperasi dimaksud dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat; 2. BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi harus transparan dalam memberikan dan menyampaikan informasi yang terkait dengan Linkage Program sejauh tidak melanggar ketentuan yang berlaku seperti: laporan keuangan, struktur pendanaan dan profil kopersi company profile; 3. Bagi KJKSUJKS-Koperasi, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu sohibul maal mitra pembiayaan BUSUUS; 4. BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi yang melaksanakan Linkage Program dengan pola joint financing dan channeling, tidak diperkenankan membebani debitur dengan marginnisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari harga pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai; 83 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi. hal 13-14. 57 5. KJKSUJKS-Koperasi yang mengikuti Linkage Program harus memelihara predikat penilaian kesehatan; 6. Setiap pelanggaran kode etik di atas oleh BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi dilaporkan kepada Bank Indonesia dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Sedangkan norma yang diperlukan untuk kesuksesan linkage program ini diantaranya : 84 1. Niat segala aktivitas sebagai ibadah 2. Kesejajaran 3. Kejujuran 4. Amanah 5. Keterbukaan 6. Orientasi pada proses 7. Orientasi pada jangka panjang 8. Orientasi pada kualitas 9. Konsisten 10. Tolong menolong 11. Saling mengingatkan 12. Keteladanan 13. Pertanggungjawaban sampai hari akhir 84 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program, hal .20. 58 BAB III PROFIL BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BMT SHAR-E A. Profil Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Bank Muamalat Indonesia 85 Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Rabiuts Tsani 1412H 1 November 1991. Pendirian BMI ini digagas oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI dengan dukungan Pemerintah Republik Indonesia. Modal awal BMI diperoleh dari sejumlah pribadi, pengusaha serta pejabat muslim dengan nominal sebesar Rp 84 Miliar. Tambahan modal awal diperoleh dari masyarakat, sehingga melengkapi jumlah modal awal menjadi total sebesar Rp 106 Miliar. Acara pengumpulan modal dilaksanakan di Istana Presiden Bogor, Jawa Barat . BMI m ulai beroperasi pada tanggal 27 Syawwal 1412 H1Mei 1992. Sejak mulai beroperasi pada tahun 1992, Bank Muamalat secara aktif ikut mempromosikan pendirian dan pengembangan industri perbankan dan bisnis keuangan syariah lainnya seperti : Asuransi syariah pertama Takaful , Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS, PINBUK, Bisnis pegadaian syariah Al- rahnu, Muamalat Institute MI, Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat DPLK Muamalat, dan Baitulmaal Muamalat BMM. 85 Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2009, hal 4-7. 59 Pada tahun 2004, BMI Meluncurkan produk Shar-E, produk tabungan instant pertama. Shar-E terjual di seluruh wilayah Indonesia melalui jaringan Bank Muamalat serta ribuan jaringan online Kantor Pos SOPP. Shar-E kemudian menjadi produk bank dengan pertumbuhan tercepat dengan pencapaian lebih dari 2 juta pemegang kartu dalam 4 tahun. Saat ini 2009, total jumlah nasabah Bank Muamalat telah mencapai sekitar 3 juta nasabah. Dan pada tahun 2009 ini, BMI membuka cabang internasional pertama di Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai bank pertama dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Pada tahun ini pula BMI melaksanakan pergantian manajemen pada bulan Juli 2009. Dari sisi keuangan, berdasarkan laporan keuangan audited, pada akhir 2009 total aset mencapai Rp 16.027,18 miliar atau tumbuh 27,09 yoy, yang berasal dari Dana Pihak Ketiga DPK sebesar Rp 13.316,90 miliar, dan disalurkan pada aktivitas pembiayaan sebesar Rp 11.428,01 miliar serta investasi syariah lainnya.

2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia

86 VISI Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi dipasar rasional. 86 Ibid., hal. 1. 60 MISI Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stakeholder.

3. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia

87 87 Ibid., hal. 96. 61

4. Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia

Produk Penghimpunan Dana 88 Produk PEMBIAYAAN 89 Produk Jasa 90 Jasa Layanan 91 1. Shar-E 2. Tabungan Ummat 3. TabunganKu 4. Tabungan Haji Arafah dan Arafah Plus 5. Deposito Mudharabah 6. Deposito Fulinves 7. Giro Wadi’ah 8. Kas Kilat 9. Dana Pensiun Muamalat

1. Pembiayaan

Jual Beli  Murabahah  Salam  Istishna’  Musyarakah  Musyarakah Mutanaqisah  Mudharabah

2. Pembiayaan

Sewa  Ijarah  Ijarah Muntahia Bittamlik IMBT  Qardh 1. Perwakilan Wakalah 2. Penjaminan Kafalah 3. Penanggungan Hawalah 4. Gadai Rahn 1. ATM 2. SalaMuamalat 3. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah ZIS 4. Jasa-jasa lain Bank seperti transfer, collection, standing instruction, bank draft, referensi bank. 88 Ibid., hal. 106-108. 89 Ibid., hal. 109-111. 90 Ibid., hal. 111-112. 91 Ibid., hal. 112. 62

5. Ikhtisar Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia Beberapa Tahun Terakhir

92 92 Ibid., hal. 9. 1

B. PROFIL BMT Shar-E 1.

BMT JAYAKARTA EL-QAYYUUM a. VISI dan MISI BMT Jayakarta El-Qayyum Visi Menjadi lembaga keuangan mikro yang sehat dan sesuai syariat Islam, berkembang dan terpercaya, yang mampu melayani anggota dan masyarakat dalam rangka mencapai kehidupan yang penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan lahir maupun batin. Misi Mengembangkan BMT sebagai gerakan pembebasan umat Islam dari sistem perekonomian ribawi, gerakan pemberdayaan masyarakat, dan gerakan keadilan sehingga terwujud kualitas umat Islam dan masyarakat yang penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan lahir maupun batin.

b. Latar Belakang Pendirian BMT JAYAKARTA EL-QAYYUUM

Pendirian BMT Jayakarta El-Qayyum dilatar belakangi oleh penerimaan dana-dana dari masyarakat melalui zakat, infaq, shodaqoh, kotak tromol Jumat maupun hari keagamaan lainnya, dan lain-lain kepada Masjid JAYAKARTA yang perlu dilakukan tata kelola yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan maupun prinsip-prinsip syariat Islam. 64 Ketua Christiono Wakil ketua Anas F. Kemudian keberadaan para pedagang didalam lingkungan Masjid JAYAKARTA telah banyak memberikan kontribusi kepada masjid dalam konteks memakmurkan masjid demi kemaslahatan masyarakat. Pada sisi lain, terdapat potensi yang tidak dapat dikatakan kecil dari para pedagang tersebut karena adanya transaksi perekonomian usaha mikro yang baik, dan bahkan saat ini telah terbentuk forum atau paguyuban diantara pedagang tersebut. Potensi ini perlu memperoleh perhatian yang serius agar tetap dapat berjalan dan berputar serta mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bagi para pelakunya. Dengan pertimbangan-pertimbangan latar belakang tersebut diatas, Pengurus Masjid JAYAKARTA Periode Tahun 2009-2012 SK Direksi PT. JIEP Nomor 05 Tahun 2009 Tgl. 2 Maret 2009 memprogramkan pendirian Baitul Maal wat Tamwil BMT Masjid Jayakarta, bekerjasama dengan JAMSOSTEK Program Jamsostek Informal, BMI, dan PINBUK. 93

c. Struktur Organisasi BMT Jayakarta El-Qayyum

93 Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009 BMI Masyarakat pendiri PINBUK Bendahara Wakil BMI Sekretaris Wakil PINBUK 65 Manajer Staff Penggalangan Dana dan Hubungan Pelayanan Masyarakat Pembukuan dan Kasir Bu.Ria Staff Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil serta Staff Administrasi

d. Produk BMT JAYAKARTA EL-QAYYUUM

94 BMT Shar-E El-Jayakarta ini bergerak dibidang kegiatan usaha dan karenanya memiliki produk berupa :

1. Berbagai bentuk simpanan

 TAMASHA : Tabungan Masyarakat Shar-E,  TADIKA : Tabungan Pendidikan Anak,  TAHAJUD : Tabungan Haji Terwujud,  IMAN : Investasi Mudarobah Andalan

2. Berbagai bentuk pembiayaan

 INVESTAMA : Mudharobah dan Musyarokah,  MULTIGUNA : Ba’I al-Murobahah, as-Salam-, al-Istishna’, Ijaroh, dsb.  BAITI JANNATI : Linkage BMI

2. Baitul Maal Wat Tamwil EL WAHIDA BMT El-Wahida

Baitul Maal Wat Tamwil BMT EL WAHIDA menyelenggarakan program layanan simpanan dana bebas riba dan pembiayaan modal kerja halal dengan sistem bagi hasil. Layanan jasa keuangan syariah tersebut diperuntukkan 94 Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009 66 bagi anggota perorangan dan non-perorangan, baik pedagang kecil, pengusaha mikro, pelajarmahasiswa, majelis ta’lim maupun karyawan. 95

a. Visi dan Misi VISI

Ekonomi Syariah menuju ibadah yang kaffah MISI 1. Menjalankan muamalah berdasarkan ekonomi syariah 2. Membangun umat yang sehat 3. Menumbuhkan jiwa kepercayaan dan kewirausahaan 4. Melayani umat yang berorientasi pada maslahat dan manfaat

b. Struktur Organisasi BMT El-Wahida Pengurus :

Ketua : Ir. Hj. Nurul hayati Tsabits Lutfi Bendahara : Septiani Rusalno Sekretaris : Ronny Poerwoko Pengelola : Teller dan pembukuan : Rika Ratna Pembiayaan dan markrting : Emma S Pengawas syariah : Sholahuddin Pengawas keuangan : Trisno Nugroho, SE, Mba 95 Penjelasan produk BMT El-Wahida, hal 1. 67

c. PRODUK DAN PROGRAM

96 BMT Shar-E El Wahida memiliki 2 dua jenis produk yaitu : 1. Simpanan Sukarela Investasi halal bebas riba  TAMARA : Tabungan Mandiri Sejahtera Fleksibel  TADIKA : Tabungan Pendidikan Anak  TADURI : Tabungan Idul Fitri Qurban  TAHAJUD : Tabungan Haji Terwujud  TAJAKA Peduli Usaha Mikro : Tabungan Berjangka 2. Pembiayaan Penyaluran dana halal modal kerja konsumtif dengan sistem bagi hasil  MURABAHAH : Pembiayaan modal kerja atau konsumtif dengan prinsip jual beli  MUDHARABAH : Pembiayaan modal kerja penuh dengan sistem bagi hasil  MUSYARAKAH : Pembiayaan modal kerja sebagian dengan sistem bagi hasil  IJARAH : Pembiayaan modal penyediaan sewa barang atau pembayaran jasa  QARDHUL HASAN : Pembiayaan kebajikan 3. Kartu Beli starter pack dari Bank Muamalat Indonesia seharga Rp.125.000,- Dengan saldo awal rekening Rp.100.000,-.  Dikelola dan diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif  Mudah menambah saldo via kantor pos onlineSOPP yang tersebar diseluruh Indonesia  Tarik tunai bebas biaya di seluruh ATM di Indonesia  Fasilitas debit di semua merchant debit BCAPRIMA 96 Brosur Produk dan Jasa BMT El-Wahida 68  Transfer dana antar bank ATM Bersama, antar rekening BMI dan darike rekening BCA 4. Penyaluran ZISWAF Zakat, Infaq, Shodaqoh, Donasi Peduli Pendidikan Yatim dan Wakaf 97

d. SYARAT KEANGGOTAAN

98 1. Perorangan dan non-perorangan; baik pengusaha mikro, pelajar, instansi pendidikan, majelis ta’lim maupun karyawan 2. Menyertakan fotokopi KTPSIM 3. Membayar Biaya pendaftaran anggota Rp.10.000,- 4. Membayar Simpanan Keanggotaan Pokok Wajib pertama minimum Rp.20.000,- 5. Membayar Kartu Shar-E Bank Muamalat Indonesia Rp.125.000,-. Dengan saldo Rp.100.000,- 6. Menyetor awal simpanan sukarela yang dipilih, dengan administrasi pembukaan Rp.10.000,-

e. SYARAT PEMBIAYAAN

99 1. Telah menjadi Anggota BMT EL WAHIDA 2. Mengisi formulir pengajuan dan melengkapi persyaratan data diri; usaha yang dibutuhkan 3. Memiliki usaha atau pekerjaan yang tidak keluar dari nilai syariah dan produktif 4. Memiliki simpanan di BMT EL WAHIDA minimal 10 dari ajuan pembiayaan 97 Penjelasan Produk BMT El-Wahida, hal 2. 98 Penjelasan Produk BMT El-Wahida, hal 3. 99 Ibid., hal 3. 69

3. Baitul Maal Wat Tamwil EL MUCHTAR

BMT El Muchtar dengan slogan jujur, amanah, dan istiqomah ini beroperasi pertama kali pada bulan Januari 2010. Dalam operasionalnya, BMT ini telah menerima pembiayaan linkage program dari Bank Muamalat Indonesia sebesar Rp. 250 juta. Pemberian dana linkage dari BMI ini dilakukan dalam 2 tahap pemberian yakni pada bulan Mei sebesar Rp. 140 juta dan bulan Juni 2010 sebesar Rp. 110 juta. Jangka waktu pengembalian pembiayaan linkage ini dilakukan selama 3 tahun. Total pembiayaan yang telah disalurkan BMT El Muchtar sampai saat ini yakni Rp.400 Juta.

a. Produk dan Jasa

100 BMT El Muchtar ini memiliki beberapa produk dan jasa dalam melayani masyarakat, diantaranya :

1. Simpanan Sukarela Investasi halal bebas riba

 TAMARA : Tabungan Mandiri Sejahtera Fleksibel  TADIKA : Tabungan Pendidikan Anak  TADURI : Tabungan Idul Fitri Qurban  TAHAJUD : Tabungan Haji Terwujud  TAJAKA Peduli Usaha Mikro : Tabungan Berjangka

2. Pembiayaan Penyaluran dana halal modal kerja konsumtif dengan

sistem bagi hasil  MURABAHAH : Pembiayaan modal kerja atau konsumtif dengan prinsip jual beli  MUDHARABAH : Pembiayaan modal kerja penuh dengan sistem bagi hasil 100 Brosur Produk dan Jasa BMT El-Muchtar 70  MUSYARAKAH : Pembiayaan modal kerja sebagian dengan sistem bagi hasil  IJARAH : Pembiayaan modal penyediaan sewa barang atau pembayaran jasa  QARDHUL HASAN : Pembiayaan kebajikan

3. Penyaluran ZISWAF Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf

b. Struktur Organisasi BMT El- MUCHTAR Pengurus

Ketua : Ibu. Hj. Novi Herawati Sekretaris : Ibnu Supanta Bendahara : Appriliawati Pengelola Manager : Bpk. Eko Pembiayaan Account Officer : Bpk. Dadan S Dewan Pengawas : 1. KH. Ishomuddin Muchtar

2. Muchtar Manto 3. Ibu Yeni

c. SYARAT KEANGGOTAAN

101 1. Mengisi formulir pembukaan simpanan 2. Menyerahkan identitas diri fotokopi KTPSIM, dan lain-lain 3. Melunasi SIMPOK Rp. 50.000 4. Membayar SIMWA bulan Rp.10.000,- 5. Membayar administrasi pendaftaran Rp. 10.000 101 Brosur Produk dan Jasa BMT El-Muchtar 71

d. SYARAT PEMBIAYAAN

102 1. Telah menjadi Anggota BMT EL MUCHTAR 2. Mengisi formulir pengajuan dan melengkapi persyaratan data diri; usaha yang dibutuhkan 3. memiliki usaha yang layak 4. Memiliki usaha atau pekerjaan yang tidak keluar dari nilai syariah dan produktif 5. Memiliki simpanan di BMT EL MUCHTAR minimal 10 dari ajuan pembiayaan C. Mekanisme Pola Hubungan Bank Muamalat Indonesia dengan LKMS BMT Shar-E dalam Penyaluran Pembiayaan Mikro Pola hubungan kerjasama kemitraan yang terjalin antara BMI dan BMT Shar-E ini dilakukan dalam 3 hal yakni : 1. Inisiasi pendirian BMT Shar-E dan membantu penguatan BMT Shar-E dalam perjalanan operasionalnya. 2. Sinergi produk BMI yakni BMT Shar-E sebagai agen penjual tabungan Shar-E BMI dengan mendapatkan ujrahfee. 3. Penyaluran pembiayaan melalui linkage program Dalam kerjasama ini ada beberapa pola hubungan yang terjadi antara Bank Muamalat Indonesia dengan BMT Shar-E. Dan dalam skripsi ini, penulis membagi pola hubungan tersebut menjadi beberapa bagian umum yang menggambarkan secara keseluruhan dari pola hubungan ini diantaranya yakni : 102 Brosur Produk dan Jasa BMT El-Muchtar 72 1. Pola hubungan kelembagaan yang terdiri dari Pendirian BMT Shar-E, Permodalan, dan Struktur organisasi dari BMT Shar-E. 2. Pola hubungan operasional 3. Pola hubungan dalam penyaluran pembiayaan mikro Mekanisme pola hubungan yang terjadi antara Bank Muamalat Indonesia dengan LKMS BMT Shar-E dalam penyaluran pembiayaan mikro yakni : tahap pertama, BMI dengan BMT Shar-E melakukan kerjasama perjanjian pembiayaan dengan akad mudharabah dan musyarakah. Jika BMT telah bekerjasama dengan BMI, maka tahap selanjutnya nasabah usaha kecil mikro dapat mengajukan pembiayaan kepada BMT Shar-E. Pengajuan pembiayaan oleh nasabah anggota tersebut kemudian dianalisa oleh BMT. Jika memenuhi persyaratan maka akan disetujui namun bila tidak memenuhi persyaratan maka pengajuan pembiayaan tersebut ditolak. Setelah seluruh daftar nominatif pengajuan pembiayaan dibuat dengan analisa usaha ringkasnya, maka kemudian BMT mengajukan pembiayaan kepada BMI. Tahap selanjutnya, BMI melakukan analisa terhadap pengajuan pembiayaan yang diajukan BMT. Setelah disetujui, BMI mendropingnya memberikan pembiayaan tersebut ke BMT untuk kemudian BMT mendropingnya ke anggota nasabah UK Mikro. Dalam hal pembayaran angsuran, nasabah membayar angsuran pembiayaan ke BMT. Setelah itu, BMT membayar angsuran pembiayaan nasabah ke BMI. 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pola Hubungan BMI dengan BMT Shar-E BMT Shar-E adalah merupakan nama BMT produk kerjasama dan kemitraan antara BMI dengan PINBUK untuk mengembangkan serta memodernisasi usaha jasa keuangan syariah melalui pemanfaatan jaringan teknologi network dan dukungan sistem manajemen sehingga memiliki kemampuan pelayanan transaksi keuangan yang lebih luas. 103 BMT Shar-E sebagai koperasi, tunduk dan berlandaskan hukum pada : 104 1. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Simpan Pinjam, 3. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Nomor 351KepMXII1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; 4. Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga Interest Faidah Tgl. 24 Januari 2004; 5. Keputusan Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor 91KepM.KUKMIX2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. 103 Overview Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 2-3. 104 Ibid., hal.1. 74 Latar belakang pendirian BMT Shar-E ini didasarkan atas beberapa permasalahan yang terjadi dalam dinamika ekonomi Indonesia, yakni kemiskinan dan pengangguran yang masih menjadi masalah utama di Indonesia. Kemudian potensi UMKM yang sangat besar sebagai pelaku usaha terbesar di Indonesia yang memiliki beberapa permasalahan serius yang harus diatasi, salah satunya adalah terhadap akses sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal. Disamping itu, pendirian BMT Shar-E ini didasarkan atas keinginan BMI sebagai bank pertama syariah yang ingin berperan menjadi sosial capital yang berharga. 105 Kesemua hal tersebut kemudian mendorong BMI untuk bekerjasama dengan PINBUK dalam rangka menginisiasi dan memodernisasikan lembaga keuangan mikro melalui pendirian BMT Shar-E. Konsep kemitraan yang terjalin antara BMI dengan BMT Shar-E ini memiliki perbedaan dengan bank-bank lainnya. Dalam melakukan penyalurkan pembiayaan mikro, bank lain melakukannya secara organik yakni membuat unit atau divisi pembiayaan mikro yang merupakan bagian dari struktur usaha bank 106 . Cara seperti ini contohnya dilakukan oleh Bank Danamon dengan Danamon Simpan Pinjamnya DSP, Bank Syariah Mega Indonesia dengan Mega Mitra Syariahnya dan lain-lain. Disamping itu, bank-bank lain tersebut juga menyalurkan pembiayaan mikro secara langsung kepada LKMS seperti BMTKoperasi yang telah mandiri. 105 Wawancara Pribadi dengan Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010. 106 Ibid., 75 Berbeda dengan konsep bank-bank lain tersebut, dalam penyaluran pembiayaan mikro kepada UMKM serta menumbuh kembangkan lembaga keuangan mikro syariah di masyarakat, maka BMI melakukannya dengan konsep non- organik 107 yakni menginisiasi pendirian BMT Shar-E dengan ikut serta didalam kepengurusan BMT Shar-E. Tak hanya itu, BMI juga mensupport fasilitas insfrastruktur operasional BMT serta berkomitmen dalam pemberian fasilitas pembiayaan linkage program kepada BMT Shar-E. Dengan kata lain, konsep pendirian BMT Shar-E ini didirikan oleh masyarakat dan untuk masyarakat secara alamiah, sedangkan BMI dalam hal ini hanya menstimulirmenginisiasi pertumbuhan BMT Shar-E. Untuk membedakannya dengan BMT lain, maka program BMT Shar-E ini menamakan BMT dengan awalan kata El sebagai kharakteristik yang menandakan identitas serta membedakannya dengan BMT lainnya, misalnya BMT Jayakarta El Qayyum, BMT El Wahida, dan lain-lain. 108 Adapun tujuan dari adanya KJKS BMT Shar-E ini adalah : 109 1. Mensosialisasikan mengimplementasikan prinsip-prinsip ekonomi syariah melalui kegiatan usaha lembaga keuangan mikro LKM, untuk meminimalisir praktek kegiatan perekonomian ribawi yang berkembang di masyarakat. 2. Mendukung pertumbuhan usaha mikro dalam rangka peningkatan kesejahteraan umat Islam dan masyarakat pada umumnya. 107 Wawancara Pribadi dengan Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta , 22 Oktober 2010. 108 M. Amin Aziz dkk, SOM SOP Panduan Operasional Managemen dan Prosedur BMT Shar-E, Jakarta : PINBUK Press, 2008. 109 Anggaran Dasar BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 5. 76 3. Memperkuat kelembagaan dan memperluas jaringan kerja melalui penggalian potensi umat Islam dan masyarakat di sekitar lembaga. 4. Mengoptimalkan linkage program dengan Bank Muamalat Indonesia untuk mencapai tujuan pemberdayaan dan kesejahteraan. 5. Membangun jaringan kerja BMT Shar-E di seluruh Indonesia, untuk menghasilkan : a. Sinergi kerja antar BMT dan aliansi dengan Bank Muamalat Indonesia yang lebih luas. b. Volume transaksi keuangan yang lebih besar. c. Kecepatan dan keamanan transaksi yang lebih baik. d. Efisiensi dan optimalisasi usaha yang lebih tinggi. f. Kontrol yang lebih baik dalam pengelolaan dana. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka KJKS BMT Shar-E berperan sebagai : 110 1. Penggerak ekonomi mikro dan kecil di tengah masyarakat. 2. Pelopor penerapan sistem ekonomi syariah di masyarakat. 3. Lembaga intermediasi antara masyarakat pemodal investor dengan usaha mikro dan kecil . 4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah dengan senantiasa menjalankan pelayanan terbaik ahsanu „amala-service excellence, penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan salaam melalui Komunikasi ilahiyah dzikir qalbiyah ilahiah. Sedangkan dalam rangka pencapaian tujuannya, maka KJKS BMT Shar-E berfungsi : 111 1. Mensosialisasikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip ekonomi syariah di masyarakat. 110 Ibid., hal. 5. 111 Ibid., hal. 5. 77 2. Membantu mengenalkan dan mendekatkan produk-produk ekonomi syariah kepada masyarakat. 3. Meningkatkan kualitas hidup anggota, pengelola dan pengurus menjadi lebih profesional, adil dan sejahtera. 4. Mengorganisir dan memobilisasi dana masyarakat sehingga termanfaatkan secara optimal melalui pola ekonomi syariah untuk kepentingan masyarakat secara luas. 5. Mengokohkan dan meningkatkan kualitas usaha anggota dan membantu mencari peluang pengembangan pasar produk –produk anggota. 6. Meningkatkan pertumbuhan usaha mikro kecil dan kesempatan kerja. 7. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga – lembaga ekonomi dan sosial masyarakat. KJKS BMT Shar-E merupakan lembaga keuangan yang bersifat terbuka, independen dan tidak partisan. Serta berorientasi pada penerapan ekonomi syariah untuk mendukung bisnis ekonomi produktif anggota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar, terutama usaha mikro dan kecil di sekitarnya. 112 Prinsip bisnis yang menjadi standar operasional BMT Shar-E ini dibuat seefisien mungkin dengan tetap memperhatikan aspek manajemen resiko dan prinsip kehati-hatian. Proses utama operasional BMT Shar-E adalah menyelenggarakan simpanan, simpanan berjangka, serta pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan proses pendukung supporting process dari BMT Shar-E ini adalah 112 M. Amin Aziz dkk, SOM SOP Panduan Operasional Managemen dan Prosedur BMT Shar-E, Jakarta : PINBUK Press, 2008. 78 proses manajemen SDM, proses manajemen insfrastuktur, proses manajemen keuangan dan yang terakhir proses manajemen sistem teknologi dan dokumen. 113 Bank Muamalat Indonesia dengan BMT Shar-E memiliki 2 pola hubungan, yaitu pertama sebagai mitra aliansi dalam kerjasama usaha. Kedua sebagai shahibul maal pemilik dana dan mudharib pengelola dana dalam hal penyaluran pembiayaan mikro. Berdasarkan data per April 2010, Jumlah BMT Shar-E yang ada terdapat sebanyak 245 BMT Shar-E diseluruh wilayah Indonesia dengan klasifikasi katagori sebagai berikut : sangat baik sebanyak 34 BMT, katagori cukup sebanyak 82 BMT, katagori membutuhkan pembinaan lebih lanjut sebanyak 106 BMT, dan dalam katagori kurang sebanyak 23 BMT. Sedangkan pembiayaan yang telah disalurkan BMI kepada BMT Shar-E per April 2010 mencapai sebesar Rp.4,299 Miliar. 114 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa BMT Shar-E, maka dapat dijelaskan bahwa pola hubungan kemitraan yang terjalin antara BMT Shar-E dan BMI dapat penulis bagi kedalam 3 pola hubungan, yakni : pola hubungan kelembagaan, pola hubungan operasional dan pola hubungan penyaluran pembiayaan mikro. 113 Ibid., 114 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta , 22 Oktober 2010. 79

1. Pola Hubungan Kelembagaan

Pola hubungan kelembagaan ini tergambar dalam beberapa bagian utama sebagai berikut :

a. Pendirian BMT Shar-E

Berbeda dengan BMT-BMT lain yang ada, BMT Shar-E ini diinisiasi pendiriannya oleh Bank Muamalat Indonesia, PINBUK, dan masyarakat dalam rangka untuk pemberdayaan usaha mikro, serta sosialisasi dan implementasi ekonomi syariah. Pendirian BMT Shar-E didirikan oleh minimal 20 orang dari masyarakat sebagai anggota pendiri, dan secara khusus diprakarsai pendiriannya oleh PINBUK dan BMI, serta didirikan oleh masyarakat di KabupatenKota setempat dengan lokasi strategis yang profit oriented seperti pasar, sekolah, masjid dan tempat lainnya yang dianggap potensial bagi perkembangan BMT serta kemanfaatan bagi masyarakat. Inisiasi pembentukan BMT Shar-E ini, dapat dilakukan dengan dua cara : 115 1. BMI dan Pinbuk sebagai pemrakarsa melakukan inisiasi, sosialisasi serta penawaran pendirian BMT Shar-E ini kepada tokoh masyarakat, agnia hartawan setempat di masyarakat, dan Kelompok Usaha Muamalah POKUSMA untuk mendirikan BMT Shar-E. 115 Wawancara Pribadi dengan Emma. S Account Officer BMT El Wahida. Bekasi, 2 September 2010. 80 2. BMI dan PINBUK sebagai pemrakarsa menawarkan program pendirian BMT Shar-E ini kepada BMT-BMT yang sudah terbentuk dan beroperasi untuk kemudian beralih menjadi BMT Shar-E. Berikut adalah skema pendirian BMT Shar-E : 116 Kerjasama pendirian BMT Shar-E yang terjadi antara masyarakat, BMI dan PINBUK ini terjadi karena proaktif dari masing-masing pihak. Baik BMI, PINBUK serta masyarakat pendiri sama-sama berkeinginan untuk melakukan kerjasama kemitraan ini. 117 BMI yang mempunyai misi menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan 116 Amin Aziz, Tata cara Pendirian BMT Versi E-Book, Jakarta : PKES Publising, 2008, hal. 10. 117 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Eko Manager BMT El Muchtar. Bekasi, 12 November 2010. Pemrakarsa pendamping Tokmas, agnia, dan pokusma P3B Pengurus terbentuk Dukungan Pendiri Modal Perangsan g Sertifikasi Kemitraan PINBUK Calon Pengelola Modal Awal Simwa, Simpok, Simpoksus Pelatihan dan magang Siapkan sarana prasarana operasional dan badan hukum Koperasi BMT beroperasi 81 manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stakeholder ini 118 - membuat kebijakanprogram yang mendorong dan menginisiasi pertumbuhan lembaga keuangan mikro dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas untuk dapat mengakses produk Bank Muamalat melalui mitra BMI. Salah satunya dengan cara mendirikan dan mengembangkan BMT Shar-E. BMI kemudian bekerjasama dengan PINBUK yakni sebuah lembaga yang salah satu fokus kompetensinya melakukan pendirian, pembinaan dan pengembangan BMT di seluruh Indonesia - untuk kemudian kedua lembaga ini menginisiasi masyarakat dalam pendirian BMT Shar-E di berbagai wilayah. Disisi lain, keinginan yang kuat dari masyarakat sendiri untuk membentuk BMT. Hal inilah yang kemudian dipertemukan sehingga terjalinlah kerjasama yang erat antara ketiga pihak tersebut dalam pendirian dan operasional BMT Shar-E. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dari masyarakat untuk berkerjasama menjalin kemitraan dalam pendirian BMT Shar-E, yakni adanya kemudahan serta kelebihan yang akan didapatkan oleh masyarakat dalam pendirian BMT Shar-E bila dibandingkan dengan mendirikan BMT sendiri. Beberapa pertimbangan tersebut adalah : 1. Brand nama besar dari Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank pertama syariah dan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia. 119 118 Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2009, hal. 1. 119 Wawancara Pribadi dengan Emma. S Account Officer BMT El Wahida. Bekasi, 2 September 2010. 82 Hal ini menimbulkan keinginan, dan kepercayaan dari masyarakat pendiri untuk bekerjasama menjalin kemitraan dengan BMI. Disamping itu, dengan nama besar brand dari BMI ini diharapkan akan menyebabkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat sekitar lokasi BMT Shar-E untuk menggunakan jasa BMT Shar-E. 2. Pendirian BMT yang dilakukan oleh masyarakat akan lebih ringan bila dibandingkan dengan mendirikan BMT sendiri, karena permodalan BMT Shar-E ini dihimpun dari masyarakat pendiri, BMI dan PINBUK secara bersama. 3. Untuk mendapatkan Legalitas badan hukum BMT lebih mudah dan cepat karena legalitas BMT akan diurus oleh PINBUK dan BMI dengan jangka waktu kurang lebih 3 bulan bisa mendapatkan badan hukum. Dibandingkan dengan mendirikan BMT sendiri yang akan memerlukan jangka waktu kurang lebih 1 tahun untuk bisa memperoleh legalitas badan hukum BMT. 120 4. Fasilitas insfrastruktur yang diperlukan dalam operasional BMT diperoleh dari BMI dan PINBUK. BMI memiliki peranan untuk menyiapkan dukungan hardware, standarisasi counter, warkat-warkat administrasi, menyelenggarakan pelatihan akomodasi dan konsumsi, biaya pendampingan, fasilitas EDC dan PC Banking, 120 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Eko Manager BMT El Muchtar. Bekasi, 12 November 2010. 83 support pembiayaan BMT Shar-E, sehingga BMT Shar-E segera memiliki kinerja kantor yang layak dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat. 121 PINBUK memiliki peranan untuk menggalang swadaya masyarakat pada pendirian BMT Shar-E, menyiapkan Standar Operasional Manajemen SOM, Standar Operasional Prosedur SOP, software aplikasi BMT online, fasilitas pelatihan untuk pengurus dan pengelola serta pendampingan selamanya BMT Shar-E, sehingga BMT Shar-E tumbuh dan berkembang sesuai target, dengan dukungan teknologi modern dan mencapai tingkat pelayanan yang berjangkauan luas, didukung oleh sumber daya insani yang terampil di bidang penyelenggaraan jasa keuangan mikro syariah sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. 122 Sedangkan dari pihak masyarakat hanya berperan dalam modal operasional awal, biaya sewa tempat, biaya perizinan dan meyiapkan pengelola yang akan mengoperasionalkan BMT. 5. Dalam operational BMT, BMI berkomitmen dalam memberikan bantuan dana dalam bentuk simpanan serta penyaluran dana linkage program sebagai pembiayaan ke BMT Shar-E dalam rangka meningkatkan kapasitas pembiayaan kepada anggota dan masyarakat. 121 Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009 122 Ibid., 84 Dengan pertimbangan ini maka masyarakat pendiri menjalin kerjasama pendirian BMT Shar-E ini dengan BMI dan PINBUK sebagai pemrakarsa. Pendirian BMT Shar-E yang di inisiasi oleh BMI dan PINBUK kepada masyarakat ini menurut penulis sangat positif. Karena inisiasi ini memiliki konsep, mekanisme dan implementasi yang baik disertai dengan kelebihan yang ada. Ditambah lagi pendirian BMT Shar-E ini ditargetkan mencapai jumlah 500 unit di seluruh wilayah Indonesia sehingga hal ini menumbuh kembangkan BMT yang memiliki kualitas layanan dan operasional modern yang baik diberbagai wilayah Indonesia. Kerjasama antara BMI dengan BMT Shar-E ini tidak hanya sebatas pada linkage program saja, tetapi hal tersebut dilakukan secara lebih luas lagi yakni membangun jaringan kerja BMT Shar-E di seluruh Indonesia, untuk menghasilkan : a. Sinergi kerja antar BMT dan aliansi dengan Bank Muamalat Indonesia yang lebih luas. b. Volume transaksi keuangan yang lebih besar. c. Kecepatan dan keamanan transaksi yang lebih baik. d. Efisiensi dan optimalisasi usaha yang lebih tinggi. f. Kontrol yang lebih baik dalam pengelolaan dana. Jaringan kerja yang dibangun ini diharapkan terjadi secara aktif, efektif dan optimal dengan system hubungan 2 arah BMI-BMT Shar-E atau sebaliknya BMT Shar-E – BMI. Serta tidak hanya sebatas pada hubungan pasif satu arah 85 yakni dari BMI kepada BMT Shar-E. Sehingga dengan demikian akan terjalin kerjasama simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

b. Permodalan

Terkait dengan permodalan, pendirian BMT Shar-E memiliki modal awal sebesar Rp.100 juta. Permodalan BMT Shar-E ini terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan pokok khusus yang berasal dari anggota pendiri. Anggota pendiri adalah adalah anggota yang selain membayar Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib, juga membayar Simpanan Pokok Khusus pada awal pendirian KJKS BMT, yang besarnya simpanan tersebut dianggap mampu menjamin keberlangsungan perkembangan KJKS BMT Shar-E. 123 Komposisi modal pendirian BMT Shar-E secara khusus memiliki simpanan pokok khusus yang terdiri dari : 124 123 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 6. 124 Overview Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 3. 86 1. Masyarakat pendiri sebesar Rp.75.000.000 hal ini termasuk modal dari BMT mitra dan PINBUK daerah pendamping bila ikut serta dalam pendirian BMT Shar-E. 2. Bank Muamalat Indonesia senilai Rp.15.000.000 Komposisi simpanan pokok khusus BMI dalam pendirian BMT Shar- E ini tidakbukan dalam bentuk uang, tetapi diberikan dalam bentuk dukungan peranan fasilitas dan insfrastruktur yang memiliki kesetaraan nilai sebesar Rp. 15.000.000. Peran dukungan BMI dalam permodalan BMT Shar-E diantaranya yakni menyiapkan dukungan hardware, standarisasi counter, warkat-warkat administrasi, menyelenggarakan pelatihan akomodasi dan konsumsi, biaya pendampingan, fasilitas EDC dan PC Banking, support pembiayaan BMT Shar-E, sehingga BMT Shar-E segera memiliki kinerja kantor yang layak dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Standarisasi luas counter yakni minimal 20 M2 dua puluh meter persegi, plus halaman minilai 9 M2 sembilan meter persegi. Perlengkapan kantor, brankas kecil, cash box, filling cabinet, meja ½ biro, kursi tunggu, passbook, lampu ultraviolet, kalkulator, stempel, telefax, perangkat computer 87 dan printer menggunakan sistem infus keseluruhannya dipersiapkan dan didanai oleh BMI. 125 3. PINBUK pusat sebesar Rp. 10.000.000 Seperti halnya BMI, komponen simpanan pokok khusus PINBUK dalam pendirian BMT Shar-E ini juga tidak diberikan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk dukungan peranan yang memiliki kesetaraan nilai sebesar Rp.10.000.000. Dukungan peranan PINBUK tersebut yakni menggalang swadaya masyarakat pada pendirian BMT Shar-E, menyiapkan Standar Operasional Manajemen SOM, Standar Operasional Prosedur SOP, software aplikasi BMT online, fasilitas pelatihan untuk pengurus dan pengelola serta pendampingan selamanya BMT Shar-E, sehingga BMT Shar-E tumbuh dan berkembang sesuai target, dengan dukungan teknologi modern dan mencapai tingkat pelayanan yang berjangkauan luas, didukung oleh sumber daya insani yang terampil di bidang penyelenggaraan jasa keuangan mikro syariah sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Standar Operasional Manajemen SOM, Standar Operasional Prosedur SOP, Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga, software aplikasi BMT online, fasilitas pelatihan untuk pengurus dan pengelola serta 125 Ibid., hal. 3. 88 pendampingan selamanya BMT Shar-E keseluruhannya dipersiapkan dan didanai oleh PINBUK. Dari 3 pihak tersebut secara keseluruhan modal awal BMT Shar-E adalah sebesar Rp. 100.000.000. Berikut adalah komposisi modal pendirian BMT Shar’E : Modal Awal Modal Awal Modal Awal Simpanan pokok Khusus Simpanan pokok Khusus Simpanan pokok Khusus Rp. 15.000.000 Rp. 75.000.000 Rp. 10.000.000 BMI Tokoh masyarakat PINBUK menyiapkan dukungan hardware, standarisasi counter, warkat-warkat administrasi, menyelenggarakan pelatihan akomodasi dan konsumsi, biaya pendampingan, fasilitas EDC dan PC Banking, support pembiayaan BMT Shar’e, sehingga BMT Shar’e segera memiliki kinerja kantor yang layak dan memperoleh kepercayaan dari  Modal operasional sebesar RP.75.000.000  Sewa tempat  Biaya perijinan dan badan hukum  Biaya pengelola  Dan lain-lain menggalang swadaya masyarakat pada pendirian BMT Shar’e, menyiapkan Standar Operasional Manajemen SOM, Standar Operasional Prosedur SOP, software aplikasi BMT online, fasilitas pelatihan untuk pengurus dan pengelola serta pendampingan selamanya BMT Shar’e, sehingga BMT Shar’e tumbuh dan berkembang sesuai target, dengan BMI Tokoh masyarakat PINBUK BMT Shar-E 89 masyarakat. Luas counter minimal 20 M2 dua puluh meter persegi, plus halaman minilai 9 M2 sembilan meter persegi. Perlengkapan kantor, brankas kecil, cash box, filling cabinet, meja ½ biro, kursi tunggu, passbook, lampu ultraviolet, kalkulator, stempel, telefax, perangkat computer dan printer menggunakan sistem infus keseluruhannya dipersiapkan dan didanai oleh BMI. dukungan teknologi modern dan mencapai tingkat pelayanan yang berjangkauan luas, didukung oleh sumber daya insani yang terampil di bidang penyelenggaraan jasa keuangan mikro syariah sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Standar Operasional Manajemen SOM, Standar Operasional Prosedur SOP, Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga, software aplikasi BMT online, fasilitas pelatihan untuk pengurus dan pengelola serta pendampingan selamanya BMT Shar’e keseluruhannya dipersiapkan dan didanai oleh PINBUK. Komposisi modal seperti ini menjadikan 3 pihak tersebut Masyarakat pendiri, BMI dan PINBUK sebagai mitra aliansi yaitu sebagai anggota pendiri yang bermusyarakah dalam usaha pendirian BMT. Sebagai anggota pendiri, maka 3 pihak ini memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut : 126 126 Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 2. 90 Hak anggota pendiri : 1. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus KJKS BMT Shar-E 2. Memberikan suaranya dalam pemungutan suara. 3. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan. 4. Mendapat kesempatan ikut serta dalam semua kegiatan-kegiatan KJKS BMT Shar-E. 5. Mendapatkan SHU sesuai dengan keterlibatannya dalam Simpoksus, Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib. Kewajiban anggota pendiri : 1. Turut serta dalam memajukan usaha KJKS BMT Shar-E baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Menghadiri rapat-rapat yang dipandang perlu diadakan Pengurus. 3. Mengikuti secara aktif program KJKS BMT Shar-E terutama dalam peningkatan sumber daya insani. 4. Mematuhi dan melaksanakan semua peraturan dan beban yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Mengantisipasi dan memantau perkembangan usaha KJKS BMT Shar-E dan keaktifan Pengurus dalam mengendalikan bisnis dan kelembagaan KJKS BMT Shar-E. 6. Menambah jumlah Simpanan Pokok Khusus untuk lebih menyeimbangkan antara modal KJKS BMT Shar-E dengan simpanan Anggota dan aset KJKS BMT Shar-E. Penyertaan modal simpanan pokok khusus yang tidak berbentuk uang ini dikarenakan keinginan dari BMI yang ingin melakukan standarisasi BMT Shar-E diseluruh wilayah Indonesia. Standarisasi BMT Shar-E ini dilakukan baik dari segi layout counter, teknologi, SOP, dan lainnya sehingga menjadikan BMT Shar-E selaras satu sama lain. 127 127 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta , 22 Oktober 2010. 91 Dengan penyertaan modal simpanan pokok khusus BMI dan PINBUK yang bukan berupa uang tetapi berupa investasi sarana dan prasarana fasilitas penunjang BMT menurut penulis dinilai tepat sasaran dalam peruntukannya, karena saling melengkapi dan mendukung dalam operasional awal BMT Shar-E. BMI dalam hal fasilitas sarana dan prasarana operasional serta dukungan dana linkage program BMT. PINBUK dalam hal fasilitas teknis, pelatihan, manajemen, serta peningkatan mutu SDM. Sedangkan masyarakat pendiri berkontribusi dalam hal modal kerja operasional BMT. Semua kontribusi ini menjadi sinergi yang akan memperkuat kelembagaan dan memperluas jaringan kerja BMT Shar-E bagi pemberdayaan masyarakat dan UKM. Namun yang perlu menjadi perhatian dalam hubungan permodalan ini adalah masalah perolehan Sisa Hasil Usaha SHU yang didasarkan atas SIMPOKSUS yang diberikan oleh para masing-masing pihak. Modal BMI dan PINBUK yang berupa pemberian fasilitas operasional dan biaya-biaya pendampingan dan pelatihan ini menurut penulis terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Dalam praktek yang terjadi, SIMPOKSUS yang diberikan ini memiliki jumlah nominal yang tetap dan tidak berubah. Kemudian dari SIMPOKSUS yang tetap ini BMI dan PINBUK memperoleh SHU BMT. Padahal fasilitas operasional baik hardware, software, fasilitas EDC, PC Banking serta fasilitas lainnya, menurut penulis bisa saja mengalami kerusakan dan penyusutan nilai asset. Dalam ketentuan, bila dalam operasionalnya terjadi kerusakan 92 pada fasilitas tersebut maka hal tersebut menjadi tanggungan dari BMI dan PINBUK. Namun dalam prakteknya terkadang hal ini menjadi tanggungan atau biaya BMT. Menurut penulis, seharusnya kerusakan dan penyusutan nilai asset yang terjadi selama operasional BMT tersebut menjadi tanggunganbeban dari BMI dan PINBUK. Karena fasilitas operasional tersebut merupakan investasi dari BMI dan PINBUK, maka kedua lembaga tersebut seharusnya melaksanakan komitmen dalam menjaga dan memelihara investasi tersebut. Serta seharusnya penyusutan dan kerusakan yang terjadi dari fasilitas yang diberikan tersebut mempengaruhi perhitungan nilai SHU yang didapat oleh BMI maupun PINBUK. Kemudian, dari SIMPOKSUS yang diberikan dalam bentuk barang, maka hendaknya barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar net realizable value yang berlaku pada periode tertentu dan dinyatakan secara jelas jumlahnya. Karena dasar harga pasar net realizable value setiap periode waktu tertentu berbeda dengan periode waktu yang lain misalnya dasar harga pasar net realizable value 5 tahun yang lalu berbeda dengan yang sekarang. Jadi menurut penulis harus ada penyesuaian penilaian dari waktu ke waktu terhadap investasi yang dilakukan dalam pendirian BMT Shar-E. Begitu pula dengan jasa pelatihan dan pendampingan yang diberikan, hendaknya juga harus memiliki kejelasan dalam hal biaya dan kuantitasnya. Tidak ada kekurangan dalam penilaian SIMPOKSUS yang merugikan salah satu pihak sehingga terjadi kesesuaian antara SIMPOKSUS yang disertakan dengan fasilitas barang dan jasa yang di berikan. 93 Ketua Wakil mayarakat Menjalankan tugas-tugas memimpin Rapat Anggota dan Rapat Pengurus, tugas-tugas kepemimpinan di antara anggota Pengurus, membina kepemimpinan antara Pengelola, ikut menandatangani surat-surat berharga serta surat-surat lain yang bertalian dengan penyelenggaraan keuangan KJKS BMT, menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan oleh ketentuan ADART KJKS BMT , khususnya mengenai pencapaian tujuan, visi, misi, fungsi dan prinsip-prinsip utama KJKS BMT.

c. Struktur organisasi

Berdasarkan kontribusinya dalam komponen pokok khusus sebagai anggota pendiri, dan juga berdasarkan SOPSOM serta ADART yang ditetapkan, maka kepengurusan BMT ini dilakukan oleh :

1. Ketua, yang ditunjuk danatau mewakili kepentingan para pendiri

2. Sekretaris, yang ditunjuk danatau mewakili kepentingan PINBUK

3. Bendahara, yang ditunjuk danatau mewakili kepentingan BMI

4. Pengawas sekurang-kurangnya 1 orang, yang ditunjuk danatau mewakili

kepentingan para pendiri Uraian tugas dan peran dari masing-masing jabatan pengurus tersebut sebagai berikut: 128 128 Overview Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 3. BMI Masyarakat pendiri PINBUK Bendahara Wakil BMI Sekretaris Wakil PINBUK 94 Dalam kepengurusan BMT Shar-E ini ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi pengurus diantaranya sebagai berikut : 129 1. Pengurus dipilih dari Anggota Pendiri melalui mekanisme Rapat Anggota. 2. Pengurus dipilih untuk mewakili seluruh Anggota dalam menjalankan, mengendalikan dan mengawasi usaha dan kelembagaan KJKS BMT. 3. Pengurus dipilih berdasarkan kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikan jalannya KJKS BMT. 4. Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 tahun dan dapat dipilih kembali apabila selesai masa jabatannya berakhir. 5. Pengurus KJKS BMT terdiri dari satu orang Ketua, satu orang Sekretaris, dan satu orang Bendahara. Adapun ketentuan pemilihan pengurus dalam BMT Shar-E, yakni : 130 1. Anggota Pendiri mengajukan calon-calon untuk setiap posisi Pengurus yang berasal dari unsur Bank Muamalat, PINBUK dan Anggota Pendiri. 2. Setelah calon-calon untuk setiap posisi Pengurus diperoleh, rapat Anggota Pendiri mensahkan dan menetapkan calon-calon tersebut sebagai Pengurus. 3. Tiap-tiap pemilihan diputuskan berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai maka pemilihan dilakukan dengan cara voting suara terbanyak, apabila ada dua calon atau lebih mendapat suara yang yang sama maka pemungutan suara diulangi, kecuali diantara mereka menyatakan pengunduran diri dari calon. 4. Pencalonan maupun pemilihan dilakukan dalam jumlah ganjil 3 tiga sampai dengan 11 sebelas orang untuk calon pengurus. 129 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. hal. 7. 130 Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyum Tahun 2009, hal. 5. Menjalankan tugas – tugas pengawasan kebendaharaan, lebih utama dalam memberikan catatan-catatan keuangan KJKS BMT, memverifikasi dan memberikan saran pada ketua tentang berbagai situasi dan mengatur efektifnya pengamanan kekayaan, rekening Bank atas nama KJKS BMT, dan komite pembiayaan. Bertugas membuat serta memelihara Berita Acara yang asli dan lengkap dari rapat-rapat Anggota dan rapat-rapat Pengurus. Sekretaris bertanggung jawab atas pemberitahuan kepada Anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan ketentuan bidang ADART . 95 5. Jumlah anggota Pengurus adalah 3 sampai dengan 5 orang yang terdiri unsur Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Dalam kepengurusan ini maka pengurus mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakaan. Hak dan kewajiban pengurus secara umum yakni : 131 Kewajiban Hak 1. Bertanggung jawab dalam pengelolaan dan usaha-usaha yang diselenggarakan oleh KJKS BMT. 2. Menyelenggarakan pembukuan keuangan, inventaris dan pencatatan-pencatatan lain yang dianggap perlu secara tertib dan teratur. 3. Membuat rencana kerja, anggaran pendapatan dan pengeluaran, arus tunai KJKS BMT untuk setiap tahun, tengah tahunan dan kuartalan tiga bulanan. 4. Memantau pelaksanaan rencana kerja, mendiskusikan pencapaian dan penyimpangannya, serta kebijakan operasional lanjutan yang akan diterapkan. 5. Menyelenggarakan Rapat Anggota. 6. Pengurus bertanggung jawab kepada Rapat Anggota, dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas organisasi maupun keuangan. 7. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama KJKS BMT, serta mewakili KJKS BMT dihadapan dan diluar Pengadilan. 8. Memilih, menunjuk dan menetapkan Pengelola KJKS BMT. 9. Pengurus bersama Pengelola KJKS BMT mengadakan Kajian Ruhiyah Spiritual Communication - Qolbiah Ilahiyah dengan Anggota dan atau kelompok-kelompok Anggota secara berkala. 1. Dalam menjalankan tugasnya Pengurus menyeleksi dan mengangkat Pengelola, guna mensukseskan program dan pengembangan KJKS BMT. 2. Pengurus mendapat bagian Sisa Hasil Usaha SHU tahunan yang besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar. 3. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan anggaran Dasar. Terkait kewajiban pengurus, pengurus juga berkewajiban dalam menyusun dan menggariskan Pola Kebijakan Umum dan Rencana Kerja KJKS BMT Shar-E 131 Ibid., hal. 7. 96 tahunan, tengah tahunan dan kuartalan. Pengurus mengesahkan laporan dan tingkat kesehatan KJKS BMT, keuangan KJKS BMT dan selalu mendapat sehelai tembusan laporan bulanan keuangan dan tingkat kesehatan KJKS BMT yang terakhir. Serta Pengurus harus memberikan saran-saran yang diperlukan pengelola untuk memperbaiki posisi keuangan dan tingkat kesehatan KJKS BMT. Selain itu dalam kaitannya dengan lembaga lain, maka pengurus berkewajiban memberikan laporan kegiatan, laporan keuangan dan analisa kesehatan KJKS BMT Shar-E kepada pemerintah dan dinas terkait, serta PINBUK dan BMI, mengenai keadaan dan perkembangan organisasi serta usaha-usaha yang diselenggarakan oleh KJKS BMT Shar-E sekurang-kurangnya satu tahun sekali. 132 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat kita analisis bahwa pola hubungan BMT Shar-E dengan BMI dan PINBUK dalam struktur organisasi sangat erat dan menjadi sinergi yang baik bagi kordinasi kelembagaan, serta dalam menjalankan operasional kepengurusan bagi keberlangsungan BMT Shar-E. Ada beberapa kelebihan dengan adanya struktur kepengurusan seperti ini, diantaranya: 1. Kepentingan masing-masing pihak baik masyarakat pendiri, BMI dan PINBUK terwakili oleh masing-masing wakil mereka di kepengurusan. 132 Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 3-4. 97 2. Struktur organisasi kepengurusan ini menjadi sinergi yang kuat karena struktur kepengurusan di isi oleh wakil masing-masing pihak yang memiliki kompetensi, kemampuan dan keahlian di bidangnya sehingga dapat menjalankan fungsional kepengurusan dengan baik. Wakil dari BMI di BMT Shar-E merupakan orang terpercaya yang ditunjuk oleh BMI untuk menjadi pengurus bendahara di BMT Shar-E. Orang yang ditunjuk menjadi bendahara pada BMT Shar-E ini bisa merupakan personal yang selama ini sudah bekerjasama baik dengan BMI, contohnya Da’i Muamalat, personel BMM. Selain itu, penunjukan bendahara pada BMT Shar-E bisa juga berasal dari internal Bank Muamalat sendiri seperti Account Officer, marketing dan lain-lain. 133 Namun biasanya yang menjadi bendahara BMT Shar-E pada umumnya adalah Account Officer terpercaya yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan keahlian dalam bidang keuangan pada BMI cabang di daerah lokasi BMT Shar-E itu berada. Tujuan dari penempatan wakil BMI sebagai bendahara di BMT Shar-E ini yakni dalam rangka memudahkan BMI untuk memonitoringmengawasi perkembangan progres pendirian dan operasioanal BMT Shar-E. 134 133 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta , 22 Oktober 2010. 134 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta , 22 Oktober 2010. 98 Wakil dari Pinbuk di BMT Shar-E merupakan seseorang yang ditunjukoleh PINBUK dengan kompetensi, kemampuan dan pengalaman yang baik dalam hal pengembangan, manajerial, dan pendampingan bagi kemajuan BMT. Sedangkan wakil dari masyarakat pendiri di BMT Shar-E merupakan seseorang yang ditunjuk dan dipercaya karena memiliki kemampuan, kompetensi dan keahlian serta pengaruh dalam memimpin BMT Shar-E. 3. Dengan menempatkan wakil mereka di kepengurusan maka memudahkan berbagai pihak masyarakat pendiri, BMI, dan PINBUK untuk saling berkoordinasi dalam menentukan keputusan strategis serta menjalankan kepengurusan BMT. 4. Melalui wakil mereka di kepengurusan, maka memudahkan masing pihak khususnya BMI dan PINBUK dalam mengetahui kondisi serta perkembangan BMT secara utuh dan menyeluruh. Bukan hanya sebatas pada laporandata semata diluar kelembagaan, tetapi ikut terjun langsung didalam kepengurusan kelembagaan sehingga dapat mengetahui permasalahan, perkembangan dan kondisi BMT secara menyeluruh. Dari penjelasanuraian diatas, maka dapat diketahui dan dipahami secara jelas bahwa pola hubungan kelembagan antara BMT Shar-E, BMI dan PINBUK menunjukkan pola hubungan yang erat, kuat dan bersinergi satu sama lain. Baik 99 dalam hal pendirian, permodalan, insfrastruktur sarana dan prasarana operasional serta dalam struktur kepengurusan BMT Shar-E sehingga peran dan fungsi BMT Shar-E menjadi optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

2. Pola Hubungan Operasional

Seperti halnya lembaga keuangan lainnya, maka fungsi utama BMT Shar-E adalah sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi antara masyarakat pemodalinvestor dengan masyarakat yang membutuhkan dana termasuk UKM. Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi maka BMT Shar-E ini melakukan berbagai usaha dan kegiatan operasional diantarnya, sebagai berikut : 135

A. Usaha Ekonomi Produktif

1. Menggalang dan menghimpun dana melalui simpanan Anggota yang dipergunakan untuk melayani pembiayaan usaha-usaha Anggota dan Calon Anggota. 2. Menggalang dan menghimpun dana masyarakat secara umum baik Anggota maupun non Anggota melalui tabungan Shar-E Bank Muamalat, dimana dana tersebut akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan ke KJKS BMT dan dipergunakan oleh KJKS BMT untuk pembiayaan kepada Anggota dan Calon Anggota. 3. Memberikan pembiayaan kepada usaha produktif Anggota melalui cara pelayanan yang cepat, layak, aman dan tepat sasaran. 135 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 5-6. 100 4. Aturan dan jenis pembiayaan dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga ART. 5. Membantu mengembangkan usaha-usaha sektor riil yang menunjang usaha Anggota. 6. Menyalurkan dana lingkage program yang berasal hanya dari Bank Muamalat Indonesia dan dana program pemerintah. 7. Mengelola usaha tersebut secara profesional berdasarkan prinsip syari’ah.

B. Pendidikan dan Sosial

136 1 Melaksanakan pendidikan dan bimbingan kepada Anggota yang menerima pembiayaan agar mereka mampu mengembangkan usahanya sehingga bisa mempertanggung-jawabkan pembiayaan yang diterimanya. 2 Melaksanakan pendidikan dan bimbingan pemanfaatan hasil usaha yang diperoleh Anggota sehingga benar-benar bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan Anggota dan keluarganya. 3 Melakukan pendidikan dan pembinaan ruhiyah Pengurus, Pengelola dan Anggota KJKS BMT untuk membentuk kepribadianakhlak Islami yang utuh, tangguh dan mampu dalam beribadah menghadapi tantangan global. 4 Memberikan pinjaman dalam bentuk al-Qardul-Hasan. 5 Bekerjasama dengan Baitul Maal Muamalat BMM dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat, Infaq dan Shadaqah. 136 Ibid., hal. 5-6. 101 Berikut adalah mekanisme operasional BMT Shar-E : 137 Usaha dan kegiatan operasional sehari-hari tersebut, secara fungsional dilakukan oleh pengelola. Pengelola adalah pelaksana usaha KJKS BMT Shar-E yang dipilih, ditunjuk, dan ditetapkan oleh pengurus untuk mengelola dan mengembangkan bisnis dan asset KJKS BMT Shar-E. Pengelola yang dipilih dan ditetapkan oleh pengurus ini merupakan tenaga terlatih dan professional sesuai dengan kemampuan 137 Amin Aziz, Tata cara Pendirian BMT Versi E-Book, Jakarta : PKES Publising, 2008, hal. 29. diolah Penghiumpunan dana Mudharabah Pembiayaan Operasional BMT Qardhu hasan Bai tsaman Ajil Murabahah Musyarakah S I S A H A S I l U S A H A Dana Internal : Modal dasar : Simpanan pokok, simpanan pokok khusus, dan simpanan wajib Penjualan kartu shar-E Bank Muamalat Dana tabungan : tabungan wadiah dan mudharabah Biaya operasional Pool Pendapatan Dana eksternal : Dana linkage program Bank Muamalat Dana investasi terikat : Dana penyertaan dari pemerintah dan sumber investasi non bank lainnya SHU dibagikan Bagi hasil dan bonus FeeBonus Bagi hasil Margin Infaq Bagi hasil 102 dan latar belakang pendidikannya serta memiliki standar pengelolaan lembaga keuangan mikro syariah. 138 Dalam tahap awal pendirian BMT Shar-E, pengelola BMT ini terdiri dari Manajer, Staff Penggalangan Dana dan Hubungan Pelayanan Masyarakat, Staff Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil serta Staff Administrasi, Pembukuan dan Kasir. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, tenaga pengelola KJKS BMT Shar-E dapat mengalami penambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan atas ususlan manager serta atas pertimbangan pengurus. Dalam hal operasional yang dilakukan oleh pengelola, pengelola diharuskan melaksanakan semua kebijakan pengurus dan mempertanggung jawabkannya kepada pengurus. Tugas pengelola yang utama adalah merancang rencana kerja, mengelola dan menjalankan usaha sehari hari. Pengelola juga berkewajiban dalam membuat laporan tentang : Penjualan kartu Shar-E, Keuangan Neraca, LR, Perkembangan pembiayaan dan penilaian aktiva produktif NPL, dan Perkembangan tabungan. Selain itu, pengelola juga berkewajiban dalam membuat laporan terkait kegiatan usaha dan tingkat kesehatan BMT. 139 138 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 8. 139 Anggaran Rumah Tangga ART BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 5-6. Manajer Staff Penggalangan Dana dan Hubungan Pelayanan Masyarakat Pembukuan dan Kasir Staff Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil serta Staff Administrasi 103 Pengelolaan serta pengambilan keputusan yang bersifat operasional diatas dilakukan oleh pengelola secara independent tanpa ada intervensi kepentingan dari pengurus, BMI serta PINBUK yang cenderung menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau pihak tertentu sehingga dapat berpotensi merugikan KJKS BMT Shar- E. Dalam menjalankan operasional BMT, pengelola juga melakukan koordinasi dengan pihak lain baik secara internal yakni dengan pengurus maupun secara eksternal yakni dengan pihak BMI dan PINBUK. Tujuan koordinasi ini adalah untuk memaksimalkan fungsional pengelolaan BMT sehingga dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan produktif bagi masyarakat khususnya anggota. Selain itu, koordinasi ini juga bertujuan agar permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan BMT bisa diatasi dan terselesaikan dengan baik melalui koordinasi ini. Koordinasi internal BMT yang dilakukan yakni berupa pertemuan rutin rapat yang dilakukan oleh dewan pengawas syariah, pengurus, pengelola dan staff BMT. Rapat atau pertemuan ini ditujukan untuk mengevaluasi hasil dan pemutusan langkah-langkah taktis maupun strategis dalam operasional BMT. 140 Rapat –rapat yang dilakukan antara lain : 1. Rapat pengurus 2. Rapat manajemen 3. Rapat DPS 4. Rapat Badan Pengawas Manajemen 5. Rapat pengurus dan Badan Pengawas Manajemen 6. Rapat evaluasi harian antara manajer dan staff 140 M. Amin Aziz dkk, SOM SOP Panduan Operasional Managemen dan Prosedur BMT Shar-E, Jakarta : PINBUK Press, 2008. 104 7. Rapat evaluasi bulanan antara pengurus dan pengelola BMT 8. Rapat koordinasi mingguan antara pengurus dan manajer Rapat Pengurus dilaksanakan minimal 1 bulan sekali dengan dipimpin oleh Ketua, dan dihadiri oleh Sekretaris dan Bendahara. Dalam rapat pengurus apabila diperlukan dapat menghadirkan Pengelola untuk meminta penjelasan Laporan Keuangan, seperti Neraca dan RugiLaba RL, Penilaian Kesehatan, Penilaian Aktiva Produktif NPL dan kebijakan-kebijakan operasional yang perlu dilakukan. Rapat Pengurus juga berkewajiban membuat risalah rapat yang terdokumentasi dengan tertib dan ditandatangani oleh Pimpinan Rapat. 141 Sedangkan Rapat Pengelola dilaksanakan minimal 1 satu bulan sekali dan dihadiri oleh seluruh staf KJKS BMT. Rapat Pengelola dipimpin oleh Manajer, apabila berhalangan dapat digantikan oleh salah satu staf di bawahnya. 142 Rapat Pengelola terdiri atas : 143 1 Rapat Pengelola harian, rapat koordinasi yang dilaksanakan Pengelola secara rutin setiap hari sebelum operasional, untuk mengetahui kesiapan staf, lembaga serta pemberian motivasi dan doa. 2 Rapat Pengelola Mingguan, yaitu rapat koordinasi yang dilaksanakan rutin pekanan untuk menilai pekerjaan selama satu pekan dan menyiapkan rencana kerja pekan berikutnya. 3 Rapat Pengelola bulanan, yaitu rapat koordinasi yang menilai kinerja Pengelola, Laporan Keuangan, Neraca dan RugiLaba RL, Penilaian Kesehatan KJKS BMT, Penilaian Aktiva Produktif NPL dari tiap penerima pembiayaan dan sosialisasi kebijakan-kebijakan operasional yang perlu dilakukan. 141 M. Amin Aziz dkk, SOM SOP Panduan Operasional Managemen dan Prosedur BMT Shar-E, Jakarta : PINBUK Press, 2008. 142 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. hal. 10. 143 Ibid., hal. 10-11. 105 4 Rapat Pengelola mingguan dan bulanan menyiapkan notulensi rapat yang terdokumentasi dengan tertib dan ditandatangani oleh Pimpinan Rapat. Koordinasi BMT dengan pihak eksternal dilakukan BMT Shar-E dengan BMI cabang, BMT ExistingPendamping, Pinbuk dan lainnya. Berikut adalah skema koordinasi yang dilakukan : 144 : Garis Komando : Garis Koordinasi Dalam menjalankan operasionalnya, Penulis menilai bahwa BMT Shar-E yang ada biasanya selalu menggunakan pembiayaan dengan akad murabahah maupun ijarah multijasa dengan porsi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan akad mudharabah. Hal ini memang menjadi kebijakan dari BMT dan memang diperbolehkan. Tetapi penulis berpendapat bahwa alangkah lebih baik bila BMT 144 M. Amin Aziz dkk, SOM SOP Panduan Operasional Managemen dan Prosedur BMT Shar-E, Jakarta : PINBUK Press, 2008. BMI Pusat PINBUK Pusat BMT Existing Pendamping BMI Cabang KORWILAsisten KORWIL BMT Shar-E PINBUK Provinsi PINBUK KabKota Tim Manajemen Program 106 Shar-E yang ada menggunakan akad mudharabah dengan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan akad lainnya. Walaupun penerapan akad mudharabah ini memiliki kesulitan yang lebih besar dari akad lainnya, namun akad mudharabah ini lebih adil baik dari sisi keuntungan maupun kerugian bagi kedua belah pihak. Untuk itu, perlu ada upaya menggalangkan penerapan akad mudharabah dalam setiap transaksi yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satunya adalah membuat kebijakan penerapan akad mudharabah minimal dalam operasional BMT Shar-E baik kebijakan itu dari BMI maupun dari pihak intern BMT Shar-E sendiri. Kemudian terkait struktur organisasi yang ada, penulis menilai bahwa beberapa BMT Shar-E yang ada tidak memiliki struktur organisasi yang lengkap. Struktur organisasi pengelola yang tidak lengkap tersebut mengakibatkan terjadinya rangkap jabatan bagi pengelola yang ada sehingga mengganggu optimalisasi kinerja, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan. Selain itu, koordinasi yang dilakukan BMT baik secara internal antara pengurus, pengelola dan anggota, dan terutama dengan pihak ekternal BMI dan PINBUK masih kurang optimal serta perlu lebih ditingkatkan lagi. Hal ini terjadi karena kesibukan dari masing-masing pihak yang memiliki tanggung jawab dan pekerjaan lain disamping bekerjasama dalam mensukseskan BMT sehingga menyebabkan koordinasi yang terjadi kurang optimal. Untuk itu, penulis berpendapat agar dibuat sistem koordinasi yang efektif dan secara berkala agar terjalin koordinasi serta silahturahmi yang baik antar internal BMT dan terutama pihak ekternal BMT. 107

3. Pola Hubungan Penyaluran Pembiayaan

Untuk menghasilkan sinergi kerja antar BMT dan aliansi dengan Bank Muamalat Indonesia yang lebih luas, maka BMI membangun jaringan kerja BMT Shar-E diseluruh Indonesia. Jaringan kerja BMT Shar-E ini dibangun dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas untuk dapat mengakses produk bank muamalat melalui mitra BMI. Salah satunya melalui BMT Shar-E. Sebagai mitra aliansi, BMI menjadikan BMT Shar-E sebagai jaringan kerja dalam mengakses produk-produk BMI. Produk BMI yang bisa diakses oleh masyarakat umum tersebut adalah tabungan kartu Shar-E. 145 BMT Shar-E dalam hal ini berperan sebagai agen yang menjual kartu tabungan Shar-E dalam rangka menghimpun dana pihak ketiga dari anggota maupun masyarakat luas. Selain itu BMT Shar-E juga menjadi jaringan bagi BMI untuk menyalurkan dana dari masyarakat pemodal yang telah dihimpun BMI untuk kemudian disalurkan kepada usaha-usaha produktif masyarakat, lembaga dan UMKM melalui pembiayaan linkage program. Kerjasama kemitraan yang terjalin antara BMI dan BMT Shar-E ini dilakukan dalam 3 hal yakni : 146 1. Inisiasi pendirian BMT Shar-E dan membantu penguatan BMT Shar-E dalam perjalanan operasionalnya. 2. Sinergi produk BMI yakni BMT Shar-E sebagai agen penjual tabungan Shar-E dengan mendapatkan ujrahfee. 145 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010. 146 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010. 108 3. Penyaluran pembiayaan melalui linkage program. Fasilitas pembiayaan dari bank umum syariah bagi BMT merupakan salah satu hal penting dalam membantu penguatan dan pemberdayaan BMT. Fasilitas pembiayaan ini memiliki peran dalam menjaga likuiditas, penguatan permodalan serta meningkatkan kapasitas pembiayaan usaha BMT. Menyadari pentingnya fasilitas pembiayaan ini, maka program kemitraan yang terjalin antara BMI dengan BMT Shar-E juga dilakukan dalam hal kerjasama akses pemberian fasilitas pembiayaan dari BMI kepada BMT Shar-E. Dalam hal kerjasama pembiayaan, BMI berkomitmen dalam melakukan pembiayaan linkage program kepada BMT Shar-E. Komitmen ini tertuang dalam MOU perjanjian antara BMI dengan BMT Shar-E diawal kerjasama yakni bahwa BMI akan memberikan akses fasilitas pembiayaan kepada BMT Shar-E dan BMT Shar-E hanya akan menyalurkan dana linkage program yang berasal dari Bank Muamalat dan dana program pemerintah selain bank. 147 Penyaluran dana linkage program yang hanya berasal dari Bank Muamalat ini dinilai sebagai sebagai hal yang baik dan positif bagi BMT Shar-E, karena memiliki beberapa keuntungan bagi BMT Shar-E jika dibandingkan dengan BMT non Shar-E. Beberapa keuntungan tesebut yakni : 1. Akses untuk mendapatkan pembiayaan linkage program dari BMI lebih mudah karena terdapat komitmen perjanjian diawal serta adanya unsur bank yakni 147 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009. Hal. 6. 109 bendahara yang merupakan perwakilan BMI di BMT. Sedangkan akses pembiayaan bagi BMT non Shar-E lebih sulit, karena BMT non Shar-E harus mencari bank yang bersedia melakukan pembiayaan ke BMT tersebut, akses ke bank sulit karena tidak ada unsur bank yang membantu dan kemungkinan ditolak bila tidak memenuhi persyaratan yang diinginkan. 148 2. Kepercayaan Bank Muamalat kepada BMT Shar-E lebih baik bila dibandingkan dengan BMT non Shar-E, karena program BMT Shar-E ini merupakan program kemitraan yang diprakarsai Bank Muamalat dan Bank Muamalat ikut menempatkan wakilnya sebagai bendahara. Serta Bank Muamalat mendapat laporan keuangan berkala dari BMT Shar-E sehingga BMI mengetahui kondisi dari BMT Shar-E yang akan dibiayai. 3. Persyaratan pengajuan pembiayaan yang lebih mudah karena BMT Shar-E mendapat perlakukan khusus dalam memperoleh akses pembiayaan. 149 Sebagai contoh misalnya tidak ada batasan mengenai umur BMT Shar-E yang dibiayai. Sedangkan untuk BMT non Shar-E diharuskan telah beroperasi selama 2 tahun. Strategi yang terjalin ini memberikan kemudahan bagi BMI dalam menyalurkan dana yang dimilikinya kepada masyarakat luas melalui jaringan BMT Shar-E. Disisi lain, pembiayaan linkage program kepada BMT Shar-E ini, dapat 148 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Eko Manager BMT El Muchtar. Bekasi, 12 November 2010 149 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010. 110 menguatkan permodalan BMT dan meningkatkan kapasitas pembiayaan BMT Shar-E kepada anggota UMKM dan masyarakat luas. Hal ini kemudian menjadikan kinerja BMI dan BMT Shar-E dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi menjadi maksimal dan produktif bagi pemberdayaan UMKM dan masyarakat luas. Pembiayaan BMI sendiri kepada BMT Shar-E per April 2010 telah mencapai sebesar Rp.4,299 Miliar. 150 Pembiayaan tersebut dilakukan bisa dengan pola executing maupun channeling. Namun dari ke dua pola tersebut, BMI dalam penyaluran pembiayaannya kepada BMT Shar-E hampir semuanya menggunakan pola executing. 151 Proses aliansi pembiayaan BMI dengan BMT Shar-E dilakukan dalam skema sebagai berikut : Proses aliansi pembiayaan BMI dan BMT Shar-E: 152 9 1. Akad Mudharabah musyarakah 5 4 3 6 7 2 8 Keterangan : 1. Kerjasama perjanjian pembiayaan BMI-BMT Shar-E dengan akad mudharabah dan musyarakah 150 Ibid., 151 Ibid., 152 Pembiayaan Linkage ke BPRS dan Koperasi Peluang dan Tantangan.ppt, BMI Seminar oleh Muchtar MD Siswoyo, hal. 3. BMI BMT Shar-E UK Mikro 111 2. Nasabah usaha kecil mikro mengajukan pembiayaan kepada BMT Shar-E 3. BMT melakukan analisa terhadap pengajuan pembiayaan anggota 4. BMI mengajukan pembiayaan kepada BMI 5. BMI melakukan analisa terhadap pengajuan pembiayaan yang diajukan BMT 6. BMI droping ke BMT 7. BMT droping ke anggota nasabah UK Mikro 8. Nasabah membayar angsuran ke BMT 9. BMT membayar angsuran ke BMI Proses aliansi pembiayaan BMI dan BMT Shar-E ini dilakukan dengan konsep penyaluran pembiayaan melalui tabungan Shar-E Bank Muamalat. Hal ini dilakukan dengan cara menggalang dan menghimpun dana masyarakat secara umum baik anggota maupun non anggota melalui tabungan Shar-E Bank Muamalat, dimana dana tersebut akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan ke KJKS BMT Shar-E dan dipergunakan oleh KJKS BMT Shar-E untuk pembiayaan kepada anggota dan calon anggota. 153 Dari posisinya sebagai agen penjual ini, maka ada beberapa manfaat yang diterima BMT Shar-E dari bank muamalat, diantaranya yakni BMT Shar-E mendapat keuntungan fee 1 dari akumulasi penjualan tabungan Shar-E. Keuntungan lain BMT dari penjualan kartu Shar-E adalah BMT mendapatkan selisih dari harga pembelian dengan harga penjualan kartu Shar-E. Sebagai contoh, BMT membeli kartu Shar-E di BMI dengan harga Rp. 116.000 kemudian BMT menjualnya kepada nasabah dengan harga Rp. 125.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 9000,-. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia berkomitmen untuk memberikan pembiayaan kepada BMT Shar-E dari dana akumulasi penjualan tabungan Shar-E yang berhasil 153 Anggaran Dasar AD BMT Jayakarta El-Qayyuum Tahun 2009, hal. 5-6. 112 dihimpun. Sedangkan keuntungan BMI adalah terjualnya produk tabungan Shar-E kepada masyarakat sehingga dana masyarakat tersebut terhimpun di BMI dan juga nasabah pengguna layanan BMI menjadi bertambah. Permasalahan lain yang perlu menjadi perhatikan dalam kerjasama ini adalah terkait fee 1 dari akumulasi penjualan tabungan Shar-E yang diperoleh BMT. Dalam hai ini, terjadi keluhan atau komplain dari salah satu ketua pengurus BMT Shar-E yang mempertanyakan tentang mekanisme dan waktu memperoleh fee 1 tersebut kepada pihak BMI. Untuk itu, maka diawal kerjasama ini hendaknya realisasi dan implementasi program dilakukan dengan transparan disertai dengan penjelasan program secara detail diawal, baik kelemahan maupun kelebihan yang diperoleh dari kemitraan ini sehingga masing-masing pihak mengetahui fungsi, tugas, hak serta kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak agar tidak terjadi kesalah pahaman, perselisihan dan kekecewaan dalam pelaksanaan kemitraan ini. Berikut adalah Konsep Aliansi BMI-BMT terkait tabungan Shar-E : 154 Shar-E Anggota UK Mikro 3 2 5 6 1 4 7 Keterangan : 1. BMT membeli Shar-E rabat ke Bank Muamalat 2. BMT menjual Shar-E ke anggota free income 154 Presentasi Bali Mei 2009, Microfinancing Acceleration Throught Alliance Program ppt, oleh Bpk. Agus Khalifatullah, hal. 16. BMI BMT Shar-E 113 3. Dana Shar-E terakumulasi di DP3 BMI, dalam hal ini BMT mendapat fee 1 dari akumulasi dana Shar-E yang dihimpun 4. BMI Financing kepada BMT dengan akad mudharabah atau musyarakah 5. BMT financing kepada anggota BMT 6. Anggota membayar angsuran kepada BMT 7. BMT membayar angsuran anggota kepada BMI Dalam melakukan pembiayaan linkage program kepada BMT Shar-E, Skim penanaman dana yang digunakan antara BMI dengan BMT Shar-E adalah dengan akad mudharabah atau musyarakah dengan pola executing atau channeling. Sedangkan hubungan pembiayaan BMT Shar-E dengan anggotanya menggunakan akad murabahah, mudharabah atau musyarakah. Namun hampir seluruh pembiayaan linkage program yang dilakukan BMI kepada BMT Shar-E menggunakan pola executing dibandingkan dengan pola channeling. Hal ini didasarkan atas pertimbangan yakni analisis pembiayaan dengan pola executing menurut bank lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola channeling. Disamping itu, pola executing yang dilakukan memiliki perhitungan resiko yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pola channeling, karena dalam pola executing Bank tidak berhadapan langsung dengan nasabah BMT 155 terkait pembiayaan yang disalurkan, tetapi Bank hanya berurusan dengan BMT sebagai pihak yang menerima pembiayaan dari BMI. Dalam optimalisasi peran linkage program BUS kepada BMT, penulis berpendapat hendaknya BMI tidak hanya sebatas menggunakan pola executing, tetapi juga sebaiknya dilakukan pula dengan pola channeling. Walaupun menurut 155 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010. 114 BMI Modal 100 BMTKOP Modal 0 Dealer motor Anggota BMTKOP Akad jual beli murabahah Modal Bagi hasil keuntungan jual beli 40 Juta KOP beli 20 perhitungan resiko pola executing lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola channeling. Namun pola channeling ini lebih memperlihatkan komitmen BMI untuk lebih bermanfaat bagi masyarakat kecil dan UMKM. Hal ini dikarenakan, dalam pola channeling ini, BMI akan berhubungan secara langsung dalam melakukan penyaluran pembiayaan kepada masyarakat dan UMKM melalui perantara BMT. Resiko kerugian dan keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan ini pun secara langsung dapat dirasakan oleh BMI. Selain itu, pola ini juga memberikan kemudahan resiko dan keuntungan fee yang baik bagi BMT karena BMT dalam hal ini hanya sebagai agen yang menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat dan UMKM. Berikut adalah skema aliansi executing dan channeling yang dilakukan BMI- BMT Shar-E : 156 Skema Aliansi Executing BMI-BMT dengan akad mudharabah Akad mudharabah 200 jt Kirim 20 motor Rp 240 juta Nisbah 75 Nisbah 25 Rp. 30 Juta Rp. 10 Jt Pengambilan modal pokok 100 Rp. 200 Jt 156 Pembiayaan Linkage ke BPRS dan Koperasi Peluang dan Tantangan.ppt, BMI Seminar oleh Muchtar MD Siswoyo, hal. 9-10. 115 BMI Modal 80 Rp. 400 Jt BMTKOP Modal 20 Rp. 100 Jt DeveloperKSU Anggota BMTKOP Akad jual beli murabahah Modal Bagi hasil keuntungan jual beli Rp 300 Juta JW 5 thn KOP beli 10 Rumah BMI Rp. 900 Jt BMTKOP Developerlainnya Anggota BMTKOP Bagian sewa nasabah keuntungan sewa Untuk BMI 15 100 juta Skema aliansi Executing dengan akad musyarakah Akad Musyarakah Rp. 500 Jt Kunci Rumah Rp. 800 Jt Margin ALCO Nisbah 50 Nisbah 50 Rp. 150 Jt Rp. 150 Jt Pengambilan Modal Pengambilan Modal pokok 80 Rp. 400 Jt pokok 20 Rp. 100 Jt Skema aliansi Channeling 157 Referensi Akad syirkatul Milk Margin KPR 13 Ujroh 2 U akuisisi Porsi BMI 157 Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009. 116 Bank Muamalat Rek. Giro Escrow BMT Shar-E BMT Shar-E Anggota Rek. Aktif Anggota Rek. Aktif BMT Alurproses reaslisasi dan pembayaran angsuran kewajiban pembiayaan linkage program BMI dan BMT dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : 158 1 4 3 2 3 2 Keterangan : : Alur realisasi dan pembayaran angsuran secara garis besar : Alur realisasi dan pembayaran angsuran secara teknis Realisasi dari Bank Muamalat Indonesia ke BMT Shar-E adalah melalui rekening giro berdasarkan daftar nominatif anggota dari BMT Shar-E yang telah ditandatangani oleh pengurus dan diverifikasi oleh BMI dengan dibubuhi stempel verifikasi, maka Bank Muamalat Indonesia kemudian melakukan pemindah bukuan rekening giro escrow BMT Shar-E ke rekening masing-masing anggota. Pembayaran angsuran kewajiban dari anggota langsung disetor ditransfer ke rekening giro Escrow BMT. Bank Muamalat mendebet rekening giro Escrow BMT sebesar kewajiban dari BMT Shar-E. BMT Shar-E juga wajb mengaktifkan mutasi keuangan usahanya melalui BMI dengan menggunakan rekening aktif BMT Shar-E 158 Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009. 117 Catatan : Rekening giro Escrow adalah rekening giro penampungan untuk merealisasi penyaluran pembiayaan dan penampungan untuk sumber pengembalian pembiayaan, tanpa dilengkapi dengan cek dan bilyet giro, sehingga mutasi transaksi rekening giro Escrow terutama pendebetan hanya dapat dilakukan oleh BMI. Adapun kebijakan umum pembiayaan BMI terhadap BMT sebagai berikut : 159 1. BMT telah beroperasi minimal 2 tahun 2. BMT harus sudah berbadan hukum 3. BMT telah memiliki perizinan terkait lainnya 4. BMT melampirkan daftar nominatif pengajuan dari anggota dan harus sama dengan plafond pengajuan ke BMI 5. BMT yang telah memilki asset lebih dari 5 Miliar maka laporan keuangannya harus sudah diaudit oleh akuntan publik 6. NPF BMT maksimal 5 dan BMT dalam keadaan sehat atau tidak dalam pengawasan pihak terkait 7. BMT harus melakukan mutasi di BMI 8. Nominal pengajuan minimal 40 juta 9. Jangka waktu pembiayaan max 5 tahun 10. Jaminan BMT ke BMI berupa fixed asset An. Salah satu pengurus, minimal 25 dari plafond pengajuan. Sedangkan ketentuan umum bagi BMT Shar-E adalah sebagai berikut : 1. Tujuan penggunaan untuk modal kerja penyaluran pembiayaan kepada anggota 2. Skim penanaman dana : A. BMI dengan BMT Shar-E : dengan akad mudharabah atau musyarakah dengan pola executing atau channeling. B. BMT Shar-E dengan anggota : menggunakan akad murabahah, mudharabah atau musyarakah. 3. Sumber pengembalian berasal dari anggota yang telah dievaluasi dan di seleksi oleh BMT Shar-E dengan porsi bagi hasil sesuai kesepakatan antara BMI dengan BMT Shar-E. 159 Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009. 118 Ketentuan khusus bagi BMT Shar-E dalam mengajukan dan memperoleh pembiayaan sebagai berikut : 160 1. Usia BMT Shar-E tidak dibatasi 2. BMT Shar-E yang lebih dari 1 tahun memiliki nilai kesehatan cukup sehat 3. Manajemen BMT Shar-E tertib administrasi dan memiliki skill dan track record yang baik. 4. BMT Shar-E yang meilki asset lebih dari 5 Miliar wajib diaudit oleh akuntan publik 5. Pengurus BMT Shar-E membuat pernyataan kesanggupan untuk melakukan penagihan secara maksimal dari anggota yang menunggak 6. Pernyataan dari pengurus BMT Shar-E apabila ada pelunasan dari anggota maka harus dibayarkan ke BMI sebagai pelunasan juga 7. Pernyataan dari pengurus BMT Shar-E memberikan fidusiacessie dari anggota yang dibiayai BMI dan BMT sebagai jaminan 8. BMT Shar- E wajib melakukan cross selling dengan model “close loop transaction” Persyaratan pembiayaan yang harus di penuhi, yakni : 161 1. Surat permohonan 2. Fotocopy NPWP, SIUP, TDP 3. ADART Koperasi sesuai dengan ADART pedoman BMT Shar-E 4. Surat pengesahan dari Departemen Koperasi 5. Susunan pengurus yang disahkan Dinas Koperasi 6. Laporan keuangan terakhir 7. Laporan RAT bagi yang telah RAT 8. Proyeksi cash flow selama masa pembiayaan 9. Data jaminan dan dokumen lainnya yang menunjang usaha 10. BMT El Shar-E harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat 11. Telah menjual Shar-E minimal 100 kartu 12. Telah memilki modal Simpoksus, Simpok, Simwa minimal Rp. 75 Juta 13. Menyerahkan daftar nominatif dan analisa ringkas anggota yang akan dibiayai 160 Pembiayaan Linkage ke BPRS dan Koperasi Peluang dan Tantangan.ppt, BMI Seminar oleh Muchtar MD Siswoyo, hal. 5. 161 Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009 . 119 Ketentuan Umum anggota yang dibiayai sebagai berikut : 162 1. Target market disesuaikan dengan BMI 2. Tujuan penggunaan untuk modal kerja, investasi, atau konsumtif 3. Lama usaha minimal 1 tahun 4. Memiliki performance usaha yang baik 5. Kebutuhan anggota sudah jelas di nominatif yang diajukan BMT dan telah diseleksi BMT 6. Bukti pembelian barang penggunaan dana diserahkan ke BMT Shar-E dan BMT Shar-E membuat surat pernyataan telah menerima bukti dari anggota kepada BMI 7. Kewajiban anggota tidak melebihi 40 dari take home pay untuk pegawai Konsumtif serta 70 dari laba usaha untuk usaha 8. Untuk pembiayaan karyawan harus ada MOU dengan perusahaan tempat anggota bekerja dibuktikan dengan MOU 9. Anggota wajib membuat SK potong gaji yang ditandatangani oleh bendahara dan atasan bendahara perusahaan 10. Anggota yang mendapat pembiayaan harus dicover asuransi Persyaratan terkait hubungan dengan lembaga lainnnya, yakni : 163 1. BMT Shar-E dilarang membiayai anggota yang terbukti atau diketahui memiliki pembiayaan bermasalah baik dari BMT atau lembaga lainnya 2. BMT Shar-E dilarang memiliki dan mengaktifkan rekening di bank atau lembaga keuangan lainnya Ketentuan jangka waktu pembiayaan : 164 1. Jangka waktu pembiayaan dari BMI ke BMT maksimal 5 tahun 2. Jangka waktu pembiayaan dari BMT ke anggota tidak boleh melebihi fasilitas dari BMI ke BMT 3. Jangka waktu anggota yang akan dibiayai tidak boleh melebihi masa usia pensiun bagi karyawanpegawai 162 Pelatihan BMT Shar-E, Kebijakan Umum Pembiayaan dan Juklak Pembiayaan BMT Shar- E, Branch Manager Tanjung Balai 27 Oktober 2009. 163 Presentasi Bali Mei 2009, Microfinancing Acceleration Throught Alliance Program.ppt, oleh Bpk. Agus Khalifatullah, hal. 18. 164 Ibid., hal. 18. 120 Ketentuan jaminan : 165 1. Fidusia atau tagihan kewajibanpiutang atas anggota yang dibiayai BMI- BMT 2. Cash collateral bila diperlukan 3. Fixed asset bila diperlukan harta pengurus yang di jaminkan 4. Asuransi penjaminan Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa pola hubungan penyaluran pembiayan yang terjalin antara BMI dan BMT Shar-E dilakukan dengan beberapa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh BMT Shar-E. Ketentuan dan persyaratan diatas harus dipenuhi oleh BMT Shar-E dengan tujuan agar BMT memperoleh pembiayaan linkage program dari BMI. Dan dari sisi BMI, ketentuan dan persyaratan tersebut menjamin dana pembiayaan yang diberikan oleh BMI agar tetap aman dalam pengelolaannya dan memperoleh keuntungan dari bagi hasil usaha yang dikelola oleh BMT Shar-E. Disamping itu, penulis menilai bahwa persyaratan yang harus dipenuhi BMT Shar-E lebih mudah bila dibandingkan dengan BMT non Shar-E karena BMT Shar-E diberikan perlakukan khusus dalam pengajuan pembiayaan kepada BMI. Namun yang perlu menjadi perhatian dalam hal penyaluran pembiayaan linkage program ini yakni pembayaran angsuran BMT kepada BMI dimana dilakukan dengan system pembayaran angsuran diawal yang besar melebihi nisbah bagi hasilnya dan selanjutnya mengalami penurunan pembayaran angsuran setiap bulannya. Sistem seperti ini menurut penulis agak memberatkan BMT Shar-E dalam pembayaran angsuran diawal, karena harus mengeluarkan biaya angsuran yang besar 165 Ibid., hal. 19. 121 melebihi keuntungan bagi hasil yang diperoleh BMT dari nasabah. Walaupun untuk bulan-bulan selanjutnya mengalami penurunan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam linkage program antara BMI dengan BMT shar-E diantaranya adalah paradigma BMT terkait kerjasama ini yang dalam pendiriannya biasanya ingin dibiayai oleh BMI. Sedangkan BMI memberikan pembiayaan jika sesuai dengan juknissyarat-syarat yang dibuat. Sehingga kemudian ada kesan sulit bagi BMT Shar-E dalam mengajukan dan mendapatkan pembiayaan BMI. 166 Hal ini disebabkan karena kendala intern BMT Shar-E sendiri yang belum bisa memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditentukan BMI dalam memperoleh pembiayaan linkage program diantaranya belum memiliki legalitas badan hukum, kondisi keuangan BMT yang kurang baik dan lain-lain. Sedangkan permasalahan dari pihak BMI sendiri yakni pemberian pembiayaan kepada BMT terkadang tidak cepat lama proses dan jangka waktunya karena harus melalui prosedur yang telah ditetapkan. 166 Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus Khalifatullah Manager LKMS BMI. Jakarta, 22 Oktober 2010. 122

B. Analisis

Manfaat Pola Hubungan BMI-BMT Shar-E Terhadap Perkembangan BMT Shar-E Sebagai lembaga Intermediasi, BMT memiliki fungsi dalam menghimpun dana masyarakat pemodal yang memiliki kelebihan dana untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat peminjam yang membutuhkan dana. LKMS BMT ini merupakan lembaga keuangan mikro yang ideal, menjangkau dan menjadi andalan dalam mengatasi terbatasnya akses UMKM terhadap sumber daya produktif terutama permodalan. Bila dibandingkan dengan perbankan, maka LKMS BMT memiliki beberapa kelebihan dalam melakukan penyaluran pembiayaan mikro kepada UMKM. Kelebihan BMT tersebut diantaranya adalah : 1. Lokasi LKMS BMT yang strategis, menjangkau, dan tersebar di lokasi-lokasi potensial UMKM 2. Memiliki spesialisasi fungsi dalam menangani penyaluran pembiayaan mikro kepada UMKM sehingga pelayanan pendanaan UMKM menjadi unsur utama UMKM 3. Persyaratan administrasi dan prosedur pengajuan usulan pembiayaan yang lebih mudah dan ringan 4. Persyaratan ketersedian akan jaminan berupa agunan yang lebih mudah untuk dipenuhi UMKM Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki BMT, namun ada beberapa permasalahan utama yang harus diatasi oleh LKMS BMT, diantaranya yakni : 123 Kondisi Internal : 1. Jumlah SDM yang terbatas dan kompetensi SDM yang rendah 2. Tidak memiliki sistem prosedur yang standar dan baik 3. Rendahnya inovasi dalam produk 4. Kurang memanfaatkan teknologi 5. Tidak memiliki rencana bisnis 6. Tidak ada internal kontrol 167 7. Permasalahan dalam permodalan LKMS BMT yang masih lemah baik pada saat awal pendirian maupun saat operasional 8. Permasalahan insfrastruktur atau fasilitas operasional BMT yang kurang memadai 9. Permasalahan kapasitas pembiayaan LKMS BMT kepada UMKM yang masih terbatas Sedangkan kelemahan kondisi eksternal yang dialami BMT diantaranya : 1. Kelembagaan legalitas 2. Tidak adanya daya saing 3. Kurang jelasnya lembaga yang melakukan supervisi dan pembinaan 4. Tidak didukung regulasi yang mendukung kondisi usaha 5. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih rendah 6. Supervisi dan monitoring prinsip syariah 7. Badan hukum koperasi yang sebagian lainnya masih Kelompok Swadaya Masyarakat KSM 168 Pola hubungan kemitraan yang terjalin antara BMI dengan BMT Shar-E ini merupakan salah satu solusi yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan- permasalahan utama yang dihadapi oleh BMT diatas. 167 Dali SM Program Manager PT. Permodalan Nasional Madani, “Artikel : Baitul Maal Wat Tamwil Hanya Semangat Islam atau Bisa Memberi Berkah untuk Uma t”, Majalah Sharing, Edisi Januari 2007, hal. 10-11. 168 Ibid., hal. 10-11. 124 Dari pola hubungan tersebut ada beberapa manfaat positif yang diterima oleh BMT Shar-E. Manfaat pola hubungan ini terhadap BMT Shar-E diantaranya : 1. Insfrastrukturfasilitas operasional BMT Shar-E menjadi lebih memadai, lengkap dan modern dalam mendukung operasional pelayanan BMT. Hal ini didasarkan atas : a. Standarisasi counteroutlet BMT yang baik dengan tata letak lay out yang tertata rapi, nyaman, dan memberi pelayanan kepada nasabah. b. Perlengkapan dan peralatan kantor yang lengkap, diantaranya : Perlengkapan kantor, brankas kecil, cash box, filling cabinet, meja ½ biro, kursi tunggu, passbook, lampu ultraviolet, kalkulator, stempel, telefax, perangkat computer dan printer menggunakan sistem infus. c. Penggunaan teknologi modern yakni dengan menggunakan system IT yang baik berupa komputer dan software yang modern, software bernama B-Ware dari BMI dan Software USSI dari PINBUK sehingga menciptakan efisiensi dan kemudahan dalam operasional BMT. Walaupun pengelola merasakan kemudahan dalam mengoperasikan software USSI ini, namun ada beberapa kelemahan yang perlu di perhatikan. Diantaranya, system ini dioperasikan secara manual oleh pengelola BMT dalam membuat laporan keuangan dan ada beberapa kelemahan system yakni dapat dengan mudah dihapus sehingga membuat laporan keuangan yang dibuat kurang accountable. Selain itu, juga ada pembebanan iuran yang harus dibayarkan oleh pihak BMT setiap bulan sebesar Rp. 50.000,- selama 2 tahun. 125 Berbeda dengan USSI, software dari Bank Muamalat yang bernama B- Ware ini juga digunakan dalam operasional BMT. B-Ware ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki program yang lengkap akuntansi, jurnal keuangan dan lain-lain dalam membuat laporan keuangan sehingga memudahkan pengelola dalam membuat laporan keuangan. Selain itu, software ini diberikan kepada BMT secara gratis dan ada pelatihan untuk mengoperasikannya dari pihak BMI. Walaupun, terdapat beberapa kelebihan yang ada, namun kebanyakan pengelola BMT Shar-E tidak menggunakan software ini dikarenakan software ini dinilai sulit untuk dioperasikan. Hal ini terjadi karena pengelola kurang memahami cara mengoperasikan software tersebut. 2. Kondisi permodalan awal BMT Shar-E menjadi ideal dalam menjalankan usaha yakni dengan posisi modal awal sebesar Rp. 100 Juta. Dengan posisi modal ini, BMT Shar-E bisa melakukan operasional usaha dengan baik. Serta BMT juga sudah bisa mengajukan legalitas untuk mendapatkan badan hukum. Semakin besar modal yang dimiliki BMT maka operasional BMT diawal juga akan semakin baik. 126 3. SDM BMT Shar-E menjadi lebih berpengetahuan, berkemampuan dan professional dalam menjalankan operasional BMT baik dalam hal teknis manajemen maupun aspek syariah. Hal ini didasarkan atas : a. Pelaksanaan perekrutan SDM BMT Shar-E yang dilakukan dengan persyaratan dan kualifikasi yang baik yakni orang-orang yang memiliki pendidikan D3S-1 dengan latar belakang kemampuan yang baik, terlatih dan professional serta memiliki standar pengelolaan lembaga keuangan mikro syariah. b. Adanya pelatihan, pendidikan dan magang sebelum dan sesudah BMT beroperasi c. Adanya sertifikasi kompetensi dari PINBUK d. Adanya pendampingan yang dilakukan oleh pendamping atau BMT Existing 4. Manajemen operasional BMT menjadi lebih baik, tersusun dan lebih terarah. Hal ini didasarkan atas : a. Adanya SOP dan SOM yang dijadikan panduan dalam operasional BMT, diantaranya SOP operational, simpanan, pembiayaan, pengadaan barang dan jasa, keuangan, serta kebijakan SDM. b. Adanya rencana kerja yang menjadi acuan operasional c. Adanya job description yang jelas dan diketahui oleh masing-masing pengurus dan pengelola d. Adanya tata tertib kerja SDM yang meliputi disiplin kerja serta didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan e. Adanya sistem pengamanan yang baik terhadap semua dokumen penting 127 5. Keuangan BMT Shar-E menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan Accountable. Hal ini didasarkan atas : a. Adanya formatbentuk standar laporan keuangan yang harus dipenuhi BMT dalam penyusunan laporan keuangan b. Penyusunan laporan keuangan yang dilakukan mengharuskan tertib administrasi c. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh pengurus dan juga pihak dari BMI dan PINBUK terkait laporan keuangan yang dirilis setiap bulannya Dalam hal pembiayaan linkage program yang diberikan BMI kepada BMT ada beberapa manfaat yang didapat oleh BMT Shar-E diantaranya : 1. Bertambahnya modal operasional BMT Shar-E sejumlah pembiayaan yang diterima 2. Bertambahnya kapasitas pembiayaan BMT Shar-E sejumlah pembiayaan yang diterima 3. Dari kedua hal tersebut, nantinya juga akan menyebabkan bertambahnya laba yang diperoleh BMT Shar-E Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan penulis di salah satu BMT Shar-E yakni BMT El-Muchtar yang menerima dana linkage dari BMI sebesar Rp. 250 juta. Dari dana yang diperoleh tersebut, menyebabkan modal operasional BMT El- Muchtar menjadi bertambah yaitu modal yang dimiliki ditambah dengan modal 128 pembiayaan dari BMI. Dana linkage tersebut seluruhnya kemudian digunakan untuk membiayai para anggota BMT sebesar Rp. 250 juta. Hal ini menyebabkan kapasitas pembiayaan yang dilakukan oleh BMT El-Muchtar bertambah menjadi Rp. 400 juta selama bulan Januari hingga November 2010. 169 Dari pembiayaan yang telah diberikan, menyebabkan laba yang diterima oleh BMT El-Muchtar menjadi bertambah. Sebelum mendapat dana linkage, laba yang diperoleh BMT El-Muchtar hanya sebesar kurang lebih Rp. 1 juta. Sedangkan setelah mendapatkan dana linkage dari BMI, laba yang diterima oleh BMT El-Muchtar sampai saat ini menjadi kurang lebih sebesar Rp. 8 juta. 170 Berikut adalah manfaat pola hubungan kemitraan BMI dengan BMT Shar-E : 171 Manajemen Competency Competitive Capacity IT System Tech.Assistance Financial Support Dari penjelasan diatas, memberikan bukti bahwa kerjasama kemitraan yang terjalin antara BMI dengan BMT Shar-E ini memberikan kemanfaatan yang positif bagi kedua lembaga. Dan hal ini menjadi sinergi yang baik dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh kedua lembaga. 169 Wawancara dengan Bpk. Eko Manager BMT El Muchtar. Bekasi, 12 November 2010. 170 Ibid., 171 Dali SM Program Manager PT. Permodalan Nasional Madani, “Artikel : Baitul Maal Wat Tamwil Hanya Semangat Islam atau Bisa Memberi Berkah untuk Uma t”, hal. 10-11. Operational Bussiness Linkage Excelence Develepment Program 129 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN