Pola Luas Linkage Program antara Lembaga Keuangan Syariah Kode Etik Peserta Linkage Program Pola Syariah

55

4. Pola Luas Linkage Program antara Lembaga Keuangan Syariah

Pola luas linkage program yang terjadi antara lembaga keuangan syariah yang ada, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Dalam menyalurkan pembiayaan, Bank Umum Syariah dapat bermitra dengan BPRS untuk kemudian disalurkan kepada LKMS BMT dan LKMS BMT menyalurkannya kepada UMKM 2. Bank Umum Syariah dapat bermitra dengan BPRS untuk kemudian langsung disalurkan sendiri oleh BPRS kepada UMKM 3. Bank Umum Syariah dapat bekerjasama dengan IPTA Institusi Penyedia Technical Assistance seperti PINBUK, Permodalan BMT, dan lain-lain untuk bermitra dengan LKMS BMT yang kemudian dari BMT akan disalurkan kepada UMKM 4. Bank Umum Syariah juga dapat menyalurkan pembiayaan dengan cara membentuk unit mikro bank yang kemudian melalui unit tersebut pembiayaan dapat disalurkan kepada UMKM. Dibawah ini adalah bagan pola luas linkage program bank syariah : 82 82 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program, Jakarta : Direktorat Penelitian dan Pengaturan Tim Arsitektur Indonesia, hal. 12. 56

5. Kode Etik Peserta Linkage Program Pola Syariah

Dalam mendukung suksesnya linkage program ini, ada beberapa kode etik yang harus dipenuhi oleh para peserta linkage program diantaranya : 83 1. Bagi anggotamitra pembiayaan KJKSUJKS yang telah naik kelas dari debitur mikro menjadi kecils dan memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar, namun KJKSUJKS-Koperasi tidak mampu membiayai, maka BUSUUS dapat membiayai anggota KJKSUJKS-Koperasi dimaksud dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat; 2. BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi harus transparan dalam memberikan dan menyampaikan informasi yang terkait dengan Linkage Program sejauh tidak melanggar ketentuan yang berlaku seperti: laporan keuangan, struktur pendanaan dan profil kopersi company profile; 3. Bagi KJKSUJKS-Koperasi, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu sohibul maal mitra pembiayaan BUSUUS; 4. BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi yang melaksanakan Linkage Program dengan pola joint financing dan channeling, tidak diperkenankan membebani debitur dengan marginnisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari harga pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai; 83 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Nomor : 03PerM.KUKMIII2009 Tentang : Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi. hal 13-14. 57 5. KJKSUJKS-Koperasi yang mengikuti Linkage Program harus memelihara predikat penilaian kesehatan; 6. Setiap pelanggaran kode etik di atas oleh BUSUUS dan KJKSUJKS-Koperasi dilaporkan kepada Bank Indonesia dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Sedangkan norma yang diperlukan untuk kesuksesan linkage program ini diantaranya : 84 1. Niat segala aktivitas sebagai ibadah 2. Kesejajaran 3. Kejujuran 4. Amanah 5. Keterbukaan 6. Orientasi pada proses 7. Orientasi pada jangka panjang 8. Orientasi pada kualitas 9. Konsisten 10. Tolong menolong 11. Saling mengingatkan 12. Keteladanan 13. Pertanggungjawaban sampai hari akhir 84 Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program, hal .20. 58 BAB III PROFIL BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BMT SHAR-E A. Profil Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Bank Muamalat Indonesia 85 Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Rabiuts Tsani 1412H 1 November 1991. Pendirian BMI ini digagas oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI dengan dukungan Pemerintah Republik Indonesia. Modal awal BMI diperoleh dari sejumlah pribadi, pengusaha serta pejabat muslim dengan nominal sebesar Rp 84 Miliar. Tambahan modal awal diperoleh dari masyarakat, sehingga melengkapi jumlah modal awal menjadi total sebesar Rp 106 Miliar. Acara pengumpulan modal dilaksanakan di Istana Presiden Bogor, Jawa Barat . BMI m ulai beroperasi pada tanggal 27 Syawwal 1412 H1Mei 1992. Sejak mulai beroperasi pada tahun 1992, Bank Muamalat secara aktif ikut mempromosikan pendirian dan pengembangan industri perbankan dan bisnis keuangan syariah lainnya seperti : Asuransi syariah pertama Takaful , Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS, PINBUK, Bisnis pegadaian syariah Al- rahnu, Muamalat Institute MI, Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat DPLK Muamalat, dan Baitulmaal Muamalat BMM. 85 Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2009, hal 4-7. 59 Pada tahun 2004, BMI Meluncurkan produk Shar-E, produk tabungan instant pertama. Shar-E terjual di seluruh wilayah Indonesia melalui jaringan Bank Muamalat serta ribuan jaringan online Kantor Pos SOPP. Shar-E kemudian menjadi produk bank dengan pertumbuhan tercepat dengan pencapaian lebih dari 2 juta pemegang kartu dalam 4 tahun. Saat ini 2009, total jumlah nasabah Bank Muamalat telah mencapai sekitar 3 juta nasabah. Dan pada tahun 2009 ini, BMI membuka cabang internasional pertama di Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai bank pertama dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Pada tahun ini pula BMI melaksanakan pergantian manajemen pada bulan Juli 2009. Dari sisi keuangan, berdasarkan laporan keuangan audited, pada akhir 2009 total aset mencapai Rp 16.027,18 miliar atau tumbuh 27,09 yoy, yang berasal dari Dana Pihak Ketiga DPK sebesar Rp 13.316,90 miliar, dan disalurkan pada aktivitas pembiayaan sebesar Rp 11.428,01 miliar serta investasi syariah lainnya.

2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia